Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Mengatasi Kebosanan Pembelajaran Daring

Kamis, 30 April 2020 - 12:38 | 492.43k
Ganjar Setyo Widodo, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Islam Malang (UNISMA).
Ganjar Setyo Widodo, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Pembelajaran online atau populer dengan pembelajaran daring  sebenarnya sudah dilaksanakan oleh instansi pendidikan jauh-jauh sebelum masa pandemi covid-19. Bedanya, sebelum masa pandemi Covid-19, pembelajaran daring hanya digunakan sebagai suplemen saja bagi peserta didik.  

Pembelajaran daring dilaksanakan sesekali saja untuk mengatasi kebosanan pembelajaran tatap muka setiap hari yang dilakukan oleh guru maupun dosen. Namun saat pandemi covid-19 ini, hal tersebut berbalik situasanya. Pembelajaran daring menjadi pilihan utama bagi pendidikan untuk mengurangi resiko penularan covid-19.

Di awal-awal, menurut pengamatan penulis, siswa maupun mahasiswa sangat antusias sekali dengan pembelajaran daring. Siswa terkesima melihat kemudahan dan kecanggihan fitur aplikasi pembelajaran daring. Memang, para penyedia layanan pembelajaran online, seperti moodle, google classroom, dan lainnya berlomba-lomba untuk membuat aplikasi pembelajaran daring yang penuh dengan fitur-fitur yang memudahkan guru/dosen dan siswa/mahasiswa.

Sampai saat ini praktis siswa maupun mahasiswa sudah melakukan pembelajaran daring selama satu bulan lebih. Berbagai kalangan telah melakukan survei kepada siswa dan hasilnya siswa mengalami kebosanan dengan model pembelajaran daring. Alasan kebosanan mereka yaitu soal stagnannya kreativitas guru, rindu dengan teman-temannya, terbatasnya mobilisasi dan kurangnya produktivitas di rumah. Pembelajaran yang biasanya menggunakan aplikasi tatap muka online kini pun hanya diikuti oleh beberapa siswa saja. Bahkan ada mahasiswa yang hanya masuk ke konferensi namun kenyataan pasif sebagai peserta. Ini tentu ini adalah problem.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Untuk mengatasi hal itu, sebenarnya ada beberapa tips untuk mengatasi kebosanan tersebut. Berikut hal-hal yang bisa dilakukan oleh guru dan dosen:

1.    Strategi Crossover Learning

Crossover Learning merupakan strategi yang mengkombinasikan lingkungan belajar formal dengan informal. Kombinasi tersebut diharapkan mampu menjembatani antara kegiatan formal (sekolah) dengan kegiatan informal (rumah) sehingga lebih autentik dan berkesinambungan. Guru dapat memberikan tugas kepada siswa sebagai tugas formal dan mencari solusi atas tugas tersebut melalui kegiatannya sehari-hari sehingga ada integrasi antara kegiatan sekolah dengan kegiatan kampus. Dengan begitu, pembelajaran daring yang sedang dilakukan saat ini tidak terkesan terpisah dari kegiatan sehari-hari siswa dan mahasiswa. Kunci dari suksesnya strategi ini yaitu kreativitas guru.

2.    Menentukan alokasi belajar yang tepat dan fleksibel

Pembelajaran daring sering diperlakukan sama dengan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran tatap muka memang harus tepat waktu karena terbatas pada jam-jam tertentu, tempat tertentu (kelas), dan jam kerja yang sudah ditentukan. Tentu tidak fleksibel sekali. Khusus pembelajaran daring ini haruslah berbeda. Guru dan dosen seharusnya lebih fleksibel soal waktu dalam pembelajaran daring. Misalnya dalam satu bab pertemuan tidak harus diselesikan dalam 2 jam seperti jam tatap muka,melainkan bisa diselesaikan dalam satu minggu sehingga siswa bisa berkegiatan fleksibel dalam kehidupan sehari-harinya di rumah.

3.    Tidak langsung bicara materi

Salah satu penyebab kejenuhan yaitu materi pembelajaran yang harus dihadapai oleh siswa. Untuk itu, dalam pembelajaran daring, perlu kiranya guru dan dosen membicarakan hal-hal yang ringan saja, misalnya bertanya tentang kabar siswa, kegiatan sehari-hari siswa saat pandemi, atau bahkan membuka pembelajaran dengan penuh keceriaan dan kebahagiaan. Hal-hal kecil tersebut terbukti efektif mengatasi stres yang dilanda siswa.

4.    Mengurangi kepadatan materi ajar

Kepadatan materi ajar karena tuntutan kurikulum membuat guru harus menyampaikan semua itu kepada siswa. Namun dalam masa pandemi itu mungkin perlu adanya pengurangan kepadatan materi ajar. Dengan berkurangnya mareri ajar, maka pembelajaran akan berkurang beban akademiknya. Akibatnya, siswa akan menjadi lebih rileks dalam belajar dengan beban belajar yang berkurang.

Demikian sedikit tips untuk guru dan dosen mengatasi kejenuhan pembelajaran daring. Semoga pandemi ini segera berakhir. Amin.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Ganjar Setyo Widodo, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-3 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES