Terus Semangat Menulis Mas (Kenangan sebagai Mahasiswa Dr. H. Abdul Wahid, SH. MH.) 

TIMESINDONESIA, MALANG – RENCANA perjalanan saya ke Bali, Sabtu pagi, 5 Februari 2022 diselimuti dua perasaan sekaligus. Bahagia dan duka. Bahagia karena akan bertemu dengan teman-teman saya yang baik hati, plus perjalanan ditemani istri. Duka, karena menjelang berangkat, saya menerima kabar, Dr. H. Abdul Wahid, SH. MH., pembimbing skripsi saya dulu, dosen Fakultas Hukum Unisma Malang, dipanggil menghadap Allah SWT. Semoga husnul khotimah. Amin. 

Pak Wahid, begitu saya dan teman-teman seangkatan tahun 1995 di Unisma Malang biasanya memanggil, dikenal sebagai dosen yang sangat grapyak dengan mahasiswa. Seolah tak ada jarak. Diskusi, di manapun, kapan pun, bisa dan biasa dilakukan. 

Advertisement

Sekitar tujuh tahun lalu, saya begitu berambisi mendapatkan nomor teleponnya. Dan, berhasil. Saya pun kirim pesan ke beliau, mengenalkan diri, maklum sudah lama tak jumpa. Alhamdulillah, beliau masih mengingat saya. Maklum, sebagai pembimbing skripsi saya, datang ke rumah Pak Wahid pernah saya lakukan. Untuk sekadar konsultasi dan diskusi. 

Sebagai dosen yang dikenal begitu produktif menulis buku, opini di berbagai media, diskusi saya via telepon tak jauh dari urusan tulis menulis. Maklum, sejak lulus dari Unisma Malang, setelah bergelut dengan berbagai usaha, saya memutuskan concern di profesi jurnalis. Kala itu, saya bergabung dengan salah satu media cetak Jawa Pos Group. 

"Terus menulis mas, semangat, jangan sampai berhenti," itu pesan Pak Wahid yang saya ingat. Begitu memotivasi. Hingga akhirnya, sejak 2018 akhir saya memutuskan resign dari media cetak dan bergabung dengan media digital www.timesindonesia.co.id yang berkantor pusat di Malang, ternyata saya masih wow dengan beliaunya. 

Apa sebabnya? Di rubrik opini yang namanya Kopi Times, saya menemukan banyak sekali tulisan Pak Wahid. Itu bukti betapa produktifnya beliau dalam dunia tulis menulis. 

Pak Wahid, izinkan saya "lapor" ke panjenengan, sampai saat ini saya juga masih jadi jurnalis di TIMES Indonesia, media digital berplatform jurnalisme positif. Motivasi panjenengan, akan saya pegang selalu dalam menjalani dunia yang begitu mengasyikkan, dunia tulis menulis. 

Ada yang bilang "Belajarlah menulis nak, kelak jika hatimu membuncah, lampiaskan melalui tulisan, bukan tangisan." Asyik bukan?. 

Selamat jalan Pak Wahid. (*)

*) Oleh: Bambang H Irwanto, Direktur TIMES Indonesia. Kenangan ini ditulis di ruang tunggu Bandara Juanda Surabaya.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.