Kopi TIMES

Meruwat Spirit Keberagaman

Jumat, 17 Maret 2023 - 21:01 | 64.22k
Muhammad Fauzinuddin Faiz (Dosen UIN Kiai Haji Achmad Shiddiq Jember & Ketua Lembaga Ketua Lembaga Informasi, Komunikasi dan Publikasi Nahdlatul Ulama)
Muhammad Fauzinuddin Faiz (Dosen UIN Kiai Haji Achmad Shiddiq Jember & Ketua Lembaga Ketua Lembaga Informasi, Komunikasi dan Publikasi Nahdlatul Ulama)

TIMESINDONESIA, JEMBER – Dalam tiga tahun terakhir, Indonesia menghadapi beberapa permasalahan keberagaman yang signifikan. Mulai dari konflik di Papua yang terus berlangsung, meskipun intensitasnya berfluktuasi, Penolakan pembangunan Gereja di sejumlah wilayah seperti Yogyakarta, Cilegon, dan Malang, hingga diskriminasi terhadap kelompok minoritas. Intoleransi hampir mewarnai dinamika bangsa. Radikalisme terus menjadi tantangan yang menguji keutuhan dan persatuan bangsa, bahkan merembet mengarah kepada penggerusan nilai-nilai kebangsaan. 

Di samping itu penyebaran informasi bohong “hoaks” di beberapa media terus bergerak menjadi provokasi yang memancing kebhinekaan dan keberagaman. Antar agama saling curiga satu sama lainnya sehingga menimbulkan berbagai gejolak hingga konflik yang tidak dapat dihindari. Hugh Goddard (2020) dalam bukunya “A History of Christian-Muslim Relations” menawarkan satu persepsi bahwa ketika antar agama saling mencurigai maka yang harus dikedepankan adalah sikap kejujuran dan kedewasaan dalam bersosial.

Bineka tunggal ika sebagai semboyan negara kita harus dijunjung tinggi seiring dengan semangat juang nilai persatuan dan kesatuan membangun bangsa dan negara Indonesia menjadi lebih baik dan maju. Bersamaan dengan itu pula, nilai kemanusiaan yang adil dan beradab harus ditingkatkan dalam kehidupan masyarakat. Di samping menguatkan  nilai ketuhanan yang maha esa disertai dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui kerakyatan yang dipimpin secara apik dan kompeten dalam membangun kemajuan bangsa.

Peran Strategis

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan berbagai perbedaan agama, kultur, bahasa, maupun ras yang di satukan dalam bingkai persatuan dan kebhinekaan. Perbedaan itu mengisyaratkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragam, dari Sabang sampai Merauke mempunyai berbagai perbedaan yang luas. Tindakan apa pun yang meresahkan masyarakat, apalagi atas nama agama, memberikan dampak negatif terhadap keberagaman. 

Dinamika kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara menjadi pointer penting sebagai bangsa yang beragam, bagaimana menghormati keberagaman dan menghargai perbedaan satu sama lainnya. Berbeda-beda tetapi tetap satu. Bermacam-macam suku tetapi satu jua. Berbeda-beda agama tetapi saling m3nghargai antar pemeluk agama dengan pemeluk agama yang lainnya.

Pemerintah mempunyai peran sangat signifikan dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai dinamika keberagaman di tengah masyarakat yang majemuk. Konsistensi dan koherensi pemerintah sudah maksimal dalam rangka melakukan berbagai pencegahan dan penangkalan terhadap berbagai kasus radikalisme, intoleransi maupun kasus-kasus yang berhubungan dengan keberagaman di Indonesia.

Langkah-langkah strategis telah diupayakan semaksimal mungkin untuk menjaga, merawat atau pun meneguhkan keberagaman dan kebhinekaan. Sosialisasi dari akar rumput hingga elit tentang pentungnya menjaga perbedaan. Melibatkan semua elemen masyarakat serta kerjasama dengan instansi-instansi lainnya untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan, kebhinekaan dan persatuan. Kita adalah satu, satu nusa, satu bangsa, satu dalam negara kesatuan republik Indonesia.

Keterlibatan pemerintah, dari tingkat pusat hingga daerah dalam menjaga keharmonisan adalah hal paling signifikan. Bagaimana koordinasi dan komunikasi dibangun dengan semua stakeholder didaerah, maka peran itu akan mempunyai implikasi signifikan terhadap keberagaman. 

Sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 dan 8 Tahun 2006, yang menegaskan bahwa gubernur mempunyai tugas memelihara ketertiban dan ketenteraman serta memfasilitasi kerukunan umat beragama; mengkoordinasikan kegiatan instansi vertikal terkait keagamaan untuk menjaga kerukunan umat beragama di daerah; menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama; dan memfasilitasi dan mengkoordinasikan pemerintah daerah di bawahnya untuk menjaga harmoni dan menciptakan iklim saling menghargai dan menghormati antar umat beragama.

Membudayakan pemahaman tentang keberagaman di lembaga-lembaga pendidikan, sejak dini hingga perguruan tinggi untuk menumbuhkan semangat toleransi dan keberagaman bagi seluruh masyarakat.  Di samping itu, pendidikan keluarga juga menjadi penopang tercapainya harapan dan tujuan pemerintah dalam hak keberagaman dengan menciptakan keluarga yang harmonis, mengajarkan perbedaan satu sama lain untuk dipahami sebagai sebuah keniscayaan. Orang tua harus menyemangati dalam kehidupan keluarga dengan membentuk sebuah nilai-nilai toleransi yang konsisten, komprehensif, dan berkesinambungan. 

Hal itu sebagai pilar dari pilar pendidikan agama Islam untuk membentuk umat yang peka terhadap kondisi sosial kemasyarakatan serta tidak menjadikan dirinya sebagai puritanisme atau fundamentalisme. Melalui pilar-pilar pendidikan agama yang kuat yang ditransformasikan melalui sentuhan hati nurani dan dimensi hati yang ikhlas, yang penuh kedamaian akan membentuk karakter masyarakat yang toleran dan inklusif. Membangun kondisi keberagaman yang lebih harmonis dan dinamis, sehingga tercipta keanekaragaman dan keberagaman yang  korelatif dan integratif.

Di samping itu dalam kehidupan sosial kemasyarakatan juga mempunyai pengaruh signifikan untuk merawat, menjaga dan meneguhkan nilai-nilai keberagaman di Indonesia. Sebagai masyarakat yang mempunyai perbedaan latar belakang dan perbedaan lainnya, bagaimana berperan aktif membantu pemerintah menjunjung tinggi perdamaian dan persatuan secara sosial. Partisipasi masyarakat dalam membangun keberagaman bisa dilakukan melalui silaturahmi antar masyarakat melalui berbagai kegiatan aktivitas kemasyarakatan yang bermanfaat dan berdaya guna untuk pembangunan berkelanjutan, kehidupan sosial yang rukun, aman, damai dan tenteram serta membangun komunikasi intensif untuk menciptakan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik.

Menyatukan Keberagaman

Berbeda dalam persatuan dan kesatuan itu sungguh indah, damai, dan tenteram jika dikelola secara baik dan peran serta semua elemen masyarakat. Saling berbagi dan melengkapi satu sama lain adalah bagian dari ibadah sosial yang merupakan bentuk kebaikan yang dapat diterima oleh masyarakat. 
Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa hal itu tidak mudah, yang namanya perbedaan itu tidak sama, tetapi dari ketidaksamaan itu akan mencipta sebuah warna yang indah yang membentuk identitas keberagaman menjadi kebhinekaan. Berbeda-beda tetapi tetap satu dalam negara kesatuan republik Indonesia. Sungguh indah jika hal itu dikelola dan dirawat secara baik akan mencipta sebuah kualitas hidup masyarakat yang sejahtera.

Inklusifitas bermasyarakat juga menjadi bagian dari penguatan nilai keberagaman dalam bermasyarakat. Menancapkan nilai interaksi yang lebih luas dengan elemen masyarakat dapat menjadi penangkal intoleransi. Sebagai masyarakat tentunya harus memahami pentingnya persatuan dan kesatuan dan memahami perbedaan. Intoleransi itu diciptakan dengan orientasi sesaat yang dapat merusak kebhinekaan. 

Mari bergandengan tangan merajut kebahagiaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk meraih kemajuan dan masa depan bangsa yang lebih baik, sejahtera dan penuh dengan ketenteraman. Jika semua elemen masyarakat sadar dan partisipasi aktif dalam menjaga keharmonisan, niscaya rahmatan lil alamin akan menjadi naungan kebahagiaan bagi semesta.

Perlu kesadaran bersama seluruh komponen negara untuk bersinergi membentuk kerangka aksi melalui program pembangunan keberagaman yang hakiki dan terintegrasi untuk menguatkan jati diri bangsa sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai perbedaan, seperti yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945 melalui pengamalan nilai ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan, dan keadilan  bagi seluruh rakyat Indonesia.

Nilai yang termaktub dalam ideologi Pancasila merupakan penyatuan dari setiap perbedaan yang ada. Pada sila pertama, menyiratkan bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari beberapa penganut agama yang sudah sepantasnya sebagai warga negara menghargai agama yang satu dengan agama yang lainnya, tentunya juga tidak bisa memaksa orang lain untuk ikut agamanya. Menghargai dan menghormatinya adalah dengan cara memahami dan menyadari bahwa kita adalah sesama manusia yang mempunyai nilai peradaban yang diatur dalam klausul pengaturan nilai ketuhanan. Agar tercipta persatuan dan kesatuan bangsa sebagai tugas dan tanggung jawab sebagai warga negara dan menjalankan kewajiban dan haknya untuk membangun bangsa dan negaranya, bela negara serta mempunyai keyakinan terhadap negara. Kemudian, dari pada itu, perbedaan dapat di satukan dengan jalan musyawarah mufakat agar dapat dijalani, dipatuhi, dan lakukan berdasarkan ketentuan yang telah diputuskan sebagai bentuk dari asa mendapatkan keadilan dan kesejahteraan.

Keragaman itu dapat menjadi menjadi anarkis, keragaman dapat pula menjadi totaliter, keragaman juga bisa menjadi kerahmatan. Oleh karenanya kita perlu secara Bersama-sama meruwat keragaman hingga menjadi buah yang disebut dengan rahmat demi terciptanya masyarakat yang lebih harmonis, toleran, dan sejahtera.
 

*) Oleh: Muhammad Fauzinuddin Faiz, (Dosen UIN Kiai Haji Achmad Shiddiq Jember & Ketua Lembaga Ketua Lembaga Informasi, Komunikasi dan Publikasi Nahdlatul Ulama)

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES