Forum Dosen

Langkah Pemulihan Pasca Longsor di Kawasan Konservasi

Jumat, 28 Juni 2024 - 15:44 | 33.05k
Rahmi Awallina, S.TP., MP., Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas.
Rahmi Awallina, S.TP., MP., Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PADANG – Alam telah memberi kita warisan berharga yang harus dijaga dengan baik. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan telah menciptakan ancaman serius bagi kelestarian planet kita. Perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati kini menjadi masalah global yang mendesak, menuntut perhatian dan tindakan kolektif.

Pemanasan global akibat perubahan iklim telah membawa kita ke ambang krisis, dengan peningkatan suhu rata-rata, cuaca ekstrem, dan ancaman serius terhadap ekosistem yang telah berkembang selama berabad-abad. Akibatnya, dampak buruk ini tidak hanya dirasakan oleh alam, tetapi juga secara langsung mempengaruhi kesejahteraan manusia. Suhu ekstrem yang meningkat mengancam ketahanan pangan, keamanan air, dan kesehatan masyarakat, menciptakan tantangan yang harus segera diatasi.

Advertisement

Di sisi lain, polusi dalam berbagai bentuknya-udara, air, dan tanah telah mencapai titik kritis. Emisi gas rumah kaca dan limbah industri tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga membahayakan kesehatan manusia, memicu penyakit pernapasan, keracunan, dan berbagai masalah kesehatan lainnya.

Kehilangan keanekaragaman hayati juga memberikan dampak yang tidak kalah serius. Ekosistem yang beragam dan seimbang adalah fondasi bagi kelangsungan hidup kita. Ketika spesies binatang dan tumbuhan punah, keseimbangan rantai makanan terganggu, mengancam ketahanan pangan, dan mengurangi keberlanjutan ekosistem yang mendukung kehidupan kita.

Bencana alam, yang semakin sering terjadi dengan intensitas yang meningkat, merupakan ancaman nyata bagi kelangsungan hidup manusia dan lingkungan. Peristiwa seperti gempa bumi, banjir, topan, dan kebakaran hutan kini terjadi lebih sering dan lebih ganas. Dalam konteks ini, perlindungan lingkungan memainkan peran penting dalam mengurangi risiko dan dampak bencana alam.

Faktor-faktor seperti perubahan iklim, aktivitas manusia yang merusak, dan degradasi lingkungan turut memicu bencana alam. Perubahan iklim, misalnya, telah meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana seperti banjir dan badai, yang tidak hanya menyebabkan kerugian ekonomi dan kerusakan infrastruktur, tetapi juga mengorbankan nyawa manusia. Selain itu, aktivitas manusia yang merusak, seperti deforestasi, eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, dan polusi, memperparah dampak bencana. Tanah yang gundul akibat deforestasi, misalnya, meningkatkan risiko longsor setelah hujan deras.

Urgensi upaya penyelamatan lingkungan untuk melindungi manusia dari bencana alam semakin tidak terbantahkan. Perubahan perilaku manusia, perlindungan ekosistem alami, dan peningkatan kapasitas adaptasi masyarakat merupakan langkah-langkah penting untuk mengurangi risiko dan memitigasi dampak bencana. Konservasi lingkungan melalui penghijauan, pelestarian hutan, dan pengelolaan air yang berkelanjutan, membantu menjaga ekosistem dan memperkuat ketahanan masyarakat terhadap bencana.

Selain itu, pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya konservasi lingkungan menjadi kunci untuk mendorong perilaku yang lebih berkelanjutan. Dengan menggabungkan upaya pelestarian lingkungan dan mitigasi bencana, kita dapat membangun masyarakat yang lebih tangguh dan berkelanjutan, menjadikan lingkungan hidup bukan hanya sebagai warisan yang harus dilestarikan, tetapi juga sebagai fondasi untuk masa depan yang lebih aman dan stabil.

Masyarakat sebagai Pilar Pencegahan Longsor dan Pemulihan Ekosistem pada Kawasan Konservasi

Upaya pencegahan longsor merupakan kunci untuk mengurangi dampak bencana di suatu wilayah. Masyarakat setempat perlu memainkan peran penting dalam tindakan pencegahan ini. Saat bencana longsor terjadi, sering kali korban jiwa dan kerusakan yang timbul diakibatkan oleh kurangnya persiapan dan sistem peringatan dini yang memadai. Persiapan yang matang akan memungkinkan masyarakat untuk bertindak tepat guna dan tepat waktu, sehingga dapat meminimalisasi dampak negatif.

Tanah longsor dipicu oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi perubahan kemiringan lahan dari landai ke curam, jenis dan sifat batuan, tingkat pelapukan, serta terjadinya gempa tektonik. Sedangkan faktor eksternal meliputi bentuk lereng, curah hujan yang memicu terbentuknya bidang gelincir, dan aktivitas manusia yang merusak kestabilan lereng. Aktivitas manusia yang berpotensi merusak lereng antara lain pembangunan yang tidak memperhatikan tata ruang, penebangan vegetasi secara berlebihan, dan penambahan beban mekanik pada kawasan rawan longsor seperti reboisasi yang tidak terkelola dengan baik.

Untuk mencegah dan mengurangi risiko tanah longsor, diperlukan langkah-langkah konkrit seperti menjaga hutan dari penebangan liar, menanam tumbuhan berakar kuat seperti nimba dan bambu pada lereng yang gundul, membuat saluran air hujan yang efektif, membangun dinding penahan pada lereng-lereng terjal, serta melakukan pemantauan dan pengukuran tingkat curah hujan secara berkala.

Pemulihan ekosistem di kawasan konservasi melibatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam pelaksanaan program pemulihan. Pandangan lama yang menempatkan masyarakat sebagai perusak karena praktik perambahan telah bergeser. Sekarang, masyarakat dianggap sebagai mitra dalam pemulihan ekosistem, yang berkontribusi pada keberlanjutan hasil pemulihan.

Perubahan paradigma ini menunjukkan bahwa masyarakat yang sebelumnya merambah kawasan konservasi demi memenuhi kebutuhan ekonomi, kini mulai beralih menjadi pelestari hutan. Namun, proses mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya hutan tidak bisa dicapai secara instan. Keberhasilan pemulihan ekosistem sangat tergantung pada sinergi kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, serta konsistensi dalam perencanaan dan implementasi program.

Strategi keberhasilan mencakup penguatan kerjasama, persiapan yang baik, implementasi penanaman, pencegahan dan pengendalian ancaman, serta pengawasan dan evaluasi yang berkelanjutan. Keberhasilan pemulihan ekosistem tidak hanya fokus pada mengembalikan fungsi ekologis kawasan konservasi, tetapi juga pada meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam atau di sekitar kawasan tersebut. Dengan demikian, tujuan pemulihan ekosistem dapat tercapai tanpa mengesampingkan kebutuhan masyarakat, menciptakan keseimbangan antara pelestarian lingkungan dan kesejahteraan manusia.

Keberhasilan pencegahan longsor dan pemulihan ekosistem di kawasan konservasi sangat bergantung pada keterlibatan aktif masyarakat setempat. Masyarakat berperan sebagai garda terdepan dalam upaya pencegahan bencana melalui praktik pengelolaan lingkungan yang bijak dan kolaborasi yang solid dengan berbagai pihak terkait.

Dengan memahami dan menerapkan langkah-langkah preventif seperti menjaga vegetasi penutup tanah, membangun infrastruktur pengendali bencana, serta memantau kondisi alam secara berkala, masyarakat dapat mengurangi risiko longsor secara signifikan. Aktivitas manusia yang sebelumnya memperburuk kondisi lereng kini dapat dialihkan menjadi tindakan konservasi yang memperkuat stabilitas ekosistem.

Paradigma baru dalam pemulihan ekosistem menempatkan masyarakat bukan hanya sebagai pelaksana, tetapi juga sebagai pemilik manfaat langsung dari keberhasilan program konservasi. Sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta terbukti efektif dalam menciptakan lingkungan yang lebih tangguh, mengembalikan fungsi ekosistem, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dengan demikian, pendekatan yang melibatkan masyarakat dalam setiap tahap pencegahan dan pemulihan tidak hanya mendorong keberlanjutan lingkungan tetapi juga memastikan bahwa kawasan konservasi dapat berfungsi optimal sambil memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial masyarakat setempat.

***

*) Oleh : Rahmi Awallina, S.TP., MP., Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES