
TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Dalam mengarungi hidup ini, kita sebagai bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari kehidupan beragama.
Pengamalan agama, terutama Islam, kita tidak bisa lepas dari madzhab apa yang menjadi pegangannya. Setidak-tidaknya ada 4 madzhab masuk kelompok Sunni dari 8 madzhab yang ada di dunia. Salah satu dari 4 madzhab yang terkenal di Indonesia adalah madzhab Syafi’i.
Advertisement
Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi'i al-Muththalibi al-Qurasyi atau singkatnya Imam Asy-Syafi'i (Ashkelon, Gaza, Palestina, 150 H/767 M - Fusthat, Mesir, 204 H/819 M) adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi'i. Imam Syafi'i juga tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad.
Imam Syafi’i adalah putera dari Idris bin Abbas (Ayah) dan Fatimah binti Ubaidillah (Ibu). Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Abdul Muthalib. Nama terakhir adalah kakek dari Rasulullah.
Sedangkan ibunya merupakan perempuan keturunan Ali bin Abi Thalib RA dari jalur Sayyidina Husein RA. Imam Syafi’i ditinggal wafat Ayahnya dalam usia masih kecil. Sepeninggal ayahnya, pada usia dua tahun dibawa ibunya ke Makkah.
Imam Syafi’i belajar sastra Arab, dengan menguasai sastra Arab, memperoleh kemudahan belajar Fiqh dan Al Hadits. Beranjak remaja Imam Syafi’i memperdalam sastra, di samping Al Muwatha’ dengan Imam Malik di Madinah. Setelah itu belajar Al Hadits dengan Imam Abu Hanifah yang berada di Iraq dan Kufah.
Selanjutnya sering pulang pergi Madinah - Irak & Kufah, yang akhirnya menetap di Mesir sampai wafat. Dengan menguasai ilmu Alat, Imam Syafi’i mengalami kemudahan menguasai ilmu Fiqh dan Al Hadits.
Karena penguasaan Sastra Arab, Fiqh dan Al Hadits, Imam Syafi’i menulis Kitab Ar Risalah (Ushul Fiqh) dan Al Uum (Fiqh), yang sebagai modal utama bagi perjuangan tegaknya Madzhab Imam Syaf’i, di samping sejumlah kitab lainnya. Imam Syafi`i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi'i. Yang pertama namanya Qaulun Qadim (Iraq) dan Qaulun Jadid (Mesir).
Dalam perjalanan pengabdiannya menegakkan diinul Islam, Imam Syafi’i banyak keluarkan fatwa. Beberapa di antara fatwanya yang tertuang dalam Galih Maulana (2017) dan muslimat.or.id (2012) dapat kita ikuti sebagai berikut:
1. ”Aku melihat pemilik ilmu hidupnya mulia walau ia dilahirkan dari orangtua terhina. Ia terus menerus menerus terangkat hingga pada derajat tinggi dan mulia. Jikalau tanpa ilmu umat manusia tidak akan merasa bahagia dan tidak mengenal halal dan haram”.
Hal ini memperkuat firman-Nya dalam QS Al Mujadalah:11, yang artinya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. Ilmu bisa menjadikan setiap ummat, sekalipun berasal dari keluarga yang hina dan papa. Berjuang untuk menuntut ilmu dan menfasilitasinya merupakan kebutuhan kita semua. Belajar yang sungguh-sungguh bisa juga menjadi salah satu strategi Quantum Living.
2. “Di antara keutamaan ilmu kepada penuntutnya adalah semua umat manusia dijadikan sebagai pelayannya. Wajib menjaga ilmu laksana orang menjaga harga diri dan kehormatannya. Siapa yang mengemban ilmu kemudian ia titipkan kepada orang yang bukan ahlinya karena kebodohannya maka ia akan mendzoliminya”.
Kalimat hikmat ini mengisyaratkan bahwa ilmu itu suatu kehormatan, seharusnya diberikan oleh orang-orang terhormat, dengan cara terhormat, agar yang menerima ilmu menjadi orang-orang terjaga kehormatannya, bahkan jika mungkin bisa mencapai maqaamam mahmuuda.
3. “Kebaikan dunia dan akhirat terdapat dalam lima perkara; jiwa yang merasa cukup, tidak menyakiti orang, mencari rizki yang halal, selalu bertakwa dan selalu percaya dan bergantung kepada Allah dalam semua hal”.
Ini artinya bahwa yang selalu kita harapkan kebaikan dunia dan kebaikan akhirat, bukanlah sesuatu datang dengan sendirinya dari Allah swt, melainkan sesuatu yang kita terima dengan ikhlas dan qanaah, dan kita ikhtiarkan dan upayakan secara proaktif yang diridloi oleh Allah SWT.
4. “Barangsiapa yang ingin Allah swt buka hatinya atau diberi cahaya maka hendaklah dia berkholwah (menyendiri untuk bertafakur), sedikit makan, meninggalkan bergaul dengan orang-orang “kurang pandai”, serta meninggalkan pergaulan dengan sebagian ahli ilmu yang tidak memiliki objektivitas dan tidak memiliki adab”.
Perbuatan atau perilaku yang baik, hanya bisa dengan mudah terwujud, hatinya bersih dari penyakit fisik, psikis, dan moral. Untuk bisa berfungsi efektif hati kita, maka perlu dibersihkan dengan berkhalwat, menyendiri dan berkontemplasi. Untuk itu kiranya perlu dibatasi konsumsi makanan yang berlebihan, hidup dalam kesederhanaan, hidup riyadloh, berpuasa dengan kendalikan diri dari berbagai perangai yang tak terpuji dalam kehidupan sehari-hari.
Demikianlah beberapa dari banyak nasehat tentang ilmu dari Imam Syafi'i, di samping nasehat-nasehat lainnya, yang berkenaan dengan sahabat, cinta, ulama, dan sebagainya. Memang beliau ahli sastra, Fiqh dan Hadits yang banyak dan kaya tentang persoalan kehidupan, sehingga dari berpikir intuitifnya banyak melahirkan wise quotes. Semoga banyak hikmahnya, dan kutunggu sharing-nya dari quotes Imam Syafi’i lainnya yang Anda paling tertarik. Terima kasih. (*)
*) Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |