Jangan Bersumpah Palsu dan Memelihara Nafsu
TIMESINDONESIA, MALANG – Saat berpuasa adalah saat terbaik manusia untuk meningkatkan amal kebaikan dan menjauhi apa yang bisa menimbulkan keburukan dan kerusakan. Ini dimaksudkan agar puasa kita betul betul memperolah pahala berpuasa dan amal kebaikan yang dilakukan.
Dari lima hal yang harus dihindari, larangan keempat adalah jangan membuat sumpah palsu. Perbuatan ini akan mempunyai daya rusak jangka panjang. Orang yang baik bisa menjadi pesakitan karena sumpah palsu. Kisah nabi Yusuf telah memberikan pembelajaran betapa dasyatnya kepalsuan dan cerita palsu perbuatan perkosaan. Nabi Yusuf yang sangat baikpun akhirnya harus menerima hukuman yang panjang sampai terbongkarnya kejahatan palsu tersebut. Imam Adz Dzahabit berkata bahwa sumpah palsu (ghamius) yang dilakukan seseorang yang sengaja berdusta dalam sumpahnya, akan dapat menjerumuskan orang yang bersumpah tersebut dalam dosa dan neraka.
Advertisement
Apalagi kalau dalam sumpah palsu tersebut, menggunakan “atas nama Allah swt” akibatnya tentu akan sangat besar baik bagi yang mengucapkan maupun yang terkena dampaknya karena sumpah tersebut. Firman Allah dalam surat al hajj ayat 22 : dan tinggalkanlah berhala berhala yang najis itu dan tinggalkanlah persaksian palsu. Rasulullah saw juga mengingatkan tentang ini dalam sebuah hadits : maukah kamu aku beritahukan dosa yang paling besar ? Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua. Serta camkanlah, juga perkataan bohong dan saksi palsu. Nabi mengulangi ucapan ini (HR Bukhori Muslim). Akibat kesaksian palsu hak hak orang yang benar bisa menjadi hilang, orang bisa memakan harta orang lain, darah yang tidak bersalah tertumpahkan, dan lain sebagainya.
Rasulullah saw bersabda : tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah swt pada hari kiamat. Allah swt tidak akan melihat mereka, tidak mensucikan mereka, dan bagi mereka adzab yang sangat pedih. Siapakah mereka ? Pertama, orang yang melariskan dagangannya dengan sumpah bohong, persaksian palsu dan orang yang mengganggu atau menyakiti tetangga.
Poin terakhir yang dapat mengurangi keutamaan dalam berpuasa adalah memandang lain jenis dengan nafsu. Diciptakan laki laki dan perempuan itu pada hakekatnya untuk saling mengenal dan saling berhubungan satu sama lain dengan cara cara yang baik dan benar, dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu saat berpuasa, kita juga diminta untuk menahan dan menjaga pandangan mata dari hal hal yang dapat menumbuhkan ketertarikan kepada lain jenis. Laki laki kepada perempuan yang bukan muhrim. Begitu juga perempuan kepada laki laki yang bukan suami, orang tua dan juga bukan saudaranya. Hal ini agar terjaga dari keinginan untuk sekedar melihat saja, karena nafsu itu bisa mengarahkan kepada hal yang lebih buruk. Sepintas larangan ini mudah untuk dilakukan, akan tetapi sejatinya sulit untuk dijauhkan apalagi ditinggalkan. Bermula dari kekaguman sampai pada munculnya keinginan untuk menguasai dan seterusnya.
Demikianlah lima (5) hal yang harus dihindari agar puasa kita menjadi lebih baik dan lebih sempurna. Dengan kebaikan ini, akan dapat memasukkan kita dalam golongan hadits : barang yang menyempurnakan puasa di bulan ramadlan dengan penuh keimanan dan keihlasan, maka Allah swt akan mengampuni dosa dosanya yang telah lalu. Semoga kita bisa termasuk dalam golongan tersebut, aamiin yra. Waalhu a’lam bisshowab. Bagaimana dengan anda ??
***
*)Oleh : Noor Shodiq Askandar, Ketua PWLP Maarif NU Jatim dan Wakil Rektor 2 Unisma Malang.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Rochmat Shobirin |