
TIMESINDONESIA, MAKASSAR – Begitu banyak orang membicarakan negara yang satu ini. Dunia Islam-pun terpusat untuk memberi dukungan. Itu karena sepakbola. Maroko mencapai semifinal Piala Dunia, pertama kali bagi sejarah sepakbola negara tersebut. Pertama kali dalam sejarah Afrika, bahkan pertama kali dalam sejarah Arab.
Mungkin pencapaian terbesar bagi sejarah Maroko modern, yang berdampak pada popularitas negara tersebut. Orang berbondong-bondong mulai mencari tahu apa sesungguhnya yang terjadi pada negara tersebut.
Advertisement
Harus diakui, perbincangan dunia Arab, selalu terpusat pada segelintir negara. Yang pertama, selalu tentang Arab Saudi, karena disitu sentrum keberagamaan. Di sana ada Ka'bah dan kuburan Nabi. Yang berikutnya, mungkin Mesir, karena di sana begitu kuatnya setting peradaban, dari sejarah para Fir'aun sampai pada sejarah Nabi-Nabi. Termasuk peradaban pengetahuan yang ditandai dengan hadirnya Institusi al-Azhar.
Setelah itu mungkin Pelestina karena nasib dan pergolakan yang tak berujung. Sisanya adalah negara-negara yang disebut sesekali dalam berita dunia karena konflik yang berkepanjangan.
Maroko selama ini begitu terabaikan informasinya. Mungkin kota Casablanka, kota terbesar di Maroko, lebih populer dari Negara Maroko sendiri. Secara fashion, warga Casablanka sering disebut sebagai masyarakat paling fashionable di Arab dengan kiblatnya kota Paris.
Saya sendiri sudah lama mendengar sedikit cerita tentang Maroko dari Kakek di kampung dan berbau mitos. Katanya, di Maroko itu kalau matahari terbenam kedengaran seperti rantai raksasa yang bergeser karena begitu dekatnya matahari dari negara itu. Setelah sekolah, saya mengkonfirmasi cerita itu, mengapa Negara yang bebentuk kerajaan itu disebut dalam Bahasa Arab, al-Mamlakah al- Magribiyah (Kerajaan Barat), kata: magrib berarti Barat. Jadi kalau matahari yang terbenam di barat, secara geografis paling dekat dengan Maroko, karena nama negaranya saja adalah Barat.
Kini semua terfokus pada apa yang dicapai oleh Maroko, bersandingnya dengan para raksasa sepakbola dunia di semifinal. Bukan hanya terfokus, tapi syok bercampur haru, karena tidak pernah diperhitungkan, bahkan seluk beluk negaranya-pun cenderung terabaikan oleh dunia.
Para pecinta bola mulai menggali apakah pencapaian Maroko itu hanya kebetulan? Tapi semua menjawab sendiri bahwa tidak ada yang kebetulan. Pemerintah Maroko secara konsisten meskipun tanpa publikasi yang menonjol membangun tradisi menuju prestasi sepakbola. Pemerintah Maroko rupanya sangat sadar bahwa untuk menggenggam dunia, prestasi bola adalah salah satunya.
Komitmen Maroko membangun tradisi bola sangat konsisten. Mungkin, sekali lagi mungkin, Maroko sadar bahwa Arab harus hadir bukan hanya dalam banyak cerita konflik dan perang, tetapi pencapaian. Bola adalah yang paling dekat. Pertama, secara geografis, Maroko sangat dekat dengan kutub bola, Eropa. Kedua, secara postur sangat memenuhi syarat. Lihatlah lompatan En-Nesyri saat menyarangkan bola ke gawang Potrugal, yang mungkin dianggap sebagai gol tertinggi selama piala dunia 2022. Ketiga, tradisi gurun adalah berlari. Bola meniscayakan orang berlari. Maroko adalah negara gurun.
Tradisi itu tercipta secara pasti di Maroko tanpa hingar bingar pemberitaan. Hampir 20 orang pemain timnasnya merumput di liga bergengsi di Eropa. Kipernya yang begitu piawai menjaga gawangnya dari serbuan para "dewa", ternyata adalah kiper utama di sebuah klub La Liga, Sevilla. Pemainnya begitu tenang memainkan gaya "taka-tiki" di sudut kiri-kanan gawang tanpa kekhawatiran dari ancaman pemain sekelas Ronaldo ataupun Morata. Karena mereka sudah dibangun untuk akrab dengan kutub sepakbola.
Tidak banyak yang saya bisa tulis tentang Maroko, khususnya Sepakbolanya. Ternyata Maroko tidaklah lebih sejahtera dari Indonesia, secara pendapatan perkapita. Kuncinya, Maroko mampu mengkapitalisasi modal sosialnya. Semua negara punya modal sosial untuk pencapaian bola, tak terkecuali Indonesia. Lihatlah, betapa anak negeri ini begitu maniak bola. Negara orang yang menang kita yang berpesta dan arak-arakan. Apa yang terjadi kalau negara kita yang sampai pada pencapaian Maroko? Teman menjawab, kaptennya bisa diusung jadi presiden, saking populernya!
* Oleh: Hamdan Juhannis, Rektor UIN Alauddin Makassar
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Sholihin Nur |