
TIMESINDONESIA, MALANG – Nampaknya kasus kematian George Floyd dan isu rasisme yang mengiringinya menyita perhatian seluruh negara di dunia. Bukan hanya Amerika saja. Banyak demo yang terjadi di Kota-Kota di AS, dan negara lain.
Di Amerika sendiri banyak demonstran yang memberi penghormatan kepada Floyd di sekitar tempat dimana Floyd meninggal dengan membawa plakat,poster, dan slogan yang bertuliskan "Justice For George", "I Can't Breathe", dan "Black Lives Matter".
Advertisement
Bukan hanya di Amerika, negara lain seperti Iran, Rusia,Turki, China,dan lainnya juga menyuarakan kejadian yang menimpa Floyd. Di China demonstrasi juga ramai menyebar melalui platform media sosial China, yaitu weibo. Bahkan tagar BlackLivesMatter, JusticeForGeorge menjadi trending topik di Twitter dalam beberapa hari.
Kasus ini menarik perhatian warga negara Indonesia. Tagar BlacklivesMatter dan JusticeForGeorge juga menguasai trending topik di Twitter Indonesia selama beberapa hari. Kasus ini menjadi perbincangan hangat sehingga membuat beberapa warga negara kembali membahas kasus diskriminasi dan rasisme yang pernah terjadi di Indonesia. Seperti yang pernah dialami oleh Obby Kagoya mahasiswa asal Papua yang kuliah di Yogyakarta. Dan kejadian penggedoran gerbang asrama Papua yang dilakukan oleh sekelompok TNI di Surabaya.
Tidak hanya itu, beberapa pengguna Twitter juga menyampaikan bahwa masih ada diskriminasi dan rasisme yang masih saja terjadi di Indonesia.
Demonstran di Media Sosial
Saat ini media sosial merupakan media komunikasi yang efektif, dan juga efisien serta memiliki peran penting di era globalisasi ini. Media sosial mempunyai peranan strategis selain sebagai sumber informasi, media sosial juga dapat menjadi sarana komunikasi antar sesama masyarakat, maupun antara masyarakat dengan pemerintah dalam menyampaikan keluhan dan aspirasinya.
Seperti pada kasus yang terjadi pada Floyd diatas, warga negara Amerika tidak hanya menyuarakan suaranya untuk menuntut keadilan pada orang berkulit hitam secara langsung. Akan tetapi mereka juga menyuarakannya melalui media sosial hingga menjadi perbincangan yang hangat di kalangan masyarakat di dunia.
Begitu pula dengan Indonesia, banyak pengguna akun media sosial baik di Twitter, Instagram, ataupun Facebook yang memakai tagar "BlackLivesMatter" dan "JusticeForGeorge".
Saat wabah virus corona ini, memang membatasi demonstran untuk menyerukan aspirasinya secara langsung karena kewaspadaan akan penularan virus. Namun keberadaan media sosial sangat membantu mereka untuk tetap mengeluarkan aspirasinya agar didengar oleh Pemerintah.
Ini sebenarnya peran media sosial dalam membangun demokrasi, karena dari media sosial masyarakat dapat mengawasi pemerintahan dan isu-isu sosial. Selain itu kini pemerintah semakin berlomba-lomba menunjukkan apa saja kinerja mereka. Namun, dalam banyak kasus media sosial bisa dimanfaatkan jadi alat anti demokrasi juga.
Kekhawatiran lain saat ini adalah siapa saja dapat menjadi jurnalis. Semua dapat mempublikasikan dan membuat berita tanpa mekanisme cek dan ricek. Tidak heran jika banyak berita bohong atau hoaks yang terus-terusan menyebar mengingat literasi bermedia yang cukup kurang di masyarakat.
Sebaiknya kita harus bijak dalam bermedia, salah satunya dengan menggali terlebih dahulu kebenaran dan kredibilitas sumber berita yang kita dapatkan baru setelah itu kita juga menyerukan berita itu. Termasuk soal isu rasisme yang meenggema saat ini.
***
*)Oleh: Titania Riswanda D, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |