
TIMESINDONESIA, JAKARTA – "Orang tidak bisa mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia... Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin."
-Ir.Soekarno-
Semua orang ingin hidup damai. Termasuk Tentara. Kalau bisa pilih hidup selamat terjun perang atau mati mengabdi untuk rakyat di pedalaman, prajurit kesatria bangsa pasti lebih pilih yang kedua.
Advertisement
Tentara harus siap untuk perang, lebih wajib siap menjaga damai. Di masa tenang pun, mereka adalah pahlawan-pahlawan dalam diam. Banyak yang dikerjakan, meski tak terekam. Mati tak dikenang dalam pertempuran, lelah tak tercatat kala tugas dijalankan. Namun semua tanggungjawab pasti dikerjakan. Hidup tentara adalah tentang menyelesaikan amanah dalam bentuk perintah.
Banjir awal 2020 adalah satu lagi, lembah pengabdian tentara di kala damai. saat semua masih terlelap euforia pergantian tahun semalan. Saudara kita di beberapa daerah terendam air cukup dalam. Di Pinang Ranti, sejak pagi 1 regu Komando Operasi TNI AU, sudah siaga menyelamatkan warga dengan perahu karet.
Pekerjaan kerelawanan begini, bukan pencitraan sejam dua jam. Karena ada banyak yang harus diselamatkan. Dan tidak mungkin sekadar turun sebentar, foto-foto, lalu pulang. Hati nurani prajurit takkan membiarkan, tak boleh ada satu pun tertinggal di belakang. Pastilah selanjutnya tentara membangun posko, menyiapkan logistik bantuan, menempatkan anggota standby, dapur umum, banyak yang harus diberi makan.
Kisah heroik terus bermunculan.
Babinsa di Kecamatan Mampang, membantu penyelamatan bayi 6 bulan yang rumahnya terendam, dan menyelamatkan para lansia yang terjebak air sedada orang dewasa. Di Bojong, Gunung Putri , Bogor, seorang jenderal turun langsung, berbaur tanpa sekat bersama Tamtama , Bintara, menyelamatkan bayi dan lansia yang terjebak air yang dalamnya 140 centimeter. Tentara dilatih kuat menghadapi cobaan, pangkat bawah sampai atas, saat ada rakyat susah, semua tentara harus siap terjun menjaga. Haru.
Ibu-ibu TNI, juga tidak mau lepas kesempatan mengabdi. Dharma Pertiwi TNI dipimpin Ibu Hadi Tjahyanto bersama Ketua Umum Bhayangkari melengkapi bakti perjuangan para suami. Mereka menyerahkan bantuan kepada pengungsi yang singgah di Gereja San Agustinus Kebon Pala.
Panglima TNI mengambil langkah cepat, terjun langsung ke lokasi banjir, mengamati dari langit titik rendaman air. Lalu memberikan instruksi untuk pengerahan personil di daerah terendam banjir. Panglima bersama Kapolri juga lanjut mendatangi Gistet Kembangan yang terendam. Hal ini menjadi prioritas karena kepedulian beliau memikirkan masyarakat yang perlu listrik tidak padam.
Personel TNI langsung diturunkan untuk membersihkan dan normalisasi tanggul di area gardu listrik. Karena kesigapan langkah ini, listrik pun lebih cepat menyalah. Tidak selesai di sana, Panglima melanjutkan untuk menjenguk dan memberikan bantuan pada korban bencana di Benhill dan Kampung Pulo.
160 personel, dengan 4 perahu karet, seakan menjadi penyelamat yg diutus Tuhan kepada masyarakat yang terisolir di Teluk Gong. Prajurit - prajurit ini, mungkin masih lelah begadang di malam tahun baru, subuh-subuh langsung terjun mengevakuasi korban. Tidur hanya sejam dua jam, lelah tak terbayang. Namun untuk rakyat, mereka siap berkorban. Itu yang membuat rakyat semakin mencintaimu.
Pasca pemulihan banjir, 5000 personel TNI diturunkan untuk pembersihan. Fase ini adalah fase paling melelahkan, karena mereka yang terjun, hanya akan pulang, bila semua sudah selesai. No one man left behind. Semoga Tuhan terus berikan bahu terkuat, untuk semua amanah yang dititipkan pada kalian.
Bencana banjir 2020 berangsur surut. Kita ingin semua segera selesai, Agar para korban kembali kerumah dengan nyaman. Kebanyakan relawan tiba di awal bencana datang. Namun tidak semua bertahan hingga akhir pembenahan selesai. Satu kesamaan di setiap kali bencana tiba, tentara adalah yang paling terakhir pulang.
Doa kami untuk semua kalian, malaikat penyelamat, tak bersayap. Terimakasih banyak. (*)
*) Penulis: Varhan Abdul Aziz, Alumni Magister Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |