
TIMESINDONESIA, MALANG – Di tahun 2025, kebijakan Tes Kemampuan Akademik (TKA) sebagai alat ukur capaian pembelajaran mulai diberlakukan. Lewat kebijakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) ini, TKA dihadirkan sebagai upaya menghadirkan evaluasi pendidikan yang komprehensif.
Sebagai sebuah metode, model ujian atau tes sebenarnya bukan barang baru, di waktu sebelumnya, Ujian Nasional (UN) untuk kelas 6, 9 dan 12 yang sudah dihapuskan juga menjadi alat ukur capaian pembelajaran.
Advertisement
Hadirnya TKA tentu memunculkan pertanyaan, seberapa penting pemberlakuannya?. Selain itu, korelasi antara adanya TKA dengan evaluasi pendidikan menjadi menarik dilihat.
Apalagi, dengan adanya TKA, skema implementasinya tentu membutuhkan instrumen pendukung. Selain sumber daya yang memadai, alat kelengkapan yang perlu masif tentu menjadi sarana yang tak boleh tertinggal. Secara umum kita ketahui, dalam melaksanakan kebijakan, dorongan materil menjadi kebutuhan dasarnya.
Artinya, dengan demikian, tidak hanya menjadi harapan akan evaluasi pembelajaran ini, lebih dari itu, TKA perlu menjelma menjadi motor yang mekontruksi perbaikan sumber daya muda bangsa Indonesia. Beberapa ulasan coba penulis sajikan sebagai upaya mendalami aktualisasinya.
Membincang Model Tes bagi Siswa
Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau pernyataan-pernyataan yang harus dipilih dan ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek (perilaku) tertentu dari orang yang di tes. Tes tersebut memenuhi empat aspek yaitu kegunaan, mungkin dikerjakan, legal atau sah, dan ketelitian.
Sebagai alat ukur dalam evaluasi, tes bagi siswa memberikan data kuantitatif. Karena digunakan sebagai ukuran keberhasilan pembelajaran, hasil dari tes yang dilangsungkan akan menyediakan informasi tingkat capaiannya. Hasil proses ini nantinya mampu digunakan dalam menentukan tindak lanjut pembelajaran (Ganjar Susilo, 2018).
Dari sini, dengan implementasinya yang tepat sasaran, karena dorongan adanya TKA bagi siswa sekolah, keterbukaan peluang membangun kesadaran akan pentingnya refleksi dan evaluasi diri terhadap proses pembelajaran yang selama ini berlangsung akan muncul dalam kepribadian siswa. Hal ini juga akan memotivasi siswa untuk semakin giat dalam belajar.
Dengan dorongan motivasi ini, proses belajar siswa tentu akan menjadikannya lebih signifikan. Kesadaran akan pemberlakuan TKA dan upaya mendapatkan hasil yang optimal tentu akan berdampak langsung pada semangat belajar siswa dalam melangsungkan pendidikan.
Faktor motivasi ini misalnya seperti ulasan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang memiliki motivasi tinggi dan diberi tes dalam pembelajaran dibandingkan lainnya.
Perbedaan tersebut disebabkan karena motivasi adalah salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Makin tinggi motivasi seseorang maka akan makin besarlah keberhasilan belajarnya (Oppolzer, 2008).
Jadi siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar, sehingga prestasi belajar akan menjadi maksimal terpicu oleh kemauan dan motivasi yang kuat.
Tentunya, dukungan moril dari keluarga menjadi pemantik tumbuh kembang motivasi ini, dengan kehangatan positif yang dihadirkan dilingkungan keluarga, peningkatan prestasi siswa akan mampu dilakukan.
Implementasi TKA tentu harus terformulasi dari hasil perakitan item-item soal yang telah dibakukan melalui proses analisis item, serta diadministrasikan, diskor, dan diinterpretasikan secara baku.
Dalam menyusun instrumen tes untuk tes prestasi, yang harus diperhatikan adalah bagaimana tes bisa sepadan dengan kemampuan seseorang yang akan di berikan tes.
Langkah ini merupakan sebuah tes dengan jumlah item yang banyak dan seluruh itemnya bertaraf kesukaran sedang (on-target) bagi orang yang menempuh tes. Hal ini memberi gambaran bahwa instrumen tes yang disusun tidak boleh terlalu jauh di bawah atau di atas kemampuan peserta tes.
Akhirnya, kita tentu berharap bahwa TKA yang dilakukan akan mampu mempercepat perbaikan pendidikan kita. Semoga generasi muda kita mampu terus bertumbuh kembang menyongsong masa depan cerah bangsa Indonesia. (*)
***
*) Oleh : Muhamad Hafiatul Annur, Mahasiswa Universitas Negeri Malang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |