Kesehatan

Peringati Hari Diabetes Sedunia, P&G Health Ungkap Pengobatan pada Diabetes dan Pra Diabetes

Kamis, 28 November 2024 - 18:36 | 23.23k
P&G Health ungkap penelitian terbaru tentang diagnosis dan pengobatan Neuropati Periferal (PN) pada Diabetes dan Pra-Diabetes. (FOTO: dok P&G Health for TIMES Indonesia)
P&G Health ungkap penelitian terbaru tentang diagnosis dan pengobatan Neuropati Periferal (PN) pada Diabetes dan Pra-Diabetes. (FOTO: dok P&G Health for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BALI – Dalam rangka memperingati Hari Diabetes Sedunia 2024, P&G Health, produsen Neurobion, mempertemukan pakar kesehatan terkemuka dari Filipina, Indonesia, dan Malaysia untuk membahas temuan penelitian terbaru tentang diagnosis dan pengobatan Neuropati Periferal (PN) pada Diabetes dan Pra-Diabetes.

Para Ahli Kesehatan menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran tentang Neuropati Periferal di kalangan masyarakat umum, dokter dan apoteker. 1 dari 2 penderita diabetes dan 1 dari 102 pra-diabetes mengalami PN beserta gejala nyerinya, dan diperkirakan 8 dari 10 pasien tetap tidak terdiagnosis.

Advertisement

Jutaan orang menderita penyakit Neuropati Periferal tanpa menyadarinya, sehingga tetap tidak terdiagnosis dan tidak diobati selama bertahun-tahun dan menghadapi rasa sakit.

Neuropati Periferal yang umumnya disebabkan oleh kerusakan saraf adalah salah satu penyakit paling umum pada sistem saraf perifer yang mengendalikan fungsi tubuh kita, mulai dari sensasi di tangan hingga gerakan otot.

Gejala yang sering muncul meliputi mati rasa, kesemutan, rasa seperti ditusuk, hingga nyeri terbakar, terutama pada kaki dan tangan.

Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyebab utama Neuropati Periferal (PN), dengan prevalensi yang terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penderita diabetes.

Menurut Dr. Bien Matawaran (Konsultan - Endokrinologi, Diabetes, dan Metabolisme, Rumah Sakit UST dan Mantan Presiden - Perhimpunan Endokrinologi, Diabetes, dan Metabolisme Filipina) dipaparkan bahwa Neuropati Periferal (PN) pada penderita diabetes sangat umum terjadi di Asia Tenggara.

"Di beberapa negara, prevalensinya mencapai hampir 60%," ungkapnya.

Sebuah studi di Filipina pada tahun 2000 melalui proyek Diabcare-Asia, yang melibatkan 2.708 pasien di pusat diabetes, melaporkan prevalensi 42% untuk neuropati diabetik berdasarkan catatan medis.

"Sering kali, orang tidak menyadari bahwa mereka berisiko karena faktor risiko tidak terlihat jelas. Oleh karena itu, sangat penting untuk mewaspadai gejala dan melakukan pemeriksaan dini," jabarnya.

Kekurangan vitamin B dan penggunaan banyak obat (polimedikasi) merupakan faktor risiko tinggi lainnya selain diabetes, yang dapat menyebabkan kerusakan saraf perifer.

Orang yang berisiko tinggi mengalami Neuropati Periferal (PN) antara lain pasien diabetes, orang obesitas, pasien kemoterapi atau pasca operasi, lansia, peminum alkohol berat, orang dengan kekurangan gizi, serta perokok. Namun, penyakit ini juga dapat memengaruhi individu yang lebih muda dan tampaknya sehat tanpa alasan yang jelas10.

Menurut Dr. Rizaldy Pinzon, seorang Spesialis Saraf di Departemen Neurologi, Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta - Indonesia mengungkap 8 dari 10 pasien tidak terdiagnosis. Ia mengimbau agar kita jangan menjadi salah satu dari mereka.

"Banyak orang yang terkena penyakit ini tidak menyadari bahwa gejala mereka disebabkan oleh Neuropati Periferal (PN) karena penyakit ini sering berkembang secara perlahan, dimulai dengan gejala ringan yang hampir tidak terlihat dalam jangka waktu yang lama10," cetusnya, Kamis (28/11/2024).

Pada titik tertentu, gejalanya menjadi lebih parah, mengganggu, dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pasien. Biasanya, secara tiba-tiba pasien mulai kehilangan mobilitas, kesulitan menaiki tangga atau mengemudi, kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari yang sederhana seperti memasak, mengalami kesulitan tidur, bahkan cedera pada kaki yang tidak mereka sadari.

"Semua ini disebabkan oleh kerusakan saraf yang semakin parah," katanya.

Mengenai hambatan dalam diagnosis dini, diterangkan Dr. Francis Pasaporte, seorang konsultan Diabetologi di Rumah Sakit Provinsi Iloilo dan Mantan Presiden Diabetes Filipina) yang menyatakan bahwa hambatan di antara pasien dan masyarakat termasuk kurangnya kesadaran tentang PN dan faktor risiko, tidak menyadari tanda-tanda awal, tidak segera berkonsultasi dengan dokter, dan kesulitan dalam menggambarkan gejalanya.

"Di sisi lain, para dokter sering menghadapi tantangan dengan klinik yang padat dan waktu yang terbatas, serta kurangnya kesadaran dan rutinitas dalam mendiagnosis PN.” katanya.

Oleh karena itu, penyakit ini sering kali hanya dikenali dan didiagnosis pada tahap yang sudah terlambat, ketika kerusakan saraf yang seharusnya bisa dihindari lebih awal sudah berkembang.

"Ketika lebih dari 50% serabut saraf sudah rusak, tiba pada titik tak bisa kembali di mana regenerasi saraf tidak lagi memungkinkan," imbuhnya.

Banyak orang tidak menyadari bahwa diagnosis dini dapat membantu meningkatkan hasil pengobatan dan kualitas hidup yang lebih baik, serta saraf yang rusak dapat diregenerasi jika kerusakan saraf belum berkembang terlalu parah.

Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat waktu dapat mencegah perkembangan DPN (Diabetic Peripheral Neuropathy) atau kekambuhan gejala. Neurometer Pro Baru oleh P&G Health menjadi salah satu alat skrining mandiri digital yang sederhana untuk pasien.

Aditya Gupta, Senior Marketing Director – Asia Pasifik, P&G Health, mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan alat sederhana yang dapat memfasilitasi diagnosis dini, P&G Health telah meluncurkan Neurometer Pro Baru, yaitu kuesioner skrining mandiri digital untuk pasien yang terdiri dari lima pertanyaan guna menilai risiko kerusakan saraf pada pasien.

Dibuat oleh para ahli PN dari 10 negara dan berbagai bidang spesialisasi, Neurometer Pro Baru ini dapat menghemat waktu skrining dokter dan memberdayakan pasien untuk bertindak lebih awal untuk menghindari komplikasi jangka panjang dari PN.

Alat ini tersedia secara gratis untuk digunakan oleh masyarakat di Filipina, Indonesia, dan Malaysia untuk membantu diagnosis tepat waktu PN dan meningkatkan perawatan pasien.

Pengobatan dengan vitamin B Neurotropik efektif meredakan gejala PN secara keseluruhan. Neuropati Periferal (PN) dikaitkan dengan gangguan mobilitas fungsional dan gejala motorik yang terganggu, selain gejala sensorik. Gejala-gejala ini secara signifikan memperburuk kualitas hidup pasien.

Temuan studi NENOIN 2023 menyimpulkan bahwa kombinasi sinergis Vitamin B Neurotropik (B1, B6, dan B12) tidak hanya mampu meredakan gejala tetapi juga secara signifikan meningkatkan fungsi saraf pasien.

Peningkatan ini diukur melalui refleks pergelangan kaki dan lutut, kekuatan otot, serta persepsi sensorik di jari kaki dan tangan pasien dengan PN.

Dr. Rizaldy Pinzon seorang Ahli Neurologi di Departemen Neurologi, Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta - Indonesia) menyampaikan temuan analisis sub-grup terbaru menunjukkan bahwa pengobatan dengan kombinasi dosis tetap vitamin B neurotropik (B1, B6, dan B12) efektif dalam meredakan berbagai gejala Neuropati Periferal.

"Peningkatan lebih dari 50% hingga 80% diamati pada gejala seperti nyeri tusuk, nyeri terbakar, parestesia, dan mati rasa, serta secara signifikan meningkatkan kualitas hidup konsumen dengan Neuropati Periferal ringan hingga sedang.” ungkapnya.

Berbagi pengalaman pribadinya, Dr. Kenny P Merin, Apoteker & Asisten Wakil Presiden, Akademik & Riset di Lyceum of the Philippines University Davao mengatakan selain pengetahuan tentang kondisi ini, sangat penting bagi orang untuk memahami dampak dari Neuropati Perifer (PN) terkait dengan penurunan kualitas hidup dan peningkatan risiko ulkus kaki untuk mendorong rujukan diri secara dini.

Neuropati diabetik yang menyakitkan sangat terkait dengan gangguan status pekerjaan dan produktivitas kerja. Di antara pasien yang bekerja14, 59% melaporkan penurunan produktivitas di tempat kerja.

"Saya senang melihat upaya edukasi konsumen yang dilakukan oleh perusahaan seperti P&G Health yang membantu mengubah percakapan dari ketakutan menjadi empati. Dengan membantu orang memahami tanda dan gejala dengan cara yang mudah dipahami, serta peran diagnosis dini dan pengobatan yang tepat waktu, kita dapat memberdayakan mereka untuk mengambil langkah proaktif menuju pencarian pengobatan dan meningkatkan kualitas hidup mereka.” katanya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES