Ujian Datang, Karena Kurangnya Persatuan dan Banyaknya Dosa

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Hari hari ini hampir semua masyarakat Indonesia focus fikirannya bagaimana menangani Covid 19 dengan berbagai dampak turunannya. Perekonomian yang seret, pekerjaan yang terhenti, keinginan mudik yang belum bisa terpenuhi, dan berbagai hal lain yang menghantui fikiran.
Masyarakat tidak hanya berfikir bagaimana agar bisa terhindar. Akan tetapi juga berfikir bagaimana bisa menyelesaikan dan memenuhi kebutuhan lainnya.
Advertisement
KH Marzuki Mustamar (Ketua PWNU Jawa Timur) menjelaskan bahwa kesulitan yang diberikan Allah swt dengan memberi ujian ini, bisa jadi karena dua sebab. Pertama, kurang tumbuhnya rasa persatuan diantara seluruh elemen masyarakat. Mulai dari para pemimpin formal, pemimpin non formal, para tokoh masyarakat sampai pada kelompok masyarakat lainnya.
Setiap hari medsos banyak dipenuhi oleh ujaran kebencian, caci maki, saling menyalahkan dan merasa saling benar sendiri. Sementara fihak yang tidak sama, dianggap sebagai musuh yang harus diperangi. Ibarat dalam perjalanan, satu fihak ngotot jalan ke utara dan fihak yang lain ngotot jalan ke selatan. Hal ini juga disinyalir oleh Gus Baha’ sulitnya bersatu dari kedua belah fihak, karena satu kelompok pakai dasar dasar dalil agama yang keras keras, sementara lainnya menggunakan dasar dalil yang longgar. Jika ini terus terjadi, tidak akan pernah ditemukan titik temunya. Masyarakat akan menjadi terbelah dalam dua kelompok besar yang sulit untuk dipersatukan.
Menurut para ulama persatuan merupakan perintah Allah swt dalam Al Qur’an : wala tafarroqu (jangan terpecah belah). Oleh karena menjaga persatuan adalah kewajiban bagi semua ummat manusia. Disinilah peran ulama, tokoh masyarakat dan pemimpin pemerintahan untuk bersatu padu dan saling bergotong royong membangun bangsa menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahter. Dengan demikian, jika muncul benih benih perpecahan, maka harus segera dituntaskan agar tidak berkembang.
Terkait dengan pentingnya persatuan, Rasulullah saw bersabda : Perumpamaan kaum muslimin dalam saling mengasihi, saling manyayangi, dan saling menolong diantara mereka, seperti perumpamaan satu tubuh. Tetkala salah satu anggota tubuh merasa sakit, maka anggota tubuh lainnya akan merasakan sakit pula. Dalam hadits lain disampaikan : seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seperti satu bangunan, sebagiannya menguatkan bagian yang lainnya.
Faktor kedua adalah karena manusia banyak melakukan kegiatan yang dilarang, sehingga tumbuh dosa. Pada situasi dan kondisi seperti sekarang ini, dimana korupsi merajalela, hubungan bebas, dan berbagai kejahatan marak dimana mana. Tentu bukan tanpa sebab. Akan tetapi ada banyak factor yang menjadi pendukung. Jika mau jujur, mulai dari pendidikan kita sudah tidak melakukan dengan baik. Karena target angka lulusan, maka sering kali ujian dilakukan dengan kurang mengkedepankan kejujuran. Model ini terjadi di hampir semua jenjang pendidikan. Memang secara angka bisa jadi bagus. Akan tetapi tidak akan dapat membentuk karakter yang baik dalam kehidupan. Perilaku tidak jujur ini kemudian terbawa terus sampai jangka waktu yang tidak bisa ditentukan.
Bayangkan Indonesia sebagai Negara mayoritas muslim, justru index korupsinya termasuk yang tidak baik. Kenapa demikian ? karena pendidikan kita hanya menjadikan orang pinter, akan tetapi kurang diarahkan untuk menjadi bener.
Akhirnya, jika masyarakat dunia ingin kehidupan ini tenteram harus mulai merubah gaya hidup. Dari yang sering berpecah belah, menjadi masyarakat yang cinta damai. Dari masyarakat yang seringkali banyak dosa, berubah kearah perjalanan hidup yang benar dan selalu mendekatkan diri kepada Allah swt serta menjauhi segala larangannya. Bagaimana dengan anda ??
*) Penulis Noor Shodiq Askandar, Ketua PWLP Maarif NU Jatim dan Wakil Rektor 2 Unisma Malang
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Rizal Dani |