TIMESINDONESIA, MALANG – Menarik sekali membaca tulisan Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, SU, D. Sc mantan Dekan Fakultas MIPA Unisma Malang tentang bagaimana menghadap virus covid 19. Virus ini akan terus ada dan sulit berharap akan bisa hilang seratus persen. Keberadaannya akan terus menyesuaikan dengan melakukan mutasi, bahkan bisa jadi akan muncul yang baru.
Dulu, dunia juga mengalami beberapa kali serangan virus. Seperti penyakit demam berdarah dan malaria, tidak akan mungkin bisa hilang dan lenyap di telan bumi semua. Yang bisa dilakukan adalah pencegahan dengan terus mencari solusinya. Obatnya dan cara hidupnya yang harus lebih bersih, agar tidak menjadi tempat hidupnya nyamuk sebagai pembawa virus.
Advertisement
Begitu juga datangnya serangnya virus covid 19. Tidak bisa dihilangkan semuanya sampai bersih. Akan tetapi bagaimana menyelesaikan problem ini dengan cara cara yang terukur, agar penyebarannya bisa diperlambat dan dikurangi. Selanjutnya, kemudian menyusun tatanan hidup baru yang lebih baik. Seorang sahabat yang dokter spesialis penyakit dalam (dr. Hardady Airlangga) menulis dalam status di facebook, bahwa salah satu solusi agar imun manusia tetap baik, maka mulailah bersahabat dengan semua mahluq Allah swt, termasuk dengan datangnya Covid 19.
Maknanya tentu bukan menganggap ini sebagai kawan dekat, akan tetapi keberadaan virus ini adalah sunnatullah. Maka solusinya bukan ditolak mentah mentah, karena datangnya juga dari Allah swt. Akan tetapi menerima dengan terus berusaha agar bisa lepas dari bahaya yang datang. Sebelum virus datang, atau saat terlanjur datang, lakukanlah berbagai upaya pencegahan dan tindakan dengan membuat tatanan hidup baru yang lebih baik dan lebih sehat dengan tetap berharap pertolongan dan ridlo Allah swt, sebagai penentu kehidupan ummat manusia.
Saat bulan ramadhan atau bulan puasa, dimana manusia diharapkan lebih banyak beribadah, adalah saat terbaik untuk membuat tatanan hidup baru tersebut. Tatanan hidup yang lebih bersih dan perilaku hidup sehat, sangat baik dilakukan di bulan ini. Dalam bahasa yang sederhana, karena pahala setiap amal baik dan ibadah dilipatgandakan, maka memperbanyak ibadah adalah pilihan yang sangat realistis dilakukan di bulan ini. Untuk beribadah dengan baik, maka orang harus bersuci dulu dengan berwudlu atau juga dengan mandi besar bagi yang usai melakukan hubungan suami istri.
Seringnya orang berwudlu, akan menjadikan tubuh lebih bersih, sehingga kemungkinan terserang virus ini bisa lebih dikurangi. Apalagi jika orang juga mau melakukan cuci tangan dengan sabun terlebih dahulu, akan jauh lebih aman. Sederhana, tapi insyaallah bermanfaat.
Apakah hanya demikian yang dilakukan. Tentu tidak. Menurut Prof Sutiman masih harus ada tambahan perilaku baik, adalah menjalani hidup normal dengan ditambah empat perilaku yang telah dianjurkan oleh pemerintah dan para ahli kesehatan dunia. Biasakanlah memakai masker agar terhindar dari segala yang memungkinkan virus menyerang, jaga jarak dalam berhubungan langsung antar sesama manusia. Selanjutnya sering seringlah cuci tangan dan bersihkan barang barang yang sering dipegang banyak orang. Masyarakat juga harus lebih menjaga etika dengan tidak meludah dan bersin di sembarang tempat. Disamping bahaya, juga tidak sopan.
Bulan puasa adalah momentum tepat untuk berubah dan memulai pola hidup baru yang saling menghormati sesama dengan saling menjaga agar tidak menjadi media penularan penyakit antar manusia. Dengan sering berwudlu dan membersihkan diri, insyaallah ibadah akan lebih baik dan kesehatan lebih terjaga. Bagaimana dengan anda ??
***
*) Penulis Noor Shodiq Askandar, Ketua PWLP Maarif NU Jatim dan Wakil Rektor 2 Unisma Malang
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |