Kopi TIMES

Gus Dur, Waria dan Ferdian Paleka

Minggu, 10 Mei 2020 - 00:21 | 216.20k
Falihin Barakati, Tim Kaderisasi Nasional PB PMII dan Mahasiswa Pascasarjana UNJ.
Falihin Barakati, Tim Kaderisasi Nasional PB PMII dan Mahasiswa Pascasarjana UNJ.

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Ferdian Paleka. Seorang youtuber yang saat ini ramai diperbincangkan publik baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Semua berawal dari sebuah video prank yang viral setelah diunggah di akun youtubenya. Bersama kawannya, ia berpura-pura membagi-bagi dus sembako yang ternyata berisikan sampah dan batu bata. Dibagi kepada para waria yang sedang menjalankan aktivitas malamnya di pinggiran jalan raya.

Lalu, karena aksinya itu, berbagai komentar miring dan negatif mulai menyerang. Banyak yang menghardik si Ferdian. Ia dicaci dan dimaki oleh publik dengan penuh kemarahan. Dihujat karena aksinya yang jauh dari kepantasan. Dianggap tak punya hati dan tak memiliki rasa kemanusiaan.

Sementara itu, di sisi lain publik menaruh simpati dan empati kepada para waria yang menjadi korban. Banyak yang membela karena tidak tega melihat para waria tersebut diperlakukan demikian. Semua melihat dari sisi kemanusiaan. Bahwa waria juga adalah manusia.

Saya pun sepakat jika apa yang dilakukan Ferdian adalah suatu yang salah. Apalagi itu dilakukan di tengah pandemi Covid-19 melanda bangsa. Kehidupan ekonomi masyarakat serba susah. Banyak masyarakat butuh bantuan khususnya bahan makan dan kebutuhan keseharian lainnya. Malah kondisi kesusahan itu dimanfaatkan untuk mengerjai para Waria yang sedang mencari sesuap nasi di pinggiran jalan raya.

Di lain sisi, saya juga menilai ternyata publik kita memiliki rasa kepedulian tinggi. Banyak masyarakat tersentuh rasa kemanusiaannya karena melihat ada anak manusia yang diperlakukan tidak manusiawi. Anak manusia itu adalah waria yang selama ini dalam realitas sosial masyarakat kita selalu diskreditkan dan didiskriminasi. Tetapi karena kejadian ini, para waria pun banyak mendapat simpati. Orang yang memperlakukan waria tidak baik pun dibenci.

Herannya hampir tidak ada yang membela aksi si Ferdian. Padahal jika kita saksikan video aksinya tersebut, maksud Ferdian ingin memastikan bahwa bulan suci Ramadhan bersih dari aktivitas para waria. Hampir tidak ada pula yang mengeluarkan sumpah serapah kepada para waria yang jadi korban bingkisan palsu itu. Tidak ada yang menyudutkan mereka, seperti kebanyakan orang selama ini ketika melihat waria. Ketika mereka diberi sampah tak ada yang menganggap itu pantas diberikan kepada mereka yang dianggap sampah masyarakat oleh kebanyakan orang.  

Melihat kejadian ini, saya teringat dengan Gus Dur Sang Bapak Bangsa. Kita ketahui bersama bahwa Gus Dur adalah pembela kaum minoritas, termasuk di dalamnya waria. Dulu, Gus Dur pernah membela seorang artis Dorce Gamalama yang merupakan seorang waria yang saat itu dihujat habis-habisan. Gus Dur berani berseberangan dengan kebanyakan orang, karena kemanusiaan.

Selain itu, pernah juga ketika banyak masyarakat menolak pelaksanaan kegiatan pemilihan Putri Waria Indonesia 2006 di Jakarta. Tetapi malah Gus Dur dengan berani mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut, bahkan ia ikut menghadirinya langsung. Bahwa semua warga negara memiliki hak yang sama. Lagi-lagi semua karena kemanusiaan.

Tetapi karena sikap dan langkahnya itu Gus Dur ikut dicaci dan dimaki. Bahkan ia dianggap sebagai kiai yang merusak citra Islam. Ia dituduh miring oleh banyak kalangan. Namun karena prinsipnya yang begitu kuat, Sang Pembela Kaum Minoritas ini tetap teguh pada keputusannya membela dan berdiri bersama mereka yang minoritas dan yang didiskriminasi. Semua semata-mata karena kemanusiaan. Sesuai dengan apa yang pernah diungkapkannya, bahwa agama jangan jauh dari kemanusiaan.

Lalu apa hubungannya dengan kejadian yang melibatkan Ferdian Paleka dan waria yang ramai di publik saat ini? Di kejadian Ferdian Paleka ini, kita dibuat sadar bahwa apa yang dilakukan Gus Dur itu ternyata benar.  Pembelaannya terhadap kaum waria saat dulu yang didasari kemanusiaan seperti pembelaan kita saat ini terhadap para waria yang menjadi korban aksi Ferdian Paleka.

Simpati Gus Dur saat dulu terhadap kaum waria seperti simpati kita saat ini terhadap kaum waria yang dikerjain oleh Ferdian Paleka. Semua didasari oleh rasa kemanusiaan kita. 

Kemanusiaan tidak mengenal suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, jender, pandangan politik dan berbagai latar belakang apapun. Ketika sikap dan tindakan kita didasari atas kemanusiaan, maka tidak ada lagi diskriminasi, persekusi dan tindakan semena-mena kepada siapapun warga negara dan kepada siapapun anak manusia. Sekalipun atas nama agama, kita tidak boleh mencederai nilai-nilai kemanusiaan. 

Gus Dur pernah menulis artikel di tahun 2005 yang berjudul  Right Islam Versus Wrong Islam yang pernah diterbitkan di Wall Street Journal dan juga dimuat dalam New York Times dan Washington Post. Pesan dalam tulisan tersebut intinya bahwa Islam yang tidak mendasarkan diri pada kemanusiaan adalah Islam yang salah (Wrong Islam) dan Islam yang mewujudkan semangat kemanusiaan adalah Islam benar (Right Islam). Dimana puncak dari keberagamaan itu adalah kemanusiaan. (*)

***

*)Oleh: Falihin Barakati, Tim Kaderisasi Nasional PB PMII dan Mahasiswa Pascasarjana UNJ.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES