Kopi TIMES

Peran Generasi Milenial Menghadapi Tahun Politik 2024 dalam Perspektif Islam

Sabtu, 27 Mei 2023 - 20:39 | 163.23k
Muhammad Najihul Huda, M.Pd; Dosen Universitas Darul 'Ulum Jombang.
Muhammad Najihul Huda, M.Pd; Dosen Universitas Darul 'Ulum Jombang.

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2030. Kondisi ini telah menunjukkan bahwa jumlah manusia usia produktif sudah sangat banyak. Generasi mienial sudah tersebar dan memenuhi simpul-simpul kehidupan. Menjadi tantangan bersama dalam memanfaatkan fenomena ini.

Menelisik sedikit tentang perilaku milenial hari ini tidak terlepas dari pembahasan mereka erat sekali dengan kemajuan tekhnologi informasi. Hampir setiap anak muda yang ditemui telah memiliki perangkat gadget masing-masing. Penggunaannya beragam, untuk sekedar berkomunikasi, mencari tambahan informasi, bahkan juga digunakan untuk membuat konten yang disebar ke dunia maya. Namun aktivitas penggunaan gadget generasi milenial kebanyakan digunakan untuk mengakses media sosial.

Pemerintah Indonesia akan menjadwalkan kontestasi pemilihan presiden dan pemilu pada tahun 2024. Artinya tahun ini sudah mulai memasuki yang namanya tahun politik. Salah satu indikator yang bisa dilihat adalah mulai tersebarnya poster wajah para calon presiden dan calon legislatif berada dipinggir jalan. Hal tersebut merupakan sebuah kewajaran sebagai langkah awal dalam proses kampanye, agar bisa lebih dikenal oleh masyarakat.

Ditengah zaman yang serba online dengan platform media sosial. Para calon politisi itu juga mengambil langkah awal berkampanye dengan memanfaatkan media sosial. Karena dirasa efektif untuk menaikkan elektabilitasnya. Maka tak heran jika aplikasi seperti twiter, facebook, tiktok mulai dibanjiri oleh foto calon politisi dan segenap narasinya yg diunggah oleh yang bersangkutan atau tim pendukungnya.

Jika melihat dari pemilu tahun 2019 yang dirasa bernuansa panas karena adanya kampanye hitam ataupun penggiringan opini untuk menjatuhkan calon yang sedang berkontestasi. Kondisi tersebut perlu diantisipasi agar tercipta suasana pemilu yang lebih kondusif. Terutama bagi generasi milenial yang mana menjadi target utama para kontestan untuk mendulang suara. Dalam islam sudah diberikan tips-tips dalam menghadapi nuansa pemilihan agar tidak terjadi sesuatu yang berindikasi pada hal yang negatif.

Adapun peran yang bisa dilakukan oleh generasi milenial yang sesuai dengan ajaran islam diantaranya :

Membaca informasi yang valid

Sebagai umat muslim yang menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup, untuk saat ini bisa memulai dengan mengambil perintah yang sederhana. Ayat Al-Quran yang pertama kali turun adalah perintah "Membaca". Kebiasaan membaca perlu ditingkatkan sebagai upaya memperluas wawasan dan informasi. Ketika seseorang banyak membaca, besar kemungkinan dia tidak akan mudah terpengaruh dengan informasi yang belum jelas sumbernya karena pastinya dia akan menelusuri.

Islam telah memerintahkan umatnya untuk memvalidasi informasi yang diterima agar terhindar dari kesesatan dan penyesalan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 6 :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Kemudahan informasi melalui media sosial patut digunakan oleh kaum milenial untuk membaca sebanyak-banyaknya. Namun juga tidak menelan secara mentah informasi yang diterima jika dirasa ada kejanggalan. Perlunya untuk menelusuri valid tidaknya informasi. Hal ini sesuai dengan makna yang dimaksud dari ayat Al-Quran diatas.

Menghindari informasi yang provokatif

Kita sepakati bahwa era digital juga berefek pada banjirnya informasi melalui media sosial. Perlunya kehati-hatian dalam membaca dan memfilter mana informasi yang bernilai positif (mengandung pengetahuan) dan yang provokatif (berisi ajakan kebencian). Jika melihat dari aktivitas media sosiap hari ini para pendulung capres ataupun partai politik mulai terlihat menuliskan sisi buruk dari calon lain. Bagi generasi milenial hal ini selayaknya ditinggalkan agar tidak timbul rasa kebencian, jika memang ingin mendukung salah satu calon tidak perlu menyerang dengan memberikan informasi yang bernilai provokatif.

Islam telah memberikan tahapan-tahapan dalam mengelola informasi. Seperti yang ada dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 83 :

وَإِذا جاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطانَ إِلاَّ قَلِيلاً

“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya (memviralkannya). Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).”

Jika memang mendapatkan informasi yang dirasa tidak sesuai. Peran milenial untuk turut serta mencarikan kebenaran dengan menanyakan kepada ahlinya. Jika berhubungan dengan hukum agama tanyakan pada ulama. Dan apabila berkaitan dengan hukum negara ditanyakan pada pihak kepolisian ataupun lembaga pemerintahan.

Tidak menjelekkan satu sama lain

Langkah ini merupakan ajaran yang sudah diajarkan sejak zaman Rasulullah SAW. Islam sebagai agama yang diturunkan dengan misi membawa rahmat, menjadi landasan untuk selalu menyebarkan nilai-nilai kebaikan bagi umatnya. Perilaku menjatuhkan orang lain dengan mencacinya telah dilarang oleh Allah SWT, sebagaimana firmannya dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 11 :

  يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ 

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka." 

Langkah kampanye yang dilakukan oleh pendukung capres maupun caleg saat ini banyak ditemukan dalam unggahan media sosial. Salah satunya adalah dengan menggunakan narasi yang membeberkan kegagalan bahkan keburukan antar calon. Jikalah memang ingin mendukung salah satu calon, generasi milenial harusnya mencari apa gagasan dan prestasi yang dirasa sesuai dengan harapannya. Tanpa harus menyerang calon yang tidak ingin didukungnya dengan mencari keburukannya.

Jika melihat dari ayat diatas, kita harus berhati-hati dalam memandang orang lain. Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki kebaikan dan keburukan masing-masing. Namun untuk hal keburukan kita, Allah SWT masih memberikan rahmatnya dengan menutupi keburukan kita dengan tabirnya. Saat Allah SWT membuka tabir tersebut, pastinya akan timbul rasa malu dan penyesalan.

Salah satu Quotes dari Imam Ghazali yang bisa kita amalkan ialah "jangan merasa lebih baik dari orang lain". Ini adalah langkah preventif bagi generasi milenial dalam rangka turut menjaga rasa kesatuan dan persatuan bangsa. Jadikanlah momentum pemilu ini untuk melahirkan pemimpin bangsa yang amanah dan membawa Indonesia mencapai cita-cita yang diharapkan para pendiri bangsa. Jangan dijadikan sebagai ajang perpecahan hanya karena berbeda pilihan. Agama islam sangat menganjurkan untuk saling menjaga persatuan.
Sekian.

***

*) Oleh : Muhammad Najihul Huda, M.Pd; Dosen Universitas Darul 'Ulum Jombang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

 

______
**)
Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES