Forum Mahasiswa

Politik Penguasa dan Santri

Jumat, 13 September 2024 - 11:56 | 22.47k
Muhammad Dzunnurain, Mahasiswa Faculty of Teacher Training and Education, English Education Department Unisma
Muhammad Dzunnurain, Mahasiswa Faculty of Teacher Training and Education, English Education Department Unisma
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Politik adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap keputusan yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari, secara langsung atau tidak langsung, dipengaruhi oleh politik dan pemerintahan. 

Bayangkan bagaimana hidup tanpa negara dan pemerintahan, sulit bukan? Dunia yang kita tempati ini hampir seluruhnya sudah diatur oleh batas-batas negara, yang membuat manusia hidup dalam sistem sosial yang dikendalikan oleh peraturan negara.

Advertisement

Sejak berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setelah Perang Dunia II, seluruh wilayah dunia terbagi menjadi negara-negara berdaulat, masing-masing dengan pemerintahan dan sistem politiknya. 

Setiap negara, baik besar maupun kecil, memainkan peran penting dalam panggung global, dengan batas-batas yang diakui dan dihormati oleh komunitas internasional. Batas-batas ini mempengaruhi bagaimana politik berkembang dan bagaimana warga negara hidup di bawah pengaruh pemerintahan mereka.

Di Indonesia, kita mengadopsi sistem presidensial dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945. Sejak saat itu, sistem politik kita diatur oleh UUD 1945 dengan presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. 

Seiring dengan perkembangan masyarakat, termasuk santri, dalam politik semakin terlihat jelas, baik dalam penyusunan undang-undang maupun dalam pelaksanaan kebijakan negara.

Santri telah memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Misalnya, KH Wahab Hasbullah, melalui organisasi Hizbullah, aktif membantu perjuangan bersenjata melawan penjajah. Di sisi lain, KH Hasyim Asy’ari dengan Resolusi Jihad-nya, menggerakkan ribuan santri untuk turut berjuang mempertahankan kemerdekaan.

Selain itu, KH Wahid Hasyim, tokoh santri lainnya, berperan penting dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Beliau berkontribusi dalam menyusun dasar negara dan Pancasila, memperkuat bukti bahwa santri telah lama ikut serta dalam panggung politik nasional, memberikan pandangan agama dalam konteks kebijakan kenegaraan.

Ketika seorang santri memasuki panggung politik, ajaran yang diperoleh dari pesantren bisa mempengaruhi kebijakan yang dibuatnya. Santri dilatih untuk hidup sederhana, jujur, dan adil, serta memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat. 

Nilai-nilai ini akan tercermin dalam kebijakan yang mereka buat saat menjabat, misalnya kebijakan yang lebih berpihak pada kaum lemah, memerangi ketidakadilan, atau menjaga moralitas publik.

Salah satu contoh bagaimana santri bisa membawa perubahan nyata adalah ketika seorang pejabat berlatar belakang santri mampu menutup tempat judi di wilayahnya. Dengan kekuatan politik yang dimiliki, serta pemahaman agama yang kuat, mereka mampu mengambil keputusan yang tidak hanya menguntungkan secara politis, tetapi juga berlandaskan nilai-nilai agama yang mereka pelajari di pesantren.

Selain berperan dalam pembuatan kebijakan, santri juga dapat menjadi benteng terhadap paham-paham yang menyimpang dan merugikan masyarakat. Santri yang terjun ke politik mampu mempertahankan moralitas dan nilai-nilai agama di tengah arus politik yang kadang kotor dan penuh intrik. Mereka bisa berfungsi sebagai pengingat dan penjaga moral di lingkungan yang rentan terhadap korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

Santri yang terjun ke dunia politik dapat memberikan kontribusi besar dalam menciptakan negara yang lebih adil, bermoral, dan berlandaskan pada ajaran agama. Pengalaman belajar di pesantren, yang memadukan pengetahuan agama dan moralitas, membuat santri memiliki bekal yang kuat untuk menghadapi tantangan dalam dunia politik yang penuh godaan. (*)

***

*) Oleh : Muhammad Dzunnurain, Mahasiswa Faculty of Teacher Training and Education, English Education Department Unisma.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES