“Nyareh Malem,” Budaya Warga Kota Kraksaan Saat Menunggu Buka Puasa Ramadan

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Setiap momentum biasanya diikuti dengan kebiasaan yang dilakukan secara rutin. Pun demikian dengan kebiasaan warga Kota Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Setiap Ramadan warga setempat punya kebiasaan Nyareh Malem.
Nyareh Malem merupakan bahasa Madura. Artinya, mencari malam. Makna nyareh malem di sini bukan berarti mencari suasana malam, atau menikmati malam hari. Apalagi mencari hiburan malam yang identik dengan hal-hal negatif.
Advertisement
Makna dari kalimat tersebut adalah menunggu waktu azan maghrib. Ini merupakan kebiasaan warga Kota Kraksaan setiap bulan Ramadan. Dimana, banyak warga melakukan aktivitas santai saat sore hingga senja. Nyareh Malem itu dilakukan sambil menunggu waktu buka puasa tiba.
Ada banyak kegiatan yang dilakukan warga Kota Kraksaan sambil nyareh malem. Seperti, jalan-jalan menyusuri jalanan Kota Kraksaan dengan mengendarai motor.
Aktivitas tersebut umumnya dilakukan oleh anak-anak muda. Baik sendirian, berdua dengan sahabat, ataupun secara berkelompok. Tapi tak sedikit pula dilakukan oleh para orang tua bersama anak-anaknya.
Tak ayal, aktivitas tersebut membuat jalanan Kota Kraksaan menjadi ramai. Lalu lalang kendaraan roda dua pun meningkat dari biasanya karena aktivitas nyareh malem.
Setelah puas menyusuri jalanan, warga biasanya kongkow di beberapa tempat strategis dan ramai. Seperti, alun-alun setempat, kawasan stadion Gelora Merdeka, dan taman SL Park, dan tempat keramaian lainnya.
Nah, kongkow tersebut menjadi tempat terakhir warga saat nyareh malem. Ngobrol, bercanda bersama kawan-kawan di tempat tersebut. Bagi jomblo sejati, biasanya sambil melirik lawan jenis. Heee...
Tidak hanya ‘ngaspal’ saja. Warga Kota Kraksaan juga punya kebiasaan lain saat nyareh malem. Olahraga, misalnya.
Kebiasaan yang satu ini memang tidak banyak dilakukan oleh warga Kota Kraksaan. Hanya mereka yang gemar berolahraga saja. Mereka tak ingin bulan Ramadan dijadikan alasan untuk malas berkeringat. Meski hanya olahraga ringan.
Olahraga ringan yang banyak dilakukan warga Kota Kraksaan saat Ramadan seperti bersepeda, lari kecil, atau hanya sekadar warming up saja.
Untuk lokasi olahraga lari ringan biasanya dilakukan di sekitaran alun-alun, dan jalan-jalan kecamatan yang relatif sepi. Tapi tetap harus hati-hati karena harus berbagi ruas dengan pengguna jalan lainnya.
Sementara untuk tempat olahraga pemanasan ringan di tempat umum, biasanya warga Kota Kraksaan memanfaatkan fasilitas alun-alun. Letaknya di dua sudut sisi utara.
Lalu, untuk jalur bersepeda hampir sama dengan jalur yang digunakan oleh mereka yang motoran sambil nyareh malem. Baik mancal di jalan raya nasional, ataupun jalan-jalan kecamatan.
Tak sedikit pula yang mancal menjelajahi jalan pedesaan, sembari melihat hijaunya tanaman sawah. Jika mendapat momen pas, warga akan melihat pemandangan matahari terbenam.
Apakah hanya berupa kegiatan di alam terbuka saja saat nyareh malem? Tentu tidak. Meski Kota Kraksaan menjadi ibu kota Kabupaten Probolinggo, namun budaya kampung masih melekat.
Saat sore hari, tak sulit kita mendengar suara orang mengaji atau tadarus di masjid atau musala. Lantunan ayat suci Al Quran pun saling bersautan antar pengeras suara. Biasanya, tadarus itu diakhiri dengan kultum Ramadan.
Itulah salah satu budaya yang masih lestari di bumi Kota Kraksaan selama bulan Ramadan. Nyareh Malem tetap dilakukan warga setempat. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |