Kopi TIMES

Krisis Identitas Mengancam Masa Depan Remaja

Rabu, 15 Februari 2023 - 10:55 | 299.65k
Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA)
Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA)

TIMESINDONESIA, MALANG – Akhir-akhir ini dunia pendidikan gonjang-ganjing. Ada banyak persoalan di tengah-tengah bangsa yang sudah berusia 77 tahun. Terutama yang berawal dari anak-anak muda Indonesia terlibat aktif dalam jaringan kekerasan. Sebagaimana laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) selama periode 2016-2022. KPAI mencatat ada sekitar 655 anak yang terlibat hukum akibat menjadi pelaku kekerasan. Di antaranya 506 anak melakukan kekerasan dalam bentuk fisik, 149 anak terjebak kekerasan psikis, databoks (29/07/2022).

Lingkaran kekerasan remaja Indonesia seperti gunung es, dan yang kelihatan di permukaan hanya bagian kecil. Ada persoalan mendasar yang jarang dimunculkan ke ruang publik. Tentu bukan bermaksud menyalahkan pihak mana pun. Tapi, fenomena ini perlu duduk bareng, rembuk bersama-sama dan mencari solusi bersama pula. Jika tidak, kita bisa membayangkan seberapa kacaunya bangsa di masa depan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kita tahu bahwa kenakalan remaja merupakan penyakit sosial dalam bentuk perilaku menyimpang. Dan uniknya, seperi dikatakan Kartono (2014) kenakalan remaja dimulai dari hal-hal kecil. Misal tidak masuk sekolah, mencuri barang milik teman, tidak menghormati orang tua dan guru, berperilaku agresif baik verbal dan non verbal di lingkungan bermain, pergaulan bebas, perilaku sek dini, dan minuman keras.

Sedangkan Elevandari (2021) dalam penelitiannya menyebut bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kenakalan remaja. Siapa pun berpotensi melakukan kenakalan. Baik verbal maupun non verbal. Kenalakan remaja sesuatu yang meresahkan masyarakat. Pandangan masyarakat cukup buruk terhadap jaringan kenakalan remaja. Bukan lantas karena citra buruk terhadap lingkungan dan keluarga, tetapi dampak yang ditimbulkan dari kenakalan cukup merugikan masyarakat sekitar.

Mula-mula, kenakalan remaja diakibatkan oleh satu dan dua hal. Di antaranya adalah krisis identitas. Proses pencarian jati diri “identitas” sering dikatakan krisis identitas. Erikson seorang psikolog mengatakan krisis identitas adalah tahap untuk membuat sebuah keputusan mengenai problem-problem urgen berkaitan dengan pertanyaan tentang identitas dirinya. Yang mana dalam realitanya, ada dua kemungkinan dalam krisis identitas remaja, bisa berjalan baik, dan sebaliknya berjalan tidak baik.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Shaffer (2007) juga menyebut bahwa krisis identitas adalah sebuah kegagalan dan kebingungan seseorang dalam membangun identitas diri. Itulah yang dalam bahasa Erikson (1963) ada beberapa faktor pendukung krisis identitas, termasuk masalah kesehatan, stres dan dukungan sosial. Krisis identitas suatu masa di mana seorang individu berada dalam lingkaran tahap perkembangan remaja. Di situlah remaja mulai mencari dan mempunyai sikap memburu identitas dirinya. Jika salah memahami dan memaknai diri, bukan perkara mudah remaja terjebak pada kenakan dan kekerasan.

Melihat fenomena pencarian jati diri, ada dua faktor penting yang menyumbang terhadap krisis identitas remaja. Pertama, faktor keluarga. Lingkungan keluarga menjadi ruang penting dalam membentuk kepribadian anak-anak. Pendidikan pertama harusnya dikuatkan sejak dalam keluarga. Oleh karenanya, ketika ada kasus kekerasan remaja seperti tawuran antar pelajar, kasus penamparan dan hukuman berdiri dengan satu kaki di salah satu pendidikan Jawa Timur, juga pembakaran santri oleh santri lainnya di Pasuraan, Jawa Timur pula. Medcom.id (07/01/2023). Dari sini, keluarga tidak bisa berdiam diri dalam mengawasi dan aktif mendidik anak sejak di rumah.

Kedua, faktor pendidikan. Berbicara anak muda atau remaja tentu berkaitan dengan pendidikan. Krisis identitas berangkat dari sini. Remaja kadang-kadang dalam proses pencarian jati diri terjebak pada ego untuk menunjukkan eksistensi dan mencari pengakuan. Selain itu, dalam proses pencarian inilah jurang kekerasan mulai mucul satu persatu. Pendidikan tidak hanya menjadi ruang belajar siswa. Perlu ada kerja-kerja kreatif dan inovatif menyulap pendidikan sebagai wadah berporses dan menempa diri, sampai pada tahap menemukan skill dan menggali keterampilan diri. Jika tidak, pendidikan menjelma pabrik anak-anak gagal dalam berbagai aspek.  

Dari sinilah, diperlukan tawaran dalam mencegah krisis identitas yang menjebak remaja dalam kubangan kekerasan dan kenakalan sejak dini. Tawaran itu adalah pendidikan karakter. Bagi remaja, pendidikan karakter mampu menyaring informasi-informasi yang tidak sesuai bagi mereka. Pendidikan karakter remaja dapat diintegrasikan dengan pendidikan formal, nonformal, dan informal. Untuk itu, ketika pendidikan karekter mendarah daging, remaja akan mengembangkan sikap etika, moral dan tanggung jawab dalam menjalankan aktivitas kehidupan sosialnya tanpa merugikan pihak lain, termasuk lingkungan dengan tindakan yang menyimpang dari nilai dan norma masyarakat.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Muhammad Nafis S.H,. M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES