
TIMESINDONESIA, INDRAMAYU – FESTIVAL Mangga baru-baru ini digelar di Indramayu. Soal mangga Indramayu tidak sedikit yang kecele propaganda dan klaim pedagang nakal yang menjajakan mangga abal-abal yang seolah-olah mangga Indramayu. Tapi mungkin Jay Khresna punya banyak alasan menggagas kegiatan ini. Jay adalah selebriti Indramayu setelah Eeng Saptahadi dan Iis Dahlia.
Kuliner spektrum pengaruhnya luas dalam peradaban. Sebagaimana dikutip dari berbagai laman seperti Detik.com atau Wikipedia, kuliner acapkali memicu perang antar negara. Agresi Prancis terhadap Meksiko dipicu kue Pastry. The Breadbasket atau penaklukan Mesir oleh Romawi gara-gara gandum. Perang 'War of Ferrara' di Italia akibat perdagangan garam. Korea Utara vs Korea Selatan berebut kepiting biru di Laut Kuning hingga tahun 2002-an. Agresi Belanda di Indonesia dipicu rempah-rempah.
Advertisement
Saat ini perang kuliner menjadi atraksi wisata tahunan. Kota Manitou Springs Colorado Amerika menggelar perang sisa kue buah (fruit cake). Spanyol menghelat festival perang ikan tradisional di Catalonia dan perang tomat di Valencia. Italia menggelar Festival Carnival of Ivrea atau perang Jeruk. Jepang menggelar festival Setsubun (lempar biji kacang kedelai panggang). Hong Kong ada Festival Menara Bakpao (Cheung Chau Bun).
Perang tomat atau Festival la Tomatina di Kota Buñol Valencia Spanyol cukup menarik. Berlangsung setiap tahun sejak tahun 1945, meski hanya hitungan jam, Kota Buñol yang berpenduduk 10 ribuan yang semula sepi mendadak diserbu ribuan wisatawan mancanegara. Mereka bersuka cita terlibat perang tomat. Ide perang ini menurut situs resmi Festival La Tomatina (www.latomatina.org) mirip seperti spaghetti incident. Berawal dari insiden keusilan sejumlah pemuda menjatuhkan peserta parade kostum dan memicu tawuran berjamaah sepanjang rute parade yang berakhir hancurnya kios tomat di pasar. La Tomatina adalah magnet bagi ribuan wisatawan setiap tahun datang ke Kota Buñol. Ekonomi lokal tumbuh menggeliat, tingkat okupansi hotel dan minat kuliner tinggi. Para petani tomat kebanjiran order. Perang hitungan jam ini menghabiskan 160 ton tomat!
Indonesia juga ada beberapa wisata ikonik yang mendunia. Ada Karapan sapi di Madura Jawa Timur. Wisata ini ikonik lantaran ada Juara Menang dan Juara Kalah. Sapi Madura mampu berlari bak kuda. Lintasan sepanjang 200-an meter dilalap dalam 20 detik. Lamborghini mengeluarkan seri Madura karena terilhami ini. Selain karapan sapi, ada juga atraksi lompat batu di Nias Sumatera Utara, Tari Kecak di Bali, Perang Pasola di Sumba Barat Nusa Tenggara Timur, dan Festival perang suku di Lembah Baliem Wamena Papua.
Ada pembelajaran (lesson learned) dan praktek baik (best practices) yang bisa dipetik dari festival-festival wisata di atas. Festival Mangga Indramayu dapat menjadi wisata ikonik bila menerapkan konsep 4 A Wisata (Attraction, Amenity, Accessibility, dan Ancillary) sebagaimana contoh-contoh di atas.
Indramayu sudah ada daya tarik wisata (Attraction) yaitu mangga. Varian produk kuliner mangga tak terhitung jumlahnya dihadirkan di Festival Mangga. Pengusaha Hasan Hambali juga belum lama ini menggelar Mango dinner ala salah satu hotel papan atas di Bogor dan wisata petik mangga di Indramayu Mango Farm (IMF). Mangga Indramayu itu ikonik jadi selayaknya diperlakukan sebagai komoditas Spesifik lokasi geografis sebagaimana UU Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan dan peraturan pelaksanaannya yang terkait.
Wisatawan juga perlu fasilitas yang layak dan nyaman (Amenity). Hotel dan kuliner menerapkan sanitasi lingkungan yang baik, sehingga bersih dan sehat. Dukungan penyediaan air yang memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan untuk air minum atau memenuhi standar indeks STORET (fisik, kimia, mikrobiologi) untuk wisata air.
Kemudahan akses (Accesibility) ke lokasi wisata dan konektivitas transportasi umum seperti angkutan umum, kereta api, dan lain-lain juga diperlukan. Saat ini jalan ke lokasi wisata belum memadai. Stasiun kereta Jatibarang juga belum dilengkapi akses angkutan umum dan ada praktek monopoli jasa transportasi oleh kelompok tertentu.
Keberadaan lembaga pengelola wisata (Ancillary) yang profesional diperlukan untuk memberikan dukungan layanan informasi itinerary wisata, kalender wisata, interkoneksi trayek wisata dengan destinasi wisata di daerah lain, serta fasilitasi lainnya.
***
*) Oleh: Ahmad Yani, Orang Dermayu Praktisi Perencana Wilayah dan Infrastruktur.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
________
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |