Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Pejuang Kemerdekaan yang Terlupakan: Kisah dalam Bayangan Penderitaan

Sabtu, 12 Agustus 2023 - 13:20 | 68.52k
Adi Sudrajat, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).
Adi Sudrajat, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Dalam catatan sejarah, kisah perjuangan kemerdekaan Indonesia berdiri sebagai mercusuar ketahanan dan tekad. Namun, seiring berjalannya waktu, pengorbanan dan kontribusi para pejuang kemerdekaan Indonesia yang gagah berani telah dibayangi oleh arus modernitas yang terus berubah. Para pahlawan tanpa tanda jasa ini, yang pernah berjuang tanpa lelah demi kedaulatan bangsa, kini mendekam dalam bayang-bayang penelantaran dan penderitaan.

Jalan kemerdekaan Indonesia diaspal dengan darah, keringat, dan air mata dari banyak orang yang berani memimpikan sebuah bangsa yang bebas dari penindasan kolonial. Jiwa-jiwa pemberani seperti Soekarno, Hatta, dan banyak lagi lainnya mengangkat senjata dan memimpin gerakan yang menggembleng massa. Para pejuang kemerdekaan ini, yang pernah dirayakan karena komitmen mereka yang tak tergoyahkan, sekarang menghadapi kenyataan pahit: pengorbanan mereka dengan mudah dilupakan, cerita mereka memudar hingga terlupakan.

Advertisement

Seperti yang dikatakan Gustaman (2017) Saat dunia bergerak maju, didorong oleh kemajuan teknologi dan globalisasi, ingatan para pejuang kemerdekaan ini semakin berkurang. Generasi yang mengalami langsung pengorbanannya semakin menipis, dan generasi muda seringkali terputus dari sejarah bangsanya. Sekolah-sekolah menekankan mata pelajaran lain daripada sejarah, dan media massa cenderung mengutamakan sensasionalisme daripada narasi yang kaya dari mereka yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Konsekuensi dari kelupaan ini sangat parah dan menyakitkan. Banyak dari veteran ini sekarang hidup dalam kondisi yang memungkiri pengorbanan yang mereka lakukan. Perjuangan keuangan, kurangnya perawatan kesehatan, dan isolasi telah menjadi kenyataan yang tidak menguntungkan bagi sebagian besar pejuang Indonesia yang pernah dihormati. Sistem pendukung pemerintah yang tidak memadai dan birokrasi birokrasi semakin memperparah penderitaan mereka.

Tidak adanya pengakuan telah menyebabkan rasa kekecewaan di antara para pejuang kemerdekaan yang masih hidup. Layaknya false hope akan Indonesia yang makmur dan adil pasca kemerdekaan kini tampak hampa saat menyaksikan kemajuan bangsa sementara mereka masih terpinggirkan. Korban psikologis dari pengabaian ini tidak terukur, karena mereka bergulat dengan perasaan ditinggalkan dan dikhianati oleh bangsa yang mereka perjuangkan untuk dibebaskan.

Kisah para pejuang kemerdekaan yang terlupakan beragam seperti nusantara itu sendiri. Pria dan wanita pemberani ini berasal dari berbagai daerah, budaya, dan latar belakang, disatukan oleh kerinduan yang sama akan kemerdekaan. Namun, nuansa perjuangan mereka, kesulitan yang mereka alami, dan kemenangan yang mereka raih telah diturunkan menjadi catatan kaki di buku sejarah, jika disebutkan sama sekali.

Upaya untuk memperbaiki ketidakadilan ini bersifat sporadis dan tidak memadai. Meskipun ada seruan untuk mengakui kontribusi mereka, termasuk tugu peringatan dan museum, upaya ini seringkali tidak memiliki komitmen berkelanjutan yang diperlukan untuk memastikan perubahan yang langgeng. Masyarakat Indonesia yang lebih luas harus secara bersama-sama merangkul masa lalunya dan mengakui utangnya kepada para pejuang kemerdekaan ini.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Mengingat dan menghormati para pahlawan ini bukan hanya masalah akurasi sejarah, tetapi juga merupakan langkah penting dalam menyembuhkan luka pengabaian. Mengakui pengorbanan mereka dapat mengilhami generasi mendatang untuk menghargai harga sebenarnya dari kebebasan dan untuk melindungi prinsip-prinsip yang menopang masyarakat yang adil. Dengan belajar dari kesalahan masa lalu, Indonesia dapat membuka jalan menuju masa depan di mana pengorbanan para pejuang kemerdekaan yang terlupakan tidak sia-sia.

Kesimpulannya, penderitaan para pejuang kemerdekaan Indonesia yang terlupakan adalah pengingat yang menyedihkan akan konsekuensi dari mengabaikan sejarah seseorang.

Orang-orang gagah berani ini, yang pernah berdiri di garis depan perjuangan kemerdekaan, kini terdesak ke pinggiran masyarakat, hidup dalam penderitaan dan ketidakjelasan. Sangat penting bagi bangsa untuk secara kolektif mengakui dan mengingat pengorbanan mereka, bukan hanya untuk menghormati ingatan mereka, tetapi untuk memastikan bahwa semangat ketangguhan dan tekad yang mereka wujudkan terus menginspirasi generasi yang akan datang. Hanya melalui upaya-upaya inilah Indonesia dapat benar-benar membayar utangnya kepada mereka yang telah meletakkan dasar kemerdekaannya. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Adi Sudrajat, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES