Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Peran Orang Tua Dalam Menanamkan Ibadah Shalat Pada Anak Usia Dini

Kamis, 07 Januari 2021 - 12:42 | 181.51k
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Pendidikan anak-anak merupakan kewajiban yang sulit dan berat, demikian pula mengajak mereka kepada kebaikan, dan mengarahkan mereka kepada amal shalih yang berguna dalam berbagai bidang kehidupan. Hanya orang-orang yang Allah berikan taufiq dan inayah atasnya sajalah yang dapat mengembannya dengan baik. Allah SWT. memerintahkan orang-orang beriman untuk memelihara diri dan keluarga mereka dari (siksa api) neraka.

....يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ

Advertisement

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan beringas…” (QS. At-Tahrim: 6).

Tanggung jawab para bapak terhadap anak-anak mereka besar, tetapi tanggung jawab para ibu lebih berat dan penting. Sungguh indah kata mutiara Ahmad Syauqi: “Ibu adalah sekolah (utama). Jika engkau persiapkan dia dengan sungguh-sungguh, engkau telah mempersiapkan (lahirnya) sebuah generasi bangsa yang harum namanya”. Perkara melatih anak-anak untuk taat, mencintai kebaikan, suka beramal shaleh, membaca Al-Qur'an dan sunnah dan bergaul dengan ahli ilmu, dan lain-lain adalah tanggung jawab yang berat. Tanggung jawab (pendidikan anak) itu pertama-tama terletak di pundak orang tua di rumah, kemudian pada para pendidik (guru), dan masyarakat. Keteladanan mereka harus dapat dirasakan oleh anak-anak.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Orang tua merupakan teladan, contoh, dan figur yang baik dalam membentuk moral dan akhlak anaknya, sehingga kunci utama yang harus dipegang orang tua adalah memiliki sifat yang bisa ditiru, dicontoh, dan diteladani oleh anaknya. Dalam hal ini orang tua lebih mudah menanamkan nilai-nilai keagamaan pada jiwa anak, khususnya dalam ibadah shalat pada anak, apalagi ditambah dengan keteladanan dalam mengaplikasikan dan memeragakan suatu perbuatan yang akan diajarkannya.

Bahwasanya orang tua itu yang dijadikan contoh dan teladan bagi anak didiknya dalam segala tingkah lakunya, sebagaimana yang diungkap Chabib Thoha bahwa, “orang tua itu memegang teguh kepada ajaran agama baik akidah, cara berpikir maupun tingkah laku praktis di ruang kelas maupun di luar kelas”. Karena pada dasarnya secara psikologis anak itu senang meniru pada tingkah laku orang dewasa, seperti pendapat Ahmad Tafsir, bahwa “secara psikologis manusia memerlukan tokoh teladan dalam kehidupannya, hal ini adalah seorang pembawaan manusia”. Sehingga dapat dikatakan, metode inilah yang paling efektif membina dan mengajarkan tingkah laku dan moral kepada anak didik dengan contoh-contoh yang baik.

Metode terbaik untuk mengajarkan nilai kepada anak-anak adalah contoh atau teladan. Teladan selalu menjadi guru yang paling baik. Sebab sesuatu yang diperbuat melalui keteladanan selalu berdampak lebih luas, lebih jelas dan lebih berpengaruh daripada yang dikatakan. Perbuatan orang tua dalam berperilaku atau bertingkah laku sehari-hari, maka hal itu akan dicontoh anak, dalam hal ini sangat mempengaruhi sikap anak, jika orang tua cenderung baik dan berbudi luhur, maka anak pun akan cenderung mendasari hal itu, ini seperti yang ditulis oleh Saleh Abdurrahman bahwa: “peranan keteladanan dan wibawa orang tua dalam fungsi pembinaan anak sebagai tokoh teladan tercermin melalui perbuatan dan tindakan orang tua pada setiap kegiatan kehidupan sehari-hari sebagai panutan dalam pembinaan, pelatihan, dan pembiasaan disiplin beribadah, disiplin belajar dan disiplin waktu”.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dengan teladan atau contoh sikap, diharapkan anak dapat berbuat baik, hal ini sebagaimana pendapat Mudlor yaitu: Pembentukan sikap dan minat, agar anak tidak terlalu sombong dengan pedoman asal berbuat. Kalau pengertian sudah meresap pada orang tua, akan terlihat perubahan sikap pada dirinya. Jika sikap sudah menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik, maka perkembangan selanjutnya yang dapat disaksikan ialah timbullah minat untuk berbuat.

Dalam mendidik ibadah shalat anak orang tua dapat melakukannya dengan berbagai macam metode. Dari bermacam-macam metode ini tidak bisa terpisah antara satu dengan lainnya, namun bisa dilakukan secara bersama-sama atau saling menunjang. Misalnya pendidikan melalui disiplin dapat berjalan apabila dibarengi dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, melarang berbohong maka orang tua harus memberi contoh agar tidak berbohong, melarang anak berkata kasar, maka orang tua mengajarkan untuk tidak berkata kasar dan lain sebagainya.

Biasanya kebiasaan orang tua dalam berbuat dan bertingkah laku, terutama dalam mendidik ibadah shalat pada anak usia dini. Pendidikan kebiasaan ini akan berhasil diwujudkan, karena dengan membiasakan diri anak untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak setiap hari, anak akan lebih mudah menirunya, seperti kebiasaan orang tua dalam memimpin shalat. Karena pembiasaan merupakan praktek nyata dalam proses pembentukan dan persiapannya merupakan salah satu penunjang pokok pendidikan dan salah satu sarana dalam upaya menumbuhkan kemauan anak untuk melaksanakan ibadah shalat, hal tersebut akan terlaksana dengan benar dan baik, jika bagi anak tersedia dua faktor, yaitu pendidikan Islam dan lingkungan yang baik. Untuk itulah lingkungan keluarga juga ikut berperan aktif dalam tanggung jawab orang tua dalam pendidikan ibadah shalat anak, terutama orang tua juga harus mendukung dan membimbing anak-anaknya di rumah.

Adapun orang tua harus memiliki cara-cara bagaimana tanggung jawab orang tua dalam pendidikan ibadah shalat anak usia dini. Abdullah Nasih Ulwan mengatakan bahwa “untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan pada jiwa anak dapat dilakukan dengan jalan memberikan pendidikan keteladanan yang baik, pendidikan dengan adat kebiasan, pendidikan dengan nasehat, dan pendidikan dengan hukuman (sanksi)”.

Yaitu cara orang tua membiasakan anak untuk melakukan hal-hal yang bersifat akhlakul karimah, seperti pendapat Chabib Thoha bahwa, “pembiasaan itu penting untuk diterapkan dalam pembentukan akhlak dan rohani seseorang untuk terbiasa hidup teratur, disiplin, dan tolong menolong sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari”. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Al-Ghazali yang dikutip oleh Zainuddin bahwa, “metode teladan, pembiasaan, dan nasehat merupakan alat untuk membentuk dan membina kepribadian anak sesuai dengan ajaran agama Islam”. Metode ini sangat bagus bila digunakan sejak dini atau sejak masih kecil, sehingga apa yang diajarkan masih melekat erat sampai dewasa.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES