Mengurai Polemik Sejarah dan Validitas Klan Nasab Ba'lawi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dalam dua tahun terakhir, perbincangan mengenai keabsahan nasab para Habib di Indonesia yang berasal dari Klan Ba’alwi terus menghangat di media sosial.
Kontroversi ini dipicu oleh tesis yang disampaikan oleh Imaduddin Utsman al-Bantani, yang menyatakan bahwa nasab mereka yang diklaim terhubung dengan Nabi Muhammad SAW, adalah “batilun” (batal), “maudu’un” (palsu), dan “munqati’un” (terputus).
Advertisement
Majalah berita mingguan TEMPO, dalam liputan khusus Idul Fitri 1445 H, juga mengangkat isu ini, menyoroti dugaan terputusnya nasab para Habib di Indonesia berdasarkan penelitian Kiai Imaduddin.
Menurut Imad, klaim keturunan Nabi yang diajukan oleh Klan Ba’alwi tidak memiliki dasar yang kuat dalam literatur sejarah dan nasab yang mu’tabar (terpercaya).
Klan Ba’alwi sendiri memiliki akar dari Tarim, Hadramaut, Yaman. Sebagian dari mereka hijrah ke Indonesia pada rentang waktu antara tahun 1880 hingga 1943 Masehi.
Dalam lingkungan sosial dan keagamaan, mereka mengklaim sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW dan menggunakan gelar "Habib" untuk menunjukkan status tersebut.
Dalam berbagai literatur yang ditulis oleh ulama-ulama Ba’alwi, mereka menelusuri nasab mereka hingga ke Ahmad bin ‘Isa, yang dikenal sebagai tokoh penting dalam silsilah ini.
Ahmad bin ‘Isa dianggap sebagai orang yang pertama kali hijrah dari Bashrah ke Hadramaut pada tahun 317 H, dan sejak saat itu ia dikenal dengan julukan “al-Muhajir” (orang yang berhijrah).
Namun, Kiai Imaduddin menantang klaim ini dengan menegaskan bahwa tidak ada kitab-kitab dari abad ke-4 hingga ke-8 Hijriah yang menyatakan bahwa Ahmad bin ‘Isa pernah berhijrah ke Hadramaut, menyandang gelar "al-Muhajir," atau bahkan dimakamkan di sana.
Ia juga mengkritik bahwa nama Ubaidillah, yang dianggap sebagai salah satu anak dari Ahmad bin ‘Isa, tidak ditemukan dalam literatur nasab yang terpercaya dari periode tersebut.
Lebih jauh lagi, diskusi ini semakin memanas ketika seorang ahli biologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr Sugeng Pondang Sugiharto, menyatakan bahwa dari 180 anggota Klan Ba’alwi yang telah menjalani tes DNA, tidak satu pun yang terbukti secara genetik sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.
Bahkan, hasil tes tersebut menunjukkan bahwa mereka tidak terkonfirmasi sebagai keturunan Arab, apalagi sebagai keturunan Nabi Ibrahim AS.
Pertanyaan tentang keabsahan nasab dan gelar "al-Muhajir" untuk Ahmad bin ‘Isa menjadi topik utama dalam Bahtsul Masail yang direncanakan akan diadakan di Gedung PBNU Pusat.
Diskusi ini akan menjawab beberapa pertanyaan penting, seperti apakah ada kitab dari abad ke-4 hingga ke-8 Hijriah yang menyebutkan hijrahnya Ahmad bin ‘Isa ke Hadramaut, pemberian gelar "al-Muhajir", serta keabsahan tes DNA dalam memvalidasi nasab menurut hukum Islam.
Dari literatur yang ada, baik kitab sejarah maupun kitab nasab yang mu’tabar, belum ditemukan bukti yang menyatakan bahwa Ahmad bin ‘Isa pernah berhijrah ke Hadramaut, memiliki gelar "al-Muhajir", atau dimakamkan di sana.
Pengakuan terkait nasab Klan Ba’alwi baru muncul pada abad ke-9 Hijriah, dimulai oleh Ali bin Abubakar al-Sakran, seorang ulama dari klan tersebut, yang tanpa referensi menuliskan bahwa Ahmad bin ‘Isa hijrah dari Basrah ke Hadramaut.
Sejarawan Al-Janadi (w. 732 H) dalam karyanya "Al-Suluk" juga tidak mencatat adanya makam Ahmad bin ‘Isa di Hadramaut, meskipun ia rajin mencatat makam-makam yang diziarahi dan dianggap berkah.
Hal ini menunjukkan bahwa pada masa tersebut, makam Ahmad bin ‘Isa belum dikenal atau mungkin belum ada di Hadramaut.
Selain itu, dalam kitab Tahdzib al-Ansab wa Nihayat al-Alqab yang ditulis oleh Al-Ubaidili (w. 437 H), tidak disebutkan adanya anak dari Ahmad bin ‘Isa bernama Ubaidillah. Kitab ini hanya mencatat satu anak dari Ahmad bin ‘Isa, yaitu Muhammad.
Hal tersebut semakin menguatkan argumen bahwa klaim Klan Ba’alwi mengenai nasab mereka perlu diteliti lebih lanjut dan tidak serta merta diterima tanpa bukti yang kuat.
Bahtsul Masail yang akan digelar PBNU itu diharapkan dapat memberikan pencerahan dan jawaban yang tuntas atas berbagai pertanyaan dan kontroversi yang mengemuka, serta menetapkan keabsahan atau ketidakabsahan nasab para Habib dari Klan Ba’alwi berdasarkan fakta-fakta sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Rizal Dani |