
TIMESINDONESIA, KOTA BATU – SESUAI namanya, sapi Belgian Blue berasal dari Belgia. Selama paruh kedua abad ke-19, sapi Shorthorn diekspor dari Inggris (UK) ke Belgia untuk memperbaiki populasi sapi asli, terutama yang berasal dari jenis sapi perah (red-pied dan black-pied). Antara tahun 1920 dan 1950, Pemerintah Belgia melakukan seleksi aktif untuk jenis sapi Shorthorn dwiguna ini. Tahun 1950 sampai 1960 menunjukkan keberhasilan seleksi tersebut yakni dihasilkan sapi yang lebih berotot (heavier muscling) dan dinamailah sapi Belgian Blue (BB). Banyak nama lain untuk BB, diantaranya Race de la Moyenne et Haute Belgique; Belgian Blue-White; Belgian White and Blue Pied; Belgian White Blue dan Blue.
Bobot hidup sapi jantan BB dewasa berkisar antara 1100 - 1250 kg untuk ketinggian sapi 1,45 - 1,50 m. Tidak jarang juga diketemukan yang bobot hidupnya lebih dari 1300 kg. Sapi betina BB bisa mencapai bobot hidup 850 - 900 kg dan tingginya bisa melebihi 1,40 m. Usia rata-rata sapi indukan saat melahirkan pertama kali adalah 32 bulan (75% antara 28 - 35 bulan). Ada yg melahirkan pada usia dua tahun. Jarak kelahiran berikutnya rata-rata adalah 13 bulan (75% antara 12 - 14 bulan).
Advertisement
Otot double muscle sapi BB adalah hasil perkembangan alami. Saat pedet BB dilahirkan belum terlihat otot yang ekstrim, tapi ototnya mulai mengembang pada usia 4 - 6 minggu. Double muscle pada Belgian Blue diakibatkan oleh gen yang menekan produksi myostatin, yaitu protein yang menghambat pertumbuhan otot setelah titik tertentu. Belgian Blue pure-breed membawa dua salinan gen ini sedangkan pada cross-breed, satu salinan gen ini ditransmisikan dan berfungsi untuk meningkatkan bobot karkas pada keturunan.
Genetik penyebab sapi BB berotot ganda adalah mutasi gen myostatin (GDF-8). Pada urutan DNA myostatin dari sapi BB berotot ganda terdapat penghapusan 11-nukleotida di ekson 3, menyebabkan bentangan kerangka di domain bioaktif dari gen ini. Hipertrofi otot dari sapi BB double-muscled (berotot ganda) terutama akibat hiperplasia sel otot dan pada tingkat yang lebih rendah dari sebuah hipertrofi otot.
Hipertrofi otot sapi BB berotot ganda disertai dengan hipotensi yang signifikan dari semua organ, termasuk saluran pencernaan, jaringan lemak dan tulang. Kulitnya lebih tipis dan alat kelamin luarnya kurang berkembang. Pedet BB yang baru lahir sering memiliki lidah yang membesar (macroglossia). Sapi BB berotot ganda mengalami gangguan brachygnathia superior dan brachygnathia inferior (sebuah pemendekan abnormal dari maxilla (rahang atas) dan mandible (rahang bawah) dan masalah locomotory seperti pelurusan / flexing ekstrim dan peregangan / stretching ekstrim dari kaki depan dan kaki belakang serta masalah persendian lainnya.
Sapi BB berotot ganda sampai usia satu tahun lebih rentan terhadap penyakit pernafasan sehingga meningkatkan angka kematian pedet secara konsisten. Penyebabnya keterbelakangan perkembangan sistem kardiorespirasi. Kapasitas pernapasan yang lebih rendah yang dikombinasikan dengan peningkatan massa otot juga merupakan menyebabkan kerentanan yang lebih besar pada kelelahan exercise dan cekaman panas. Sapi BB double muscle rentan stres karena penurunan transportasi oksigen, penurunan aktivitas metabolisme aerobik dari otot, produksi panas yang lebih besar dan kapasitas yang lebih rendah untuk disipasi panas. Ternak berotot ganda memiliki temperamen yang lebih baik.
Sapi BB berotot ganda nafsu makan dan asupan pakannya berkurang akibat pengurangan ukuran organ saluran pencernaan. Ekskresi nitrogen urin berkurang secara signifikan, menghasilkan retensi nitrogen yang lebih efisien. Tingkat perputaran (turnover) protein lebih rendah, menjelaskan efisiensi retensi protein yang lebih tinggi pada sapi BB double muscle. Secara umum, kesuburan / fertilitas berkurang pada sapi BB double-muscled. Pubertas pada heifers / dara dan jantan sapi BB double muscle tertunda. Pada jantan, berat testis dan volume dan kualitas semen berkurang, namun tidak terlalu menimbulkan masalah reproduksi. Perbedaan yang paling menonjol adalah kesulitan melahirkan (distosia) karena ketidakseimbangan morfologi feto-maternal saat melahirkan.
Jika dibandingkan antara sapi BB Double Muscle (DM) dengan sapi BB Normal (N) dapat disimpulkan untuk sapi BB double muscle sebagai berikut: fertilitas menurun, kesulitan melahirkan meningkat sampai distosia, bobot lahir pedet meningkat, pertambahan bobot badan harian (PBBH) menurun atau tidak berefek scr umum, asupan pakan menurun, efisiensi konversi pakan meningkat, rusticity menurun, proporsi daging meningkat, berat organ menurun, proporsi daging lean meningkat, proporsi lemak menurun, proporsi tulang menurun, gutability meningkat, hiperplasia serat otot meningkat, hipertropi serat otot tidak berefek scr umum, kecerahan warna daging meningkat, kadar myoglobin dan metabolisme oksidatif menurun, kapasitas mengikat air menurun atau tidak berefek secara umum, myofibrilar weakening dan proteolisis menurun, keempukan daging meningkat, juiceness dan intensitas flavor daging menurun dan marbling daging menurun signifikan. (*)
Referensi
S De Smet. 2004. DOUBLE-MUSCLED ANIMALS. Ghent University, Melle, Belgium
Uytterhaegen, L., Claeys, E., Demeyer, D., Lippens, M., Fiems, L.O., Boucqué, C.Y., Van de Voorde, G. and Bastiaens, A., 1994. Effects of double-muscling on carcass quality, beef tenderness and myofibrillar protein degradation in Belgian Blue White bulls. Meat science, 38(2), pp.255-267.
*)Penulis: Eko Saputro
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : AJP-5 Editor Team |
Publisher | : Rochmat Shobirin |