Forum Mahasiswa

Putus Sekolah di Tengah Infrastruktur Melimpah

Jumat, 25 Juli 2025 - 08:24 | 8.79k
Arum Dewi Masitoh, Mahasiswa Prodi Tadris Bahasa Indonesia, UIMSYA Blokagung, Banyuwangi.
Arum Dewi Masitoh, Mahasiswa Prodi Tadris Bahasa Indonesia, UIMSYA Blokagung, Banyuwangi.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Indonesia, sebagai negara berkembang, memiliki potensi besar yang terus bersemi. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa sejumlah tantangan masih perlu diatasi untuk mencapai kemajuan yang merata. 

Isu-isu krusial seperti pemerataan infrastruktur, penyerapan tenaga kerja, serta peningkatan akses dan kualitas pendidikan dan kesehatan menjadi sorotan utama yang memerlukan perhatian serius.

Advertisement

Tak dapat dimungkiri, pendidikan memiliki peran fundamental dalam setiap aspek kehidupan. Idealnya, setiap individu perlu dibekali dengan pendidikan sejak dini, mencakup ranah formal, non-formal, dan informal. 

Pendidikan tidak sekadar membekali kita dengan ilmu sebagai arah dan tujuan hidup, namun juga membentuk pribadi yang berintegritas dan tidak mudah dipandang sebelah mata. Jelas sudah, betapa strategisnya pendidikan dalam menentukan kualitas hidup kita.

Pendidikan merupakan suatu keharusan yang seyogianya dilaksanakan dengan optimal oleh setiap anak. Optimalisasi ini tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, melainkan juga melibatkan peran krusial dari orang tua serta lingkungan yang kondusif dan suportif.

Untuk menunjang proses pembelajaran yang efektif, ketersediaan infrastruktur yang memadai mutlak diperlukan. Ini mencakup keberadaan sekolah dengan fasilitas lengkap, ketersediaan buku sebagai bahan ajar yang relevan, serta yang paling vital adalah pendidik yang tidak hanya mampu mengajar, tetapi juga membimbing dan menjadi konselor yang baik bagi para peserta didiknya.

Sebagai generasi penerus bangsa, pendidikan memiliki peran penting untuk memajukan Indonesia. Melalui pendidikan, kita akan mampu membangun daya saing global yang setara dengan negara-negara maju.

Indonesia memiliki lanskap pendidikan formal yang sangat luas. Saat ini, kita dapat dengan mudah menemukan sekolah di mana-mana. Berdasarkan data dari DataSekolah.net, pada tahun 2025 saja, diperkirakan ada sekitar 57.000 unit sekolah swasta.

Ditambah lagi, terdapat setidaknya 174.760 sekolah negeri dari jenjang dasar hingga perguruan tinggi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, mencakup Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Angka-angka ini menunjukkan betapa masifnya infrastruktur pendidikan formal yang telah dibangun di negeri ini.

Melihat data masifnya jumlah sekolah yang telah berdiri di Indonesia, sebuah pertanyaan besar muncul: mengapa masih banyak anak yang putus sekolah atau tidak dapat mengenyam pendidikan? 

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa ini bukan semata-mata karena keengganan anak untuk belajar, melainkan ketidakmampuan finansial keluarga yang menjadi penyebab utama.

Setidaknya 4 juta anak di Indonesia tidak bersekolah. Angka putus sekolah yang tinggi ini seringkali merujuk pada dua akar masalah: kurangnya akses pendidikan yang merata dan mahalnya biaya sekolah. 

Ironisnya, di tengah banyaknya institusi pendidikan, hambatan ekonomi justru menjadi tembok penghalang bagi jutaan mimpi anak bangsa.

Putus sekolah membawa dampak berantai yang merugikan, tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi bangsa. Konsekuensinya meluas pada peningkatan angka pengangguran, kemiskinan, bahkan kriminalitas. 

Ironisnya, anak-anak yang seharusnya menempuh pendidikan justru terpaksa merelakan masa mudanya untuk bekerja atau bahkan menikah di usia dini. Bagaimana mungkin sebuah negara dapat maju jika kualitas sumber daya manusianya (SDM) belum terpenuhi secara optimal?

Melihat urgensi ini, perhatian khusus dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk menanggulangi angka putus sekolah. Pemerintah harus memberikan perhatian khusus untuk mengatasi tingginya angka putus sekolah di Indonesia. 

Ini bisa dilakukan dengan memperluas akses pendidikan, meningkatkan kualitas pengajaran, memberikan bantuan finansial kepada siswa yang kurang mampu, dan mengefisienkan anggaran agar biaya sekolah agar tidak lagi membebani orang tua.

Pemimpin sejati adalah mereka yang mampu membentuk dan menginspirasi generasi untuk menjadi pribadi yang maju, inovatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Mari bersama wujudkan potensi ini. (*)

***

*) Oleh : Arum Dewi Masitoh, Mahasiswa Prodi Tadris Bahasa Indonesia, UIMSYA Blokagung, Banyuwangi.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES