
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Yohanes 13:1–15: “Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yohanes 13:15)
Kamis Putih memperingati momen yang sangat dalam: Perjamuan Terakhir Yesus bersama murid-murid-Nya. Namun dari semua hal yang terjadi malam itu—roti dan anggur, pengkhianatan yang akan datang, perpisahan yang berat—ada satu tindakan Yesus yang sangat radikal: pembasuhan kaki murid-murid-Nya.
Advertisement
Tindakan ini bukan sekadar simbol. Ini adalah pernyataan kepemimpinan sejati—bukan yang dilayani, tapi yang melayani.
Yesus: Pemimpin yang Membasuh Kaki
Pada zaman itu, membasuh kaki adalah tugas hamba terendah dalam rumah. Namun Yesus, Tuhan dan Guru, mengambil kain lenan, berlutut, dan membasuh kaki murid-murid-Nya—termasuk kaki Yudas, yang akan mengkhianati-Nya.
Tindakan ini menunjukkan dua hal. Pertama, Kasih yang melayani tanpa syarat. Kedua, kepemimpinan yang berakar pada kerendahan hati dan pengorbanan.
Yesus tidak hanya mengajarkan kasih dan kerendahan hati—Ia menunjukkannya langsung, pada saat terakhir sebelum salib.
Relevansi dalam Kepemimpinan Zaman Sekarang
Di era modern, baik dalam komunitas, organisasi, maupun perusahaan, konsep kepemimpinan kerap dipersempit menjadi posisi, kuasa, dan hasil. Namun Yesus menunjukkan bahwa pengaruh terbesar berasal dari hati yang melayani, bukan tangan yang memerintah.
Servant Leadership menurut model Kristus tetap sangat relevan.
1. Dalam Komunitas
Pemimpin yang mau turun, mendengar, hadir di tengah umatnya—itulah pemimpin yang akan dihormati dan diikuti. Kepemimpinan yang tidak menciptakan jarak, tetapi kedekatan dan empati.
2. Dalam Dunia Profesional / Perusahaan
Pemimpin yang membangun tim dengan kasih, memberi teladan etika, dan memprioritaskan pertumbuhan anggota tim akan menciptakan budaya kerja yang sehat, inovatif, dan berkelanjutan.
Jim Collins dalam Good to Great menyebut ini sebagai “Level 5 Leader”—pemimpin yang rendah hati namun sangat berkomitmen pada tujuan perusahaan. Mereka tidak haus pujian pribadi, melainkan fokus pada keberhasilan bersama. Ini selaras dengan kepemimpinan Yesus: kerendahan hati yang membawa kekuatan sejati.
Refleksi Pribadi
• Apakah saya memimpin untuk dilayani, atau untuk melayani?
• Dalam relasi saya dengan orang lain—apakah saya berani membasuh kaki mereka secara simbolis: merendahkan diri, mengampuni, mendahulukan mereka?
Yesus mengajarkan bahwa kepemimpinan bukan soal posisi, tapi soal hati. Kamis Putih bukan hanya perayaan liturgi, tapi undangan abadi bagi setiap pemimpin—untuk mencintai dengan tindakan, memimpin dengan keteladanan, dan memuliakan Tuhan bukan dari singgasana, tetapi dari lantai tempat kita berlutut untuk melayani sesama. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rizal Dani |