Memetik Hikmah Asyura di Tengah Pandemi Virus Corona

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kurang lebih 5 bulan setelah ditetapkannya virus Corona sebagai pandemi, masyarakat Indonesia masih terus berupaya dengan berbagai macam cara untuk melawan dan meminimalisir penyebaran virus Corona.
Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan, mulai dari aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), mewajibkan masyarakat untuk menggunakan masker, sarung tangan saat keluar rumah, dan lain sebagainya. Sampai saat ini, angka positif virus Corona di Indonesia masih tinggi. Melansir dari laman covid19.go.id, sebanyak 168.890 terkonfirmasi positif, 37.818 dalam perawatan, dan 7.169 meninggal dunia.
Advertisement
Hari ini merupakan hari asyura, hari agung bagi seluruh umat Islam di Indonesia khususnya dan dunia umumnya. Hari Asyura merupakan hari agung yang mana jika melakukan kebaikan pada hari itu, akan dilipatgandakan pahalanya. Selain itu terdapat juga amalan sunnah, yaitu puasa Asyura.
Nabi Muhammad saw bersabda, “Sesungguhnya hari ini merupakan hari Asyura, tidaklah diwajibkan untuk kalian berpuasa, tetapi saya berpuasa. Barang siapa yang ingin berpuasa, berpuasalah, dan barang siapa yang tidak ingin berpuasa, hendaklah ia berbuka.” (HR Bukhari dan Muslim).
Jika menilik pada sejarahnya, latar belakang adanya puasa Asyura adalah salah satu bentuk rasa syukur nabi Musa dan kaumnya Bani Israil karena telah diselamatkan oleh Allah dari cengkraman Fir’aun dan bala tentaranya. Saat itu, Nabi Musa dan kaumnya sedang dikejar oleh Fir’aun dan bala tentaranya. Tibalah Nabi Musa dan kaumnya di sisi laut dan tidak ada jalan lagi untuk lari dari Fir’aun. Namun, berkat Allah swt, terbalahlah lautan ketika Nabi Musa memukulkan tongkatnya.
Dalam hadis juga disebutkan, dari Ibnu Abbas RA, dia berkata: Nabi Muhammad SAW datang ke Madinah kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi tengah berpuasa pada hari Asyura, Nabi bertanya, ‘Ada apa ini?’ Mereka menjawab, hari Asyura itu hari baik, hari Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa AS dan Bani Israil dari musuh mereka sehingga Nabi Musa AS berpuasa pada hari itu. Kemudian, Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Saya lebih berhak terhadap Musa daripada kamu,’ lalu Nabi Muhammad SAW berpuasa pada hari itu dan menganjurkan orang agar berpuasa pada hari itu.” (Muttafaq alaihi).
Dari latar belakang dan cerita tersebut dapatlah diambil hikmahnya bahwa ketika kita dihindarkan dari segala macam bahaya dan sebagai bentuk rasa syukurnya adalah salah satunya dengan berpuasa. Lantas bagaimana kaitannya dengan pandemi virus Corona saat ini?
Bagi yang tidak terpapar virus Corona yang berarti dihindarkan dari bahaya maka dapat mengungkapkan bentuk rasa syukurnya dengan berpuasa, sebagaimana nabi Musa dan kaumnnya yang terhindar dari Fir’aun dan bala tentaranya.
Namun demikian, pada intinya adalah di tengah pandemi virus Corona saat ini, bagi yang terhindar dari virus tersebut, hendaklah banyak-banyak bersyukur dengan berbagai bentuk. Bagi mereka yang hartanya berlebih, lebih baik ungkapan syukur tersebut dilakukan dalam bentuk sedekah terhadap mereka yang membutuhkan. Dengan demikian bentuk rasa syukur tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi.
Pandemi virus Corona ini telah menghancurkan berbagai aspek mulai dari sosial, ekonomi, pendidikan dan lainnya. Maka mengeratkan solidaritas antar sesama, berbagi kepada yang membutuhkan merupakan alternatif dalam melawan dan bertahan di tengah pandemi saat ini. Momentum Asyura saat ini harus lebih menambah semangat dalam kebaikan antar sesama.
Momentum Asyura saat ini kita jadikan sebagai momentum rasa syukur yang lebih kepada Allah swt dengan berpuasa, menekankan semangat berbagi, menjalin solidaritas yang tinggi. Mari berkacamata pada sejarah nabi Musa dan kaumnya yang semangat dan solid untuk menghindar dari Fir’aun dan bala tentaranya dan saat ini kita bersama-sama dengan samangat dan solid melawan dan menghindar dari virus Corona.
Tanpa persatuan dan kesatuan, upaya untuk melawan dan menghindar dari virus Corona hanya akan menjadi sebuah usaha yang hampa. Dengan bersama-sama berpuasa, berpuasa dari keinginan untuk berkerumun, berpuasa dari keingin untuk ramai-ramai pergi ke tempat zona merah, berpuasa dari segala yang dilarang oleh pemeritah di tengah pandemi, kita aka memenangkan peperangan ini.
***
*) Oleh: Haikal Fadhil Anam, Mahasiswa Ushuluddin.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |