
TIMESINDONESIA, MALANG – Lailatul Qadar berasal dari kata lailah yang berarti malam dan kata qadar yang berarti derajat mulia. Sehingga bila digabung denga cara dimudhofkan (kata pertama disandarkan pada kata berikutnya) menjadi Lailatul Qadar , maka berarti malam yang dipenihi derajat mulia, diantara derajat kemuliaan malam ini melebihi dari kebaikan seribu bulan pada selain Lailatul Qadar, dengan kata laini satu malan ini lebih baik daripada 83,33 tahun.
Manusia tidaklah dapat mengetahui dengan pasti kapan datangnya Lailatul Qadar, dan juga tidak banyak manusia yang mengetahui tentang apa yang menjadi penyebab diturunkannya malam yang sangat istimewa ini pada umat Nabi Muhammad SAW, dan diantara keistimewaan malam ini Allah tidak menciptakan janin manusi dari seperma orang kafir.
Advertisement
Kisah dibalik turunnya anugerah Lailatul Qadar
Dikutip dari Kitab Durratun Nasihin buah karya dari Syekh Utsman Al-Khoubawy, turunnya Lailatul Qadar berawal dari Kisah yang sampaikan Nabi Muhammad SAW tentang seorang Nabi dari kalangan bani Israil yang bernama Nabi Syam’un al-Ghazi as yang mepunyai keistimewaan dan kekuatan yang sangat luar biasa.
Pada suatu saat Nabi Muhammad SAW, Berkumpul bersama para sahabat, beliau terlihat tersenyum sendiri, kemudian beliau ditanya oleh para sahabatnya, “Apakah yang membuat baginda tersenyum ya Rasulullah ?", Maka Nabi SAW menjawab: “telah diperlihatkan kepadaku pada hari akhir, yakni ketika seluruh manusia dikumpulkan oleh Alloh SWT dipadang mah’syar, disitu seorang Nabi yang membawa pedang akan tetapi tidak ada seorangpun yang mengikutinya untuk masuk ke surga, nama beliau adalah nabi Sam'un
Syam’un al-Ghozi as yang merupakan pahlawan yang menjadi tokoh dibalik diturunkannya Lailatul Qadar ini mempunyai rambut sangat panjang dan juga memiliki mukjizat berupa dapat melunakkan besi, dan dengan kekuatannya dapat merobohkan istana. Syam’un mempunyai senjata seperti pedang dari tulang rahang unta, dengan senjat ini Syam’un dapat menewaskan ribuan orang kafir. Siapapun orang yang berhadapan dengannya, pastilah akan tewas dengan senjatanya tersebu. Dan bila Syam’un merasakan lapar dan dahaga, atas kuasa Allah memberikan makanan dan minuman yang keluar dari senjatanya tersebut.
Syam’un al-Ghozi as adalah seorang tokoh pembela agama tauhid, beliau bertempur melawan orang-orang kafir selama seribu bulan, dalam pertempurannya beliau hanya membawa senjata andalannya tersebut, tidak membawa yang lainnya. Namun tewaslah banyak kaum kafir dalam jumlah yang tidak terhitung setiap berhadapan dengan Syam’un al Ghozi as.
Dengan keperkasaan dan ketangguhannya, Nabi Sam’un al Ghozi as melawan dan menentang pemimpin orang-orang kafir dari kalanga bani Israil. Mereka tidak mampu dan tidak berkutik didalam menghadapi kekuatan Nabi Syam’un alGhozi as, namun mereka tidak menyerah dan putus asa melawan kehebatan Nabi Sam’un al Ghozi as dengan cara mencari kelemahannya.
Segala daya dan upaya mereka usahakan, pada akhirnya, berdasar pendapat para tokoh orang-orang kafir mereka mereka mendapatkan gagasan untuk mengadakan sayembara, yakni barang siapa yang dapat menangkap Nabi Sam’un al Ghozi as, akan diberi hadiah berupa emas dan permata dalam jumlah yang banyak.
Selain mereka mengadakan sayembara atas penangkapan Nabi Sam’un al Ghozi as, mereka merayu dan meminta bantuan istrinya dengan iming-iming harta dan permata untuk membunuh Nabi Sam’un al Ghozi as yang tidak lain adalah suaminya.
Mereka berkata pada istri Nabi Sam’un al Ghozi as : "Kami akan memberimu seutas tali, maka ikatlah tangan dan kaki suamimu ketika dia sedang tidur, maka setelah itu suamimu akan kami bunuh."
Dengan perencanaan yang licik istri Syam'un dapat berhasil mengikat suaminya ketika sedang tidur dengan seutas tali yang kuat, dan ketika beliau bangun dan dalam keadaan terkejut beliau berkata pada istrinya: "Wahai istriku, siapakah gerangan yang mengikat badanku ini dengan tali ini?", lalu istrinya menjawab: "Akulah yang mengikat, lalu Syam'un betanya kembali: kenapa engkau mengikatku?, istrinya menjawab: aku mengikatmu hanya ingin mengetahui seberapa besar kekuatannu.
Namun tanpa disangka oleh istrinya ternyata dengan mudahnya Syam’un dapat meretas tali yang diikatkan padanya dengan hanya satu ucapan doa yang dipanjatkan kepada Allah penguasa alam dan maha perkasa,hingga gagallah rencana pembunuhan terhadap Syam’un pada malam itu.
Kemudian pada hari berikutnya istri Syam'un mencoba kembali untuk mengikat Syam'un dengan rantai yang disipkan oleh orang-orang kafir, ketika bangun, Syam'un melayangkan pertanyan yang sama dengan pertanyaan pada malam sebelumnya: "Wahai istriku, siapakah gerangan yang mengikat badanku ini dengan rantai ini?", lalu istrinya menjawab: "Akulah yang mengikat, lalu Syam'un betanya kembali: kenapa engkau mengikatku?, istrinya menjawab: aku mengikatmu hanya ingin mengetahui kembali, seberapa besar kekuatanmu.
Setelah meretas Rantai tersebut, Sam’un berkata pada istrinya ,“Wahai istriku, ketahuilah bahwa tidak ada seorangpun yg dapat mengalahkan dan melumpuhkanku dengan tali apapun kecuali rambutku ini yang dijadikan tali pengikatku.
Dengan berbekal pengetahuan tentang kelemahan suaminya itu, tangan dan kaki Syam'un oleh istrinya diikat rambut milik Syam'un masing-masing empat helai ketika sedang tidur, dan ketika bangun tidur, Syam'un berusaha dengan segala daya dan upaya sekuat tenaga untuk meretas ikatan rambut miliknya sendiri, akan tetapi dia mampu melakukannya.
Setelah mengetahui hal tersebut istri Syam’un dengan cepat segera melapor kepada pimpinan orang-orang kafir bahwa suaminya sudah tidah berdaya, atas laporan tersebut, dibawalah Syam’un ke istana kehadapan raja orang-orang Kafir. Kemudian Syam’un diikat pada tiang istana dan dipertontonkan kepada orang-orang yang sebelumnya suadah berkumpul dihalaman istana.
Kedua telinga, bibir, kedua tangan dan kakinya dipotong oleh mereka orang-orang kafir, kemudian kedua matanya dibutakan, pada saat itu Istrinya juga menyaksikan demi penyiksaan yang alami oleh suaminya.
Namun ditengah terjadinya penysiksaan itu terjadi, Allah SWT melalui malaikat jibril berbicara pada Nabi Syam’un al-Ghozi as, “Wahai Syam’un apakah ada hal yang engkau harapkan, Aku akan menhukum mereka.”
Mendengar pernyataan malaikat Jibril tersebut Nabi Syam’un menjawab, “Ya Allah, berikanlah kekuatan kepadaku hingga aku dapat merobohkan tiang ini, Bismillah. La haula wa la quwwata illa billah, akan kuhancurkan mereka dengan kekuatan dariMu ya Allah, dan Akhirnya semua orang kafir yang berada di istana dan sekitarnya tewas semua, tanpa kecuali istrinya.
Setelah dikisahkan Nabi Sam'un Ghozi as yang berjuang fisabilillah selama seribu bulan, akhirnyasalah satu sahabat nabi berkata kepda Rosulullah SAW: “Ya Rasulullah, kami juga ingin dapat beribadah seperti Nabi Sam'un Ghozi as”, Rasulullah SAW, diam sesaat. Tidak lama kemudian Malaikat Jibril datang dan membawa wahyu kepada Beliau SAW, bahwasannya di bulan Ramadan ada sebuah malam, yang lebih baik daripada seribu bulan, malam itu disebut lailatul Qadar.
Itulah kisah dibalik diturunkan anugerah lailatul Qadar pada umat Nabi Muhammad SAW yang tidak diberikan pada umat terdahulu selain umat Nabi Muhammad SAW, marilah kita belomba lomba beribadah dengan setulus hati, semoga kita semua mendapatkan keutamaan lailatul Qadar, suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, Wallohu A'lam Bisshowab. (*)
*) Penulis: Ulul Bashoir Al Murtadlo,S.Pd (Ketua Bidang Bahtsul Masail dan Pengembangan kitab kuning LBM PCNU Kabupaten Malang, Pengasuh Pondok Pesantren Al Fuqoha' Gampingan Pagak Malang, Alumnus Pondok Pesantren Lirboyo Kediri)
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |