Nuzulul Quran sebagai Dasar Pentingnya Menuntut Ilmu

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Nuzulul Quran merupakan salah satu peristiwa yang terjadi di bulan Ramadan yang mulia. Hal ini pula yang menjadikan salah satu keutamaan bulan Ramadan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya dalam satu tahun.
Nuzulul Quran adalah peristiwa diturunkannya kitab suci Alquran. Penggunaan kata nuzul dalam istilah nuzulul Quran (turunnya Alquran) tidaklah dapat kita fahami maknanya secara harfiah. Yaitu, menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Sebab, Alquran tidaklah berbentuk fisik atau materi.
Advertisement
Tetapi pengertian nuzulul Quran yang dimaksud adalah pengertian majazi. Yaitu, penyampaian informasi (wahyu) kepada Nabi Muhammad SAW dari alam gaib ke dunia nyata melalui perantara malaikat Jibril A.S. Didalam Alquran setidaknya ada dua ayat yang menjadi landasan kapan diturunkannya Alquran.
Surah ad-Dukhan ayat 3 menyebutkan:
“sesunngguhnya kami turunkan Alquran pada malam yang diberkahi”
Sedangkan ayat lainnya didalam Surah al-Baqoroh ayat 185 menyebutkan sebagai penjelas:
“bulan Ramadan adalah bulan turunnya Alquran”
Berdasarkan dua ayat tersebut, maka dapat dipahami bahwa kitab suci Alquran itu diturunkan didalam bulan Ramadan.
Kemudian, berkenaan dengan proses turunnya Alquran. Maka Alquran itu turun melalui tiga fase. Fase pertama yaitu kitab suci ini diturunkan dan disimpan di Lauhul Mahfudz secara keseluruhan. Dalil fase pertama ini adalah firman Allah SWT berikut :
Artinya : “bahkan yang didustakan mereka itu ialah Alquran yang mulia yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfudzh”. (QS. Al: Buruj : 21-22)
Para mufassir sepakat bahwa ayat ini menjelaskan turunnya dan disimpannya Alquran di Lauhul Mahfudzh.
Fase kedua ini merupakan lanjutan dari fase sebelumnya. Kitab suci ini diturunkan secara utuh dari Lauhul Mahfudz ke Baitul ‘Izzah pada bulan Ramadan, bertepatan dengan malam Lailatul Qadar. Dalil yang menjadi landasan untuk fase ini adalah firman Allah SWT berikut :
Artinya “ (beberapa hari yang ditentukan ialah) bulan Ramadan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan batil).” (QS. Al-Baqoroh 185)
Fase ketiga, ini merupakan fase terakhir dari proses turunnya Alquran. Pada fase ini Alquran diturunkan melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat-ayat yang turun berangsur sesuai dengan konteks peristiwa saat itu. Dalil yang menjadi dasar fase ketiga ini adalah firman Allah SWT berikut :
Artinya “ dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (jibril), kedalam hatimu (Muhammad)agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan dengan Bahasa Arab yang jelas (QS. Asy-Syu’ara 193-195)
Dari fase ketiga fase diatas, peringatan Nuzulul Quran yang populer diperingati di Indonesia adalah peristiwa awal mula turunnya Alquran pada fase ke tiga. Dimana Alquran secara disampaikan oleh malaikat Jibril AS kepada Nabi Muhammad SAW berangsur-angsur selama 23 tahun.
Fase ini yang membedakan proses turunnya Alquran dengan kitab-kitab suci sebelumnya. Jika kitab suci sebelumnya diturunkan sekaligus, kepada para utusanNya (nabi), maka Alquran diturunkan secara bertahap. Inilah penekanan dari makna peringatan Nuzulul Quran di Indonesia. Umat Islam di Indonesia memperingatinya pada tanggal 17 Ramadan.
Kemudian, melihat lebih lanjut kepada ayat yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW, para ulama berbeda pendapat. Namun menurut riwayat yang masyhur ayat yang pertama kali diterima nabi Muhammad SAW adalah QS. Al-‘Alaq ayat 1 sampai 5. Allah Berfirman :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhannya yang menciptakan, Dia telahbmenciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajar manusia dengan perantara kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS Al-‘alaq ayat 1-5)
Kandungan makna dari ayat permulaan surah Al-‘Alaq ini adalah pentingnya ilmu pengetahuan.
Di dalam kalimat iqro (bacalah) terkandung makna yang tinggi karena tidak hanya dipahami sebagai sekedar perintah membaca saja. Tetapi lebih dari itu, iqro mempunyai makna membaca atas nama kemuliaan Allah, membaca pengetahuan, membaca teknologi, membaca budaya, membaca politik, membaca sains, dan segala yang belum terbaca.
Prof. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Membumikan Alquran memaparkan perintah untuk membaca dan menuntut ilmu dalam pandangan Islam yang tercermin dengan jelas dan dimulai dengan kata iqro. Tetapi, perintah membaca itu tidak bersifat mutlak, melainkan muqayyad (terkait) dengan suatu syarat, yakni harus Bi Ismi Rabbika (dengan nama Tuhanmu). Pengaitan ini merupakan syarat sehingga menuntut dari si pembaca bukan hanya sekedar melakukan bacaan dengan ikhlas, tetapi juga memilih bacaan-bacaan yang tidak mengantarnya kepada hal-hal yang bertentangan dengan nama Allah itu.
Oleh karena itu, wahyu yang pertama diturunkan Allah adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia dan pentingnya ilmu pengetahuan. Manusia diciptakan dan diberi akal pikiran oleh Allah untuk digunakan sesuai fungsinya, yaitu memiliki ilmu pengetahuan yang bisa membawanya kepada tujuan ibadah meng-esa-kan Allah SWT, bukan malah sebaliknya.
Demikian ibrah yang dapat kita ambil dari sepenggal peristiwa Nuzulul Quran, agar kita senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dan mensyukuri nikmat Allah SWT melalui anugerah akal yang jernih dan hati yang bersih. (14, bersambung)
***
*) Penulis adalah Aminah, Lc., M.Ag, Dosen Prodi Studi Islam Interdisipliner Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta dan Pengasuh Ponpes Al-Munawwir, Komplek Nurussalam Yogyakarta.
*) Artikel rubrikasi Kajian Ramadan Bersama UNU Yogyakarta (KAMANDANU) ini merupakan hasil kerjasama TIMES Indonesia dengan UNU Yogyakarta.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Amar Riyadi |
Publisher | : Rochmat Shobirin |