TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Musim dingin terjadi ketika belahan bumi bagian utara tidak mengarah ke matahari. Musim dingin biasanya terjadi pada bulan Desember. Daerah yang mengalami musim semi terjadi karena posisi bumi sedang terletak di sudut 90 derajat mengarah ke matahari. Tetapi hal lain terjadi di belahan dunia saat ini, belahan bumi bagian selatan lebih tepatnya di Indonesia.
Pada saat ini Indonesia sedang mengalami winter atau lebih dikenal dengan nama musim dingin. Fenomena suhu “bediding” atau membekukan di Indonesia belakangan ini ramai diperbincangkan di kalangan media sosial Twitter dan lain-lain. Ada yang mengatakan musim dingin yang berkepanjangan ini karena jauhnya jarak bumi dan matahari. Masih banyak fakta yang masih simpang siur tentang musim dingin yang terjadi di Indonesia saat ini.
Advertisement
Ada juga yang mengatakan musim dingin ini karena Fenomena Aphelion dan ada juga yang mengatakan musim dingin ini dengan Angin Monsun Australia. Lalu, apa fakta yang sebenarnya di balik musim dingin pada belahan dunia bagian selatan ini?
Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto menyebut penyebab suhu dingin yang terjadi tiap pagi dan malam hari ini, tak terlepas dari pergerakan Angin Monsun Australia. Angin Monsun Australia ini bertiup dari Australia menuju Asia melewati wilayah Indonesia dan perairan Samudera Hindia sambil membawa udara dingin.
Dalam penjelasan BMKG mengenai suhu dingin yang terjadi akhir-akhir ini, Guswanto mengatakan suhu dingin pada musim kemarau disebabkan oleh Angin Monsun Australia yang bertiup dari Australia menuju Asia melalui perairan wilayah Indonesia dan Samudera Hindia.
Sementara itu, Samudera Hindia juga memiliki suhu permukaan laut yang juga relatif rendah atau dingin. Angin Monsun Australia diketahui bersifat kering dan sedikit membawa uap air, sehingga memengaruhi musim kemarau di Indonesia. “Apalagi pada malam hari, di saat suhu mencapai titik minimumnya,” ujar Guswanto.
Ia menambahkan, Angin Monsun Australia yang menyebabkan suhu beku di Indonesia merupakan fenomena yang rutin terjadi setiap tahunnya. Menurut BMKG mengenai suhu dingin di malam dan siang hari pada belahan bumi bagian selatan yang terjadi akhir-akhir ini akan terus terjadi menjelang puncak musim kemarau di bulan Juli-Agustus. Belahan bumi bagian selatan ini meliputi Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang berada di wilayah bagian selatan garis katulistiwa.
Ada juga yang mengaitkan musim dingin ini dengan fenomena aphelion, tak sedikit yang berpendapat tentang Fenomena Aphelion yang kini sedang terjadi di sebagian wilayah negara Indonesia ini. Fenomena Aphelion sendiri merupakan sebuah fenomena ketika bumi berada di titik terjauh dari matahari dalam satu putaran orbit.
Mengapa banyak yang mengutarakan keadaan saat ini di bagian selatan katulistiwa merupakan fenomena aphelion? Karena sebagai jawaban yang mudah di mengerti oleh warga +62 ini, mengapa begitu? Seperti contoh ini “kenapa ya sekarang selalu dingin? Baik itu pagi, siang, maupun malam?” lawan berbicara dengan mudahnya menjawab “karena sekarang bumi itu jauh dari matahari”. Jawaban seperti itu memang memang mudah untuk dipahami oleh masyarakat luas.
Berdasarkan edaran yang berantai di media sosial, mengeklaim bahwasannya munculnya Fenomena Aphelion membawa dampak negatif untuk penduduk bumi, yakni menimbulkan penyakit karena membuat suhu bumi lebih dingin.
Dilansir dari liputan6.com, klaim Fenomena Aphelion menimbulkan penyakit karena membuat suhu bumi lebih dingin adalah tidak benar. Faktanya, Plt. Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Urip Haryoko membantah klaim Fenomena Aphelion membuat suhu lebih dingin.
Penjelasan BMKG Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Ida Pramuwardhani membantah kabar bahwa suhu dingin di Indonesia belakangan akibat dari fenomena aphelion. Menurutnya, aphelion adalah fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli.
"Sementara itu, kondisi cuaca dingin yang terjadi di wilayah Indonesia pada periode Juli 2024 tidak terkait dengan fenomena aphelion," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (16/7/2024).
Meski posisi matahari terjauh dari bumi saat terjadi fenomena aphelion, namun hal tersebut tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap fenomena atmosfer atau cuaca bumi. Ida menjelaskan, dinginnya suhu udara di Indonesia sebenarnya merupakan fenomena alam yang biasa terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau, yakni Juli hingga September.
Pada saat yang sama, jarak pasti ke aphelion bumi sedikit berbeda dari tahun ke tahun karena pengaruh gravitasi planet lain dan gravitasi bulan. Namun saat aphelion pada 5 Juli 2024, pusat bumi berjarak 152.099.969 kilometer atau 94.510.539 mil dari pusat matahari.
Ida mengungkapkan bahwasannya penyebab suhu dingin di Indonesia karena saat ini wilayah pulau Jawa hingga NTT berada pada musim kemarau. Periode ini dapat ditandai dengan pergerakan angina dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia.
Pada bulan Juli, wilayah sekitaran Australia sedang berapa pada periode musim dingin. Adanya pola tekanan udara yang relative tinggi di Australia yang menyebabkan pergerakan massa udara menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsun Dingin Australia.
***
*) Oleh : Nadha Salsabila, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas KH. Mukhtar Syafaat Banyuwangi.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rizal Dani |