Resensi

Perang Jawa Libur Selama Ramadan, Pangeran Diponegoro Fokus Ibadah Perkuat Pasukan

Sabtu, 23 Maret 2024 - 18:15 | 74.93k
Lukisan yang mengisahkan penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh. (FOTO: Historia)
Lukisan yang mengisahkan penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh. (FOTO: Historia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pada 21 Februari 1830, empat hari menjelang bulan Ramadan, Pangeran Diponegoro tiba di Menoreh, pegunungan perbatasan Bagelen dan Kedu. Kedatangannya berdasarkan kesepakatan gencatan senjata dengan Belanda yang dimediasi oleh Jan Baptist Cleerens.

Di Menoreh, Pangeran Diponegoro dan 800 pengikutnya tinggal di sebuah pesanggrahan sederhana. Setiap pagi selama bulan puasa, mereka giat berlatih olah kanuragan dan menjalankan ibadah. Diponegoro bahkan memiliki batu besar dan lurus di dekat Kali Progo untuk salat.

Advertisement

Awal Maret 1830, Pangeran Diponegoro melalui Cleerens memberitahu Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock bahwa dia tidak akan melakukan pembicaraan tentang perang selama bulan puasa. De Kock setuju dan bahkan memberikan Pangeran Diponegoro seekor kuda, uang f10.000, dan izin bagi anggota keluarganya yang ditawan untuk bergabung dengannya di Magelang.

De Kock dan stafnya sering mengunjungi Pangeran Diponegoro di pesanggrahannya. Masyarakat Kedu pun banyak yang datang membawa gula Jawa sebagai tanda penghormatan. Diponegoro menerimanya meskipun dia tidak menyukai makanan manis.

De Kock bertemu dengan Pangeran Diponegoro tiga kali: dua kali saat jalan subuh di taman keresidenan dan sekali di pesanggrahan. Sikap manis De Kock ternyata bermuatan politis. Dia ingin meninabobokan Diponegoro agar menyerah tanpa syarat.

Namun, Pangeran Diponegoro tidak tertipu. Tumenggung Mangunkusumo, mata-mata De Kock, melaporkan bahwa Diponegoro tetap kukuh dalam niatnya untuk mendapat pengakuan sebagai sultan Jawa bagian selatan. Perwira senior Belanda lain bahkan menyebutnya sebagai "Ratu Paneteg Panatagama Wonten ing Tanah Jawa Sedaya" (ratu dan pengatur agama di seluruh Tanah Jawa).

Pada 25 Maret 1830, dua hari sebelum bulan puasa berakhir, De Kock diam-diam memerintahkan Louis du Perron dan A.V Michels untuk mempersiapkan penangkapan Pangeran Diponegoro. Gencatan senjata Ramadan berakhir tragis: Diponegoro ditangkap pada hari kedua Lebaran.

Penangkapan Pangeran Diponegoro menandai akhir Perang Jawa, yang berlangsung selama lima tahun dan merenggut banyak korban jiwa. Perang ini meninggalkan jejak sejarah kelam dan menjadi simbol perlawanan rakyat Indonesia terhadap kolonialisme. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES