Kopi TIMES

Alimatul Qibtiyah dan Gerakan Feminis Muslim Indonesia

Selasa, 01 Maret 2022 - 13:09 | 99.66k
Suci Ramadhani Putri, S.H.
Suci Ramadhani Putri, S.H.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MATARAM – Prof. Alimatul Qibtiyah atau yang akrab disapa Prof. Alim, beliau adalah Guru Besar bidang Ilmu Kajian Gender di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selain sebagai Guru Besar, beliau juga adalah seorang Ulama Perempuan. Beliau menjadi Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah. Perjalanan kelimuan beliau untuk S1 di IAIN Sunan Kalijaga (1995), S2 di Universitas Gajah Mada (2000) dan di University of Northen Lowa USA (2005) dan S3 di Western Sydney University Australia (2013).

Dalam pidato pengukuhan Guru Besarnya, Prof. Alim menyampaikan tentang Arah Gerakan Feminis Muslim di Indonesia. Mengapa hal ini menjadi penting? Setidaknya ada tiga alasan yang beliau kemukakan. Pertama, adanya kompleksitas wacana perempuan dalam berbagai upaya peningkatan kesadaran perempuan dan persoalan yang dihadapi perempuan. Kedua, kompleksitas wacana perempuan tersebut mengantarkan pada dinamika dan sekaligus ketegangan mengenai pemahaman feminisme, baik di internal umat muslim hingga feminis lainnya. Dan ketiga, adanya kekhasan praktik feminis muslim dalam meramu dan mencari titik temu antara agama dan feminis.

Advertisement

Siapakah mereka yang disebut sebagai Feminis Muslim oleh Prof. Alim? Feminis Muslim adalah mereka yang sumber kajiannya tidak hanya megacu pada teks-teks keagamaan (islamic studies), melainkan juga hal-hal yang bersifat umum. Selain mengedepankan pendekatan hermeneutika dan sejarah, mereka juga menggunakan pendekatan bayani, burhani dan irfani. Serta mengimplementasikan nilai-nilai etik dan moral yang hidup di tengah-tengah masyarakat.

Dalam melakukan gerakannya, Feminis Muslim melakukannya dengan ‘silent revolution’. Mereka bergerak dengan cara halus, menghindari konflik dan tidak frontal. Mereka percaya bahwa model gerakan ini adalah gerakan yang tepat untuk digunakan, terutama di Indonesia, mengingat kearifan lokal, aspek psikologis pasangan dan budaya dominan yang ada. Terbukti, ketika di tahun 90-an, saat Feminis Muslim menyampaikan tentang gender, tidak jarang mereka menerima respon yang tidak mengenakkan. Namun sekarang sudah lebih baik. Ini artinya gerakan yang pelan dan istiqomah sudah mulai terasa hasilnya.

Feminis Muslim menolak penunggalan peran perempuan hanya di ranah domestik. Dalam budaya patriarki, seorang perempuan yang menikah diharuskan untuk menyerahkan dirinya kepada keluarga. Perempuan harus selalu mengalah (tidak jarang dikalahkan) jika bersamaan dengan kepentingan keluarga yang lain. Doktrin-doktrin seperti “jihad perempuan dalam keluarga”, begitu banyak dihadapi perempuan Indonesia yang menikah. Namun penolakan ini bukan berarti mereka melarang perempuan untuk berada di ranah domestik atas kehendak bebasnya. Feminis Muslim justru mendorong para perempuan untuk bebas memilih peran terbaiknya, asalkan itu adalah pilihan bebas dan tanpa paksaan. 

Menurut Prof. Alim, arah gerakan Feminis Muslim Indonesia adalah Keluarga Feminis. Tidak ada bedanya cara menghormati suami kepada istri dengan cara istri menghormati suami. Misalnya, saat suami membutuhkan dukungan dalam karir, istri dengan senang hati memberikan dukungan. Sebaliknya, ketika istri juga membutuhkan dukungan karir, suami juga dengan senang hati memberikan dukungan. Pada saat bentrok kebutuhan karir antara keduanya, maka kompromi dan negosiasi yang dikedepankan sehingga, ketika misalnya hasil negosiasi sementara waktu mendahulukan karir suami, hal itu tidak lantas membuat suami melupakan karir istri, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, hubungan cinta di dalam keluarga dilandasi keinginan untuk mendukung kemajuan untuk satu sama lain. Inilah hakikat dari keluarga feminis, yaitu hubungan kesalingan (mubadalah) dan keluarga yang sakinah membahagiakan orang lain dan diri sendiri.

Keluarga Feminis menolak semua bentuk kekerasan dan senantiasa mendukung praktik-praktik pasangan yang tumbuh bersama dalam kebaikan. Bagi Feminis Muslim, keluarga adalah entitas penting untuk membangun peradaban bangsa. Untuk itu, hak-hak asasi anggota keluarga sangat penting diperhatikan. Selain itu, Feminis Muslim tidak menganggap laki-laki adalah makhluk yang harus dibenci, melainkan laki-laki adalah mitra dalam perjuangan untuk menegakkan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan.

Ketika masalah gender telah terselesaikan dalam keluarga Indonesia, maka akan ada jaminan bahwa perempuan-perempuan Indonesia juga akan mampu untuk berkiprah secara maksimal di ruang publik. Meyelesaikan ketimpangan gender di ranah keluarga bukan semudah membalik telapak tangan, namun bukan berarti hal yang mustahil untuk diwujudkan. Perjuangannya membutuhkan proses diskusi, negosiasi dan kompromi. 

Prof. Alim juga menyebutkan, bahwa ada banyak contoh para Feminis Muslim yang mengimplementasikan Keluarga Feminis dan mereka bahagia, serta memiliki pengaruh yang signifikan di tengah masyarakat kita. Banyak tokoh-tokoh agama di Muhammadiyah-‘Aisyiyah, Nahdlatul Ulama-Muslimat, KUPI dan kelompok agama lainnya. Meskipun mereka tidak menyebutnya sebagai Keluarga Feminis, tetapi dalam praktiknya, mereka mengimplementasikan nilai-nilai dan semangat Keluarga Feminis.

Demikianlah arah gerakan Feminis Muslim Indonesia menurut Prof. Alimatul Qibtiyah. Ketika kehidupan perempuan menjadi lebih baik, maka InsyaAllah dengan sendirinya kehidupan laki-laki dan masyarakat Indonesia juga akan baik. 

***

*) Oleh: Suci Ramadhani Putri,

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES