Kopi TIMES

Membaca Politik Yeni Wahid

Senin, 21 Agustus 2023 - 13:29 | 77.15k
Amirudin Mahmud, Pemerhati Sosial-Politik dan Keagamaan.
Amirudin Mahmud, Pemerhati Sosial-Politik dan Keagamaan.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Belakangan nama Yeni Wahid mencuat di pemberitaan politik tanah air. Pasalnya putri mantan presiden KH Abdurahman Wahid itu oleh sebagian kalangan digadang-gadang sebagai calon wakil presiden. Partai Nasdem yang memunculkan nama tokoh perempuan NU tersebut dalam bursa Cawapres pada Pilpres 2024 mendatang. 

Ada dua tokoh Nasdem yang secara terbuka mengusulkan Yeni Wahid yaitu Ahmad Ali Wakil ketua Umum Partai Nasdem dan Efendi Choiri salah satu Ketua DPP Partai Nasdem. Keduanya berpendapat bahwa Yeni Wahid bisa mengatrol elektabilitas Anies Baswedan. Paling tidak ada tiga alasan kenapa hal di atas mungkin terjadi. 

Advertisement

Pertama, karena Yeni Wahid adalah tokoh perempuan yang secara integritas dan kapasitas diyakini mempuni menjadi pemimpin Indonesia di masa mendatang.

Kedua, Yeni Wahid adalah tokoh sentral NU. Dia adalah putri KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur, mantan presiden RI. Seperti menjadi maklum jumlah warga NU sangat besar, dengan pencalonan Mbak Yeni warga NU diharapkan memilihnya.

Ketiga, Yeni Wahid berasal dari Jawa Timur. Sedangkan Jawa Timur disamping basis  asal organisasi NU juga diketahui sebagai propinsi yang paling banyak penduduknya. 

Tak heran jika semua bakal Capres berlomba-lomba memperebutkan suara dari Jawa Timur. Kemudian berdasarkan pengalaman Pilpres sebelumnya Jawa Timur menjadi kunci kemenangan pasangan Capres-Cawapres.

Awalnya Yeni Wahid tak menghiraukan isu pencalonan dirinya tersebut sehingga sebagian orang memahami bahwa yang bersangkutan menolak halus tawaran menjadi Cawapres bagi Anies Baswedan.

Sekarang Yeni Wahid menanggapinya lebih serius. 

Secara terbuka Yeni Wahid mengakui bahwa benar dirinya diminta oleh Ketua Umum partai Nasdem Surya Paloh untuk mendampingi Anies Baswedan setahun yang lalu. Dia menegaskan dirinya tak berambisi menjadi Cawapres namun jika diminta dirinya menyatakan siap. 

Yeni Wahid pun mengatakan bahwa dirinya dekat dengan ketiga bakal capres yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.

Kesedian dan kesiapan Yeni Wahid direspon secara berlebihan oleh politisi partai Demokrat Jansen Sitindaon. Wakil Sekretaris DPP Demokrat tersebut menegaskan bahwa rasanya tak cocok jika Yeni Wahid bergabung ke KPP sebab beliau bagian dari rezim ini. 

Padahal kesedian Yeni Wahid itu sangat normatif,  tidak ditunjukan secara khusus ke Anies Baswedan. Yeni Wahid ingin menegaskan bahwa dirinya siap jika diminta oleh siapapun.

Tanggapan Jansen terkesan baper, terkesan asal. Soal rezim misalnya, bagaimana dengan  dengan partai Nasdem? Bukankah partai besutan Surya Paloh itu masih dalam bagian pemerintah Jokowi? Dalam tulisan ini saya tak akan membahasnya lebih jauh.

Politik Yeni Wahid

Dalam tulisan ini saya akan mencoba membaca secara politis apa yang dilakukan Yeni Wahid saat ini terkait dengan langkah politiknya menyatakan siap menjadi Cawapres jika diminta. 

Pertama, Yeni Wahid ingin menegaskan bahwa saatnya bangsa Indonesia menyetarakan perempuan dan laki-laki dalam kepemimpinan nasional. Saatnya partai politik sebagai kepanjangan tangan rakyat mencalonkan perempuan dalam Pilpres. 

Yeni Wahid sangat bahagia saat beberapa tokoh perempuan seperti Gubernur Jawa Timur Khofifah Indra Parawansa dan mantan Menteri Kelautan Susi Pujiastuti digadang-gadang sebagai bakal Cawapres. Sejak Pilpres dilakukan secara langsung pada tahun 2004 lalu baru  Megawati yang pernah muncul di kertas suara.

Kedua, Yeni Wahid mendorong partai-partai atau Bacapres untuk segera menentukan lebih awal pasangannya. Wilayah Indonesia sangat luas butuh waktu yang cukup mensosialisasikan pasangan Capres ke seantero nusantara. Sementara kebiasaan setiap Pilpres pasangan Capres akan terwujud saat lasminute, menjelang penutupan pendaftaran. 

Ketiga, Yeni Wahid secara tidak langsung ingin mengajarkan bahwa ambisi dan panggilan pengabdian itu itu berbeda. Kesediannya itu semata-mata panggilan terhadap pengabdian pada bangsa dan negara. 

Sehingga ketika ada respon yang berlebihan dari Demokrat Yeni Wahid langsung mengambil langkah mundur dari Anies Baswedan dengan mengatakan secara langsung bahwa Anies dan AHY sangat cocok. Saya pamit.

Keempat, saya berpendapat yang paling mungkin berpasangan dengan Yeni Wahid adalah Ganjar Pranowo. Itu pun bergantung pada kesepakatan partai pengusung. Kenapa? Karena ke Prabowo dan Anies ada penghalang yang menutup kemungkinan Yeni Wahid berpasangan dengan keduanya. 

Dengan Prabowo ada Muhaimin Iskandar, seperti sudah menjadi rahasia publik terlalui naif jika Muhaimin merelakan kursi Cawapres ke Yeni Wahid. Padahal Muhaimin dikabarkan sebagai salah satu pemegang keputusan pasangan Prabowo dalam koalisi Gerindra dan PKB.

Sementara di pihak Anies Baswedan, apa mungkin AHY merelakan apa yang selama ini diperjuangkannya ke Yeni Wahid? Pasti tidaklah.

Kelima, Yeni Wahid sedang memberi contoh nyata bagaimana berdemokrasi yang baik. Yaitu demokrasi yang dilandasi dengan nilai-nilai luhur seperti keadilan, mengutamakan kepentingan bangsa, kesetaraan dan lainya. 

Bukan demokrasi yang ditumpangi dengan kepentingan kelompok atau pribadi yang sempit. Bukan demokrasi yang mengedepankan keuntungan yang akan diperoleh semata. 

Saya menyaksikan banyak politisi yang belum selesai dengan dirinya sehingga sangat terlihat ambisi, ego dan kepentingan pribadi. Mungkinkah kita mempercayai mereka memimpin negeri ini?

Walhasil, kehadiran Yeni Wahid di bursa Cawapres  sangat  menginspirasi. 

Mendorong demokratisasi ke arah yang lebih bermakna. Yeni Wahid membuat politik jelang Pilpres menjadi lebih dinamis. Sekarang kembali ke partai politik, mampukah mereka menangkap pembelajaran politik luhur dari anak biologis sekaligus ideologis Gus Dur tersebut.

Kemaren, Ganjar Pranowo merapat ke Ciganjur menemui keluarga Gus Dur, apa  kira-kira yang dipahami pak Ganjar dari langkah cerdas Yeni Wahid? Apakah Ganjar menjadi Capres pertama yang memahami langka dan pembelajaran dari Yeni Wahid? Waktu yang akan menjawabnya.

***

*) Oleh: Amirudin Mahmud, Pemerhati Sosial-Politik dan Keagamaan.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainor Rahman
Publisher : Rochmat Shobirin

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES