Kopi TIMES

Bersiaga Menghadapi Ancaman Ekonomi

Senin, 16 Januari 2023 - 15:44 | 56.03k
Lydia Putri, Statistisi Badan Pusat Statistik.    
Lydia Putri, Statistisi Badan Pusat Statistik.    

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ekonomi dunia sedang berada dalam kondisi yang sangat tidak baik.

Ada banyak negara yang mengalami inflasi cukup tinggi. Beberapa negara bahkan tercatat mengalami hiperinflasi atau lonjakan inflasi yang sangat tinggi hingga mencapai lebih dari 100 persen dalam kurun waktu satu tahun (year-on-year/yoy). Beberapa diantaranya ada Zimbabwe dengan inflasi 244 persen (yoy), Venezuela 156 persen (yoy), Lebanon 142 persen (yoy), Suriah 139 persen (yoy) dan Argentina 92 persen (yoy). 

Harga komoditas energi dan pangan pun terus merangkak naik. Salah satu diantaranya adalah harga emas/logam mulia yang banyak diprediksi akan meningkat lebih dari 60 persen dan berpotensi menyentuh angka Rp 1.600.00,00 per gram. Sebagaimana kita tahu, peningkatan harga komoditas emas/logam mulia mengindikasikan adanya kondisi ekonomi yang bergejolak. Hal ini tentu berpotensi melemahkan daya beli masyarakat dan menciptakan peningkatan angka kemiskinan. 

Mengapa Ekonomi Kita Dibayangi Berbagai Ancaman?

Ekonomi dunia di tahun 2022 seharusnya dapat tumbuh cukup tinggi setelah dunia terlepas dari resesi ekonomi pada tahun 2021 akibat pandemi virus corona (Covid-19). Berbagai pakar ekonomi optimis dan yakin bahwa ekonomi dunia akan tumbuh pesat pasca melewati masa resesi akibat Covid-19. Alih-alih mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, ekonomi dunia malah justru mengalami kehancuran dan terus dibayangi dengan resesi ekonomi akibat inflasi yang tak terkendali. 

Inflasi yang tinggi terjadi karena hancurnya perekonomian dunia akibat pandemi Covid-19. Saat itu, banyak negara melakukan penutupan aktivitas ekonomi, bahkan memberlakukan lockdown guna mencegah penularan Covid-19. Akibatnya banyak roda ekonomi yang mati suri, termasuk di Indonesia. Peningkatan angka kemiskinan pun menjadi hal yang tidak dapat dihindarkan.

Data Badan Pusat Statistik pada Maret 2021 menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin di Indonesia ada sebanyak 10,14 persen meningkat dibandingkan Maret 2020 yang hanya mencapai 9,78 persen. Angka ini menunjukkan bahwa ada penambahan jumlah penduduk miskin di Indonesia yang jumlahnya mencapai 1,12 juta jiwa. 

Meskipun telah membaik dengan berbagai program percepatan pemulihan ekonomi dan vaksinasi, muncul masalah baru yang turut membayangi ekonomi Indonesia. Berbagai aktivitas ekonomi yang mulai kembali menggeliat, justru memberikan permintaan konsumen yang mendadak cukup tinggi. Permintaan yang tinggi tanpa diikuti persedian yang cukup, serta diiringi krisis kontainer menyebabkan rantai pasokan yang dibutuhkan masyarakat kerap mengalami keterlambatan. 

Di samping itu, kondisi global akibat perang Rusia-Ukraina yang pecah di akhir Februari 2022 memberikan dampak multidimensi ke berbagai belahan dunia. Sanksi yang diberikan Amerika Serikat dan sekutu untuk melarang penerimaan impor minyak mentah dan gas dari Rusia menyebabkan harga gas alam  meningkat dengan pesat.

Hal ini juga diikuti dengan peningkatan harga minyak mentah dan batu bara yang terus meroket. Alhasil, inflasi pada sektor energi menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan dan memicu inflasi pada komoditas-komoditas lain. 
Inflasi, Suku Bunga dan Pertumbuhan Ekonomi

Pemerintah terus berupaya mengendalikan kondisi ekonomi Indonesia. Salah satunya melalui pengendalian inflasi yang terstruktur. BPS mencatat bahwa Inflasi Indonesia pada Desember 2022 mencapai 5,51 persen (yoy). Berada jauh lebih rendah dibandingkan inflasi yang terjadi di dunia. Perkembangan inflasi ini tidak terlepas dari sinergi yang dilakukan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dengan program kerja Gerakan Nasional Pengendali Inflasi Pangan (GNPIP). Pemerintah juga terus memperhatikan dampak lanjutan penyesuaian harga BBM dan angkutan yang lebih rendah guna meredam inflasi. 

Di samping itu, Bank Indonesia turut mengambil bagian dalam melakukan kebijakan moneter guna mengendalikan inflasi. Langkah agresif yang diambil oleh Bank Indonesia adalah dengan menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga akan mendorong masyarakat untuk menyimpan uang dan memilih berinvestasi pada obligasi dibandingkan melakukan konsumsi. Dengan begitu, inflasi pun pelan-pelan akan mengalami penurunan. 

Meskipun inflasi Indonesia masih tetap terkendali, ada dampak ekonomi lain yang masih tak bisa dihindarkan. Dampak ekonomi yang dihadapi dengan penaikkan suku bunga adalah pertumbuhan ekonomi yang kian melambat bahkan memiliki potensi besar untuk masuk dalam jurang resesi. Sebab, daya beli masyarakat cenderung menurun yang menyebabkan terhambatnya  perputaran ekonomi di masyarakat.

Inflasi, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi menjadi tiga momok menakutkan yang masih harus terus dijaga dengan ketat di tahun-tahun ini. Sebab, mengabaikan salah satu, akan menimbulkan multiefek pada hal yang lain.  Presiden Jokowi telah berupaya menghadapi berbagai ketidakpastian ekonomi global dengan melakukan berbagai kebijakan ekonomi strategis.

Pemerintah berupaya untuk memperkuat fungsi belanja negara agar semakin tepat sasaran, mempertahankan daya tarik investasi, mempersempit kepemilikan asing dalam obligasi negara, serta melakukan sinergi antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. 

Langkah Masyarakat Dalam Menghadapi Goncangan Ekonomi 

Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam mengendalikan inflasi, masyarakat perlu mengambil peran dalam mengatasi ancaman ekonomi. Kehadiran masyarakat menjadi sangat penting, sebab perannya dalam konsumsi memberikan andil besar dalam perputaran ekonomi. Dalam kondisi seperti ini dibutuhkan masyarakat yang tidak panik, waspada, serta bijak dan jeli dalam mengatasi ancaman ekonomi yang ada. 

Ketika bermunculan berita tidak menyenangkan dari kondisi ekonomi global, masyarakat diharapakan tidak panik secara berlebihan. Seringkali kepanikan ini menimbulkan panic buying pada produk-produk tertentu. Akhirnya, malah menciptakan inflasi tinggi akibat kelangkaan persedian yang ada. 

Masyarakat juga dapat menjaga kewaspadaan dengan memperhatikan pergerakan ekonomi global. Terutama kondisi ekonomi global yang memberikan dampak langsung dan signifikan terhadap pergerakan ekonomi Indonesia. Hal ini tentu menjadi sebuah tanda awal yang secara cepat ataupun tidak akan dirasakan langsung oleh masyarakat.

Hal lain yang dapat dilakukan adalah jeli memanfaatkan momentum. Masyarakat diharapkan mampu melihat celah dari ancaman ekonomi yang ada. Langkah yang dapat dilakukan masyarakat, misalnya menciptakan produk lokal sebagai barang substitusi dari produk yang sedang langka atau memanfaatkan peluang investasi pada produk investasi yang berpeluang menghasilkan return lebih besar di kondisi seperti ini. 

Kita perlu menyadari bahwa ancaman ekonomi ini tidak hanya dialami oleh Indonesia, namun juga seluruh negara di dunia. Pemerintah harus terus bersinergi dan berkoordinasi menjaga inflasi suku bunga dan pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama mendorong ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, kestabilan harga, dan komunikasi yang efektif. Masyarakat pun harus ikut ambil bagian dengan tidak panik, waspada serta jeli menghadapi ancaman ekonomi. Mari bergandeng tangan melewati lorong ancaman ekonomi di 2023.

Semoga dengan masing-masing peran yang ada, Indonesia dapat berhasil melewati ancaman ekonomi ke depan dan mencapai kondisi ekonomi yang lebih baik. 

***

*) Oleh: Lydia Putri, Statistisi Badan Pusat Statistik.    

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES