Kopi TIMES

Riwayat TOA dari Era Tradisional ke Modern

Jumat, 04 Maret 2022 - 18:32 | 68.22k
Suaeb Qury, Ketua LTN PW NU NTB
Suaeb Qury, Ketua LTN PW NU NTB
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, LOMBOKHAMPIR se-antero dunia dan khusunya negeri kita Indonesia, tahu dan umumnya menggunakan alat yang bernama TOA, baik di masjid, langgar, mushollah dan di tempat-tempat acara kegamaan lainnya. Dan itulah keindahan dari keragaman cara dan tradisi keindonesiaan  yang majemuk dan penuh toleransi. Dan di mana-mana, cara dan  pengunaan volume  suara yang bersumber dari TOA dipahami oleh masyarakat. Sejak dari zaman sebelum kemerdekaan dan sampai Indonesia hari ini dan Indonesia menjadi negara maju.

Apa yang luar biasa dari fungsi TOA sebagai sebuah alat transmisi suara, bisa mempengaruhi atau tidak,  namun esisnsinya  adalah subyek atau obyek yang menyampaikan dan yang menerima pesan.  Kadang fungsi TOA baik ditempat indah dan diacara keramaian serta acara keramaian, menjadi hal yang lucu,kadang menjengkelkan dan begitu juga menyenangkan. Yang penting dalam islam adalah fungsi dan tujuannya bukan perantara atau penampilan.

Advertisement

Bilamana suara TOA di acara keramaian atau diacara keagamaan sebagai sebuah pengetahuan menjadi hal yang menyenangkan dan  atau sebaliknya suara TOA kebutlan bising dan menjadi tidak menyenagkan bagi pendengarnya. Dan itu bukanlah suatu soal yang esensial, membayangkan masa lalu tradisi mendengar,menyimak dan bergilir tadurusan, yasinan dan pengajian umum baik di masjid,musholah dan di acara kegamaan lainnya.

Dan bukankah sediki demi sedikit tradisi itu bergeser ke wilayah tontonan yang bersifat privasi. Kini dan kedepan bisa jadi fungsi TOA yang bukan saja dipakai untuk azan, tadarusan dan pengajian serta pengumuman dimasjid bisa jadi beralih ke tegnologi.  Sekarang saja, kebiasaan lama sudah semakin terkikis oleh kebiasaan baru, orang dan masyarakat Indonesia sudah asyik mendegar dan menonton para juru dakwah,qori dan qoriah dimedia genggamannya yakni yutube, fesbok dan media sosial lainnya.

Khusus umat Islam yang  kuat dan tetap menjalankan dan menjaga serta memilihara tradisi lama, tidak pernah mempersoalakan fungis dan pengunnaan TAO, sebab yang paling utama adalah syiar kegamaan tersampaikan dengan penuh hikmah,ketauladan dan membimbing umat untuk kebaikan (amar ma' ruf nahi anil mungkar). Mungkin saat ini, kita kembali mengkaji dan memahami  dan  bisa memakai pendapat imam ibnu muflih: "Sebagiknya tidak keluar dari tradisi masyarakat kecuali tradisi tersebut jelas keharamannya"

Apa yang dijaga dan dipilihara oleh organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yakni  Nahdlatul Ulama tetap menjadi panduan dalam mengambil pijakan kegamaan, sebuah kaedah yang berbunyi "Tradisi lama yang baik bisa jadi tetap dijaga dan dilipihara dan tradisi baru yang baik, bisa diambil menjadi senjata untuk sebuah kemajuan sebuah peradaban baru.

Hal yang sama dan seirama dengan apa yang tersirat dalam surat Al-Anbiyaa ayat ke-80: “Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).” Menurut tafsir yang ada pada kitab Al-Qurthubi, ayat ini merupakan pokok landasan tentang upaya pembuatan alat-alat dan sebab-sebab.

Allah Ta’ala telah mengabarkan tentang Nabi Daud AS, bahwa ia membuat baju besi, teropong, dan makan dari hasil kerjanya sendiri. Sementara Adam adalah seorang petani, Nuh seorang tukang kayu, Luqman seorang penjahit, dan Thalut adalah penyamak kulit. Jadi, berdasarkan tafsir di atas Islam menganjurkan untuk menciptakan atau menggunakan alat yang dapat memudahkan pekerjaan kita. Itulah teknologi, dan ternyata ide pemanfaatan teknologi ini ada di dalam Al-Qur’an.

Teknologi itu memang memiliki dua sisi. Dia bisa bermanfaat jika digunakan dengan tujuan yang baik, atau bisa menjadi musuh jika digunakan untuk tujuan yang tidak baik. Inilah saatnya kita kaum muslim untuk mulai memanfaatkan teknologi di jalan yang baik agar bisa bermanfaat untuk umat dan agama. Kalo bisa bukan hanya memanfaatkan saja, saatnya berkreasi untuk menciptakan teknologi baru.

Republik ini semakin ramai dengan berbagai postingan diberbagai media baik cetak online maupun media sosial,semua warga negara sudah bisa memberikan argumen dan pandangan berdasarkan presepsi pribadi (preseption personality) dan pandangan publik (publik perseption). Kejernihan pemikiran dan keilimuan menjadi kunci dari semua presepsi yang ada. Mulai muncul para pakar yang angkat bicara dan bahkan yang tidak pakar dibindangnya-pun ikut menjadi tokoh yang hebat.

Tidak ada yang salah dari semua kondisi yang diciptakan oleh para pengambil kebijakan (penguasa) dan inilah kelebihan dari negara yang maju demokrasinya dan rakyatnya serta sejahterah dalam sebuah presepsi. (*)

 

*) Oleh Suaeb Qury, Ketua LTN PW NU NTB

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES