Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Door Duisternis Tot Licht R.A Kartini

Rabu, 22 April 2020 - 14:55 | 66.17k
Akhmad, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Unisma, Komunitas Gerilya Literasi dan Pelangi Sastra Malang.
Akhmad, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Unisma, Komunitas Gerilya Literasi dan Pelangi Sastra Malang.
FOKUS

Universitas Islam Malang

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Aktivis tahun 1962-an bernama Soe Hok Gie pernah menuliskan “Jika perempuan hanya mengurusi bedak alat kecantikan serta selalu fokus mengurusi kecantikan, saya yakin ia akan tetap berada di bawah laki-laki”. Selaras dengan apa yang disuarakan oleh pahlawan perempuan kita yang sabhen tanggal 21 April 1879 sebagai hari lahirnya, kini dirayakan sebagai hari Kartini. Pada hari ini tepat 21 April 2020 semua akademisi, serta masyarakat Indonesia yang mengetahui, serentak akan merayakan hal itu. Melakukan selebrasi dengan anekaragam cara; ada yang merayakan dengan mengenakan kebaya sebagai simbol Kartini yang berasal dari jawa dengan kesederhanaan pada saat berjuang pembela kaumnya. “Putri sejati yang besar dengan cita-citanya untuk Indonesia”.  Bahkan pemerintah memberikan anugerah kepada R.A Kartini di era orde lama bung Karno tahun 1964 sebagai pahlawan kemerdekaan Nasional.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Advertisement

Perempuan hari ini sebenarnya bukan hanya bisa merayakan hari Kartini dengan mengenakan apa yang dikenakan pada masa dulu, saat Kartini memperjuangkan hak kaumnya. Namun, lebih dari itu semua harus menyadari akan ada hal lebih penting, yaitu meneladani sebuah gerakan yang signifikan pada masyarakat sebagaiman mestinya. Seperti Halnya ketika Kartini sering kali memberikan contoh kepada perempuan Indonesia yang membuat namanya dikenal oleh seluruh perempuan di Indonesia pada Zamannya. Nama Kartini tidak hanya dikenal oleh perempuan Indonesia, namun di luar Indonesia juga banyak yang mengenal namanya, khususnya pada orang Belanda keluarga Abandanon, namanya Rosa Abandanon, dikenal karena beberapa kali mengirimkan surat dengan menceritakan banyak hal mengenai perempuan, kehidupan perempuan: Semua terkumpul dalam surat-surat yang berjudul dalam bahasa Belanda Door Duisternis Tot Licht yang diterbitkan pada bulan April 1911.

Door Duisternis Tot Licht dalam bahasa Indonesia artinya Habis Gelap Terbitlah Terang. Buku tersebut telah banyak beredar diberbagai toko buku, kini buku tersebut bisa ditemukan dalam terjemahan bahasa Indonesia sehingga bisa dibaca oleh khalayak di bumi Indonesia sebagai bukti arah pemikiran dalam surat-suratnya. Tentu, surat-surat tersebut masih relevan dalam konteks pemikiran peremupan zaman sekarang, untuk mengambil refleksi terhadap masa Kartini ketika melakukan sebuah gerakan. Tentu tidak dengan arah pemikiran konservatif, melainkan arah yang kreatif dan rekraktif, seperti apa yang telah dilakukan oleh Kartini pada masanya yang selalu semangat untuk belajar meninggikan pengetahuan, pengalaman, dan ilmu sebagai bekal melakukan sebuah gerakan sosial yang signifikan dirasakan oleh rakyat.

Kartini bukan hanya sosok pemikir ulung namun juga melakukan gerakan. Salah satunya dengan membangun sekolah di Blora sebagaimana misinya, bahwa pada masa itu perempuan bukan hanya menjadi orang kedua setelah laki-laki atau bahkan perempuan hanya berdiam di rumah sebagai pelayan laki-laki, dalam posisinya masih kerkungkungan di ranah domestik. Kartini mencoba menghapus pemikiran yang seperti itu dalam mainsite masyarakat. Karena ketika masyarakat masih memiliki pemikiran serupa tidak akan ada seorang wanita merdeka, merdeka dalam arti bebas dalam mendapatkan ruang untuk belajar pengetahuan, pengalaman, dan ilmu. Hal itu menjadi salah dua dari cita-cita Kartini kepada seluruh perempuan. Bahwa perempuan harus mendapatkan pendidikan serupa dengan laki-laki, bahkan kalau bisa perempuan bisa lebih tinggi pendidikannya, sebab perempuan lebih dekat dengan anaknya kelak, dan asumsi Kartini ketika anak didik oleh seorang Ibu yang memiliki pendidikan tinggi maka anak tersebut akan menjadi anak yang memiliki kualitas dan integritas yang berbeda, dibangingkan dengan anak yang didik oleh ibu tidak memiliki pendidikan tinggi.

Raden Ajeng Kartini

Sebuah pemikiran yang menjadikan seorang memiliki kualitas serta gerakan baik diterima oleh masyarakat tentu tidak lepas atau ujuk-ujuk turun dari langit jadi pemikiran cemerlang dan baik. Hal itu harus diketahui, karena mendapatkan lingkungan, serta kekuatan, semangat, dalam belajar, membaca, dan bahkan melakukan gerakan dengan masyarakat. Tepatnya lebih banyak merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, atau bahkan dirasakan sendiri untuk tidak terjadi pada orang lain. Maka tulisan-tulisan R.A Karti merupakan tulisan yang memiliki kualitas sebagaimana seorang perempuan mengalami penderitaan. Dan hal itu ditulis agar tidak terjadi pada masa akan datang, dan hingga kini.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

R.A Kartini mencerminkan sosok kerakyatan, sosialisme, dan emansipasi. Dalam surat-suratnya mencerminkan diri seorang perempuan terdidik di Belanda yang disampaikan oleh Stella saat wawancara Harsja dalam majalah Tempo, 12 Desember 1987 Protes Kartini, artikel liputan utama berjudul Ayunda Tidak Menyerah. Walau dalam hal itu Kartini oleh masyarakat Belanda dianggap tidak setegar dan kuat yang ada di lukisannya, sebab Kartini dalam hal itu juga menjadi istri kedua dari seorang bupati Jepara. Dalam hal itu bisa memberikan asumsi kekuatan Kartini bukan hanya ada dalam logika berpikirnya namun biologis, psikologisnya memiliki kekuatan. Sebab tidak mungkin seorang perempun tetap memiliki kekuatan pola pikir terawat namun, caranya merwat dengan dengan banyak mengasah otak dengan membaca.

Pada saat tekanan bertubi-tubi datang dari lingkungan serta keadaan, di mana ia ingin memiliki kebebasan juga sebagai perempuan, namun ia tetap menjadi seorang istri seorang bupati. Membayangkan pada masa seperti itu, pemikiran pada awalnya tidak dewasa. Pada umur 15 tahun sudah tidak boleh keluar rumah karena ada adat pingit, orang perempuan tidak boleh keluar rumah dalam masa pingit (mengurung), hal itu ingin mendapatkan kebebasan serupa dengan laki-laki. Dan baginya seorang wanita harus memperoleh persamaan, kebebasan dan otonomi serta kesetaraan hukum. Perjuangan itu menjadi ababadi Kartini. Walau pada keinginan besarnya tidak tercapai, sehingga pada umur 24 tahun, November 1903, disuruh harus menikah, dengan K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Suami Kartini tersebut telah memiliki tiga orang istri. Dengan seperti itu banyak harapan yang pupus namun, ada harapan terlaksanakan yaitu membangun Sekolah Wanita di Rembang yang kini telah menjadi gedung pramuka.

Apa Harus Menjadi Kartini Hari Ini?

Setiap zaman akan memiliki masa berbeda, masalahnya pun akan tidak sama, bahkan penyelesesaiaanya pun akan berbeda, dalam hal ini tidak harus disamakan dengan masa lalu. Khususnya dalam meneladani Kartini, hari ini yang harus menjadi refleksi seorang perempuan yaitu semangatnya. Semangat apa yang dibawa oleh Kartini, yaitu semangat melakukan tujuan progresif terhadap perempuan. Emansipasi sekarang seperti telah tidak akan banyak ditemukan, semua perempuan seperti telah mendapatkan yang sama walau secara biologis dan walau secara kontruksi sosial masih ada budaya patriarki.

Perempuan saat ini dalam menghadapi budaya patriariki menurut saya tidak perlu dengan melakukan perlawanan dengan gerakan. Akan tetapi melawan dengan cara kesadaran kritis akan dirinya, untuk lebih meninggikan pengetahuannya serta membaca buku, bukan bertujuan untuk melawan akan tetapi tujuan lebih memperhalus perasaannya terhadap perempuan. Ketika ingin mendapatkan posisi yang sama seharusnya dalam membina rumah tangganya harus ada kesepakatan. Perlawanan yang radikal akan hanya menimbulkan sebuah kekacauan berpikir, hanya kedamaian bisa menyelesaikannya. Ketenangan akan selalu menjadi kunci seorang pemenang.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Akhmad, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Unisma, Komunitas Gerilya Literasi dan Pelangi Sastra Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES