Kopi TIMES

Bharada Richard Eliezer, Sang “Malaikait” Pendidikan Karakter

Selasa, 21 Februari 2023 - 08:25 | 100.94k
Daris Wibisono Setiawan, S.S, M.Pd, D.PEd, Guru SMKN 1 Grujugan-Bondowoso.
Daris Wibisono Setiawan, S.S, M.Pd, D.PEd, Guru SMKN 1 Grujugan-Bondowoso.

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Menarik sekali melihat episode panjang proses peradilan kasus pembunuhan berencana yang dilakukan oleh Ferdy Sambo and the gank kepada Brigadir Nopriansah Josua Hutabarat.

Mantan Kadiv Propam Polri tersebut mencatatkan diri sebagai Jenderal polisi pertama sepanjang sejarah Indonesia dalam kasus pembunuhan berencana. Dahsyatnya lagi, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri mengalami penurunan 13 persen, dari 72,1 persen (sebelum kasus) menjadi 59,1 persen.

Tidak hanya itu, kasus pembunuhan berencaa tersebut juga membuat 34 anggota kepolisian terseret hingga dicopot dari jabatannya.

Proses pengadilan yang menyedot perhatian publik dan tentunya diwarnai dengan kuatnya animo publik melalui aksinya di media sosial hingga aksi nyata mengawal proses peradilan menarik untuk dijadikan sumber belajar peserta didik.

Model pembelajaran yang tepat tentunya adalah Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya.

Permasalahan yang diajukan pada model PBL, bukanlah permasalahan “biasa” atau bukan sekedar “latihan”. Permasalahan dalam PBL menuntut penjelasan atas sebuah fenomena. Akan tetapi, goal yang diharapkan dari proses belajar tersebut adalah persoalan pentingnya peguatan pendidikan karakter.

Pemerintah telah hadir dalam upaya Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Selanjutnya, Kemdikbud sebagai tindak lanjut Perpres PPK mengeluarkan Permendikbud No. 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada satuan pendidikan formal.  

PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam yang meliputi 18 Nilai Pendidikan Karakter diantaranya; religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. 

Harus diakui, vonis yang didapatkan oleh sang justice collaborator yakni Bharada E tersebut adalah vonis yang mengejutkan sekaligus yang diharapkan oleh banyak pihak. Aksi simpatik followers Bharada E selama di dunia maya dan selama persidangan, ikut bahagianya pihak Brigadir J, tangis haru penasihat hukum, senyum merekah sang tunangan, sujud syukur orang tua, hingga tepuk tangan dan apresiasi Menko Polhukam bukanlah aksi biasa.

Akan tetapi itu adalah ekspresi nyata karakter baik masyarakat Indonesia untuk menyuarakan keadilan berbasis hati nurani di tengah sulitnya mencari teladan yang baik untuk terus menguatkan pendidikan karakter. 

Para peserta didik yang notabene adalah generasi emas bangsa Indonesia melalui model pembelajaran PBL dalam menggali sedalam-dalamnya nilai-nilai pendidikan karakter dari kasus fenomenal ini. Tentunya bisa diawali dari dari sosok sang “malaikat” pembuka tabir peristiwa yakni Bharada E.

Mencermati hasil telaah majelis hakim sebelum memberikan putusan setidaknya tergambar dengan detail bagaimana karakter baik Bharada E yang bisa menginspirasi para peserta didik. Nilai cinta tanah air dan semangat kebangsaan, ditunjukkan dengan sikapnya yang tegak lurus pada perintah atasan yang disebutnya sebagai perintah negara. 

Nilai religius dapat dilihat dari pledoi yang disampaikan oleh Bharda E dengan mengutip Alkitab Mazmur 34 ; 19 “sebab Tuhan dekat dengan orang yang patah hatinya, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya”, saya yakin kesetiaan saya ini bernilai di mata Tuhan.

Nilai jujur, peduli sosial, cinta damai, peduli lingkungan, dan disiplin dengan gamblang oleh psikolog Liza Marielly Djaprie bahwa Bharada E memiliki kejujuran dan kepatuhan (disiplin) yang tinggi.

Catatan pentingnya apada analisis nilai karakter jujur ini adalah fakta bahwa Bharada E dengan segala konsekuensinya (mempertaruhkan nyawanya dan keluarga) mengambil jalan menjadi justice collaborator. Bisa dipastikan, tanpa adanya peran Bharada E tersebut maka kasus pembunuhan berencana ini akan menguap begitu saja. Selain itu, Bharada E digambarkan sebagai seseorang yang cenderung menghindari konflik (cinta damai) serta kepatuhan tinggi pada lingkungannya. 

Nilai mandiri dan kerja keras ditunjukkan Bharada E dalam menjalani takdir hidup di keluarga sangat sederhana, harus menjalani empat kali tes Bintara dan terakhir Tamtama, dimana sepanjang perjalanan tes dari tahun 2016 hingga 2019 dengan tetap bekerja sebagai sopir di sebuah hotel di Manado untuk meringankan beban keluarga.

Terakhir, tentunya apresiasi sekaligus belajar pendidikan karakter pada Ketua Majelis Hakim Wahyu Iman Santoso, dan dua orang Anggota Majelis yakni Morgan Simanjutak, dan Alimin Ribut Sujono yang telah menjalankan tugas dengan hati.

***

*) Oleh: Daris Wibisono Setiawan, S.S, M.Pd, D.PEd, Guru SMKN 1 Grujugan-Bondowoso. 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

 

___
**)
 Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES