
TIMESINDONESIA, SUMATERA – Star Syndrome adalah suatu perasaan yang ada dalam diri seseorang yang mengganggap dirinya sempurna dan lebih baik dari orang lain. Star syndrome sering dialami oleh orang-orang yang baru mulai terkenal dalam suatu bidang. Karena dalam diri seseorang tersebut merasa dirinya sudah diatas segalanya.
Makanya sifat star syndrome ini muncul berasal dari kesombongan yang ada dalam diri seseorang. Menganggap diri lebih baik dari seseorang adalah suatu hal yang sebenarnya ada dalam diri seseorang tetapi tidak diperlihatkan kepada khalayak ramai.
Advertisement
Seseorang yang terjangkit star syndrome ini biasanya adalah orang-orang yang tidak memiliki pikiran yang pendek dan tidak memikirkan akibat yang dia buat. Banyak penulis melihat orang-orang yang terjangkit star syndrome akan di asingkan dan di olok-olok dalam lingkungan sosialnya.
Karena sifat star syndrome ini bisa membuat orang tersebut akan tidak baik untuk lingkungan sosial. Sebab ia lebih mementingkan fantasi serta kesuksesan yang dia miliki dibandingkan dengan mementingkan kepentingan bersama.
Makanya orang-orang yang memiliki gejala star syndrome ini tidak akan cocok menjadi pemimpin. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan anggota-anggota yang dipimpin oleh dirinya.
Keegoisan tersebut yang membuat orang menganggap tidak cocok jika menjadi pemimpin. Banyak penulis melihat pemimpin-pemimpin yang memiliki gejala ini, misalnya pemimpin-pemimpin organisasi dan lain sebagainya. Akibatnya sudah bisa dipastikan membuat organisasi tersebut akan hancur secara perlahan.
Penulis juga melihat dalam bidang kepenulisan, yang rentan dengan gejala star syndrome. Menurut banyak orang, ukuran dari penyair terbit adalah besar atau tidaknya media tersebut. Penulis banyak melihat penyair-penyair yang baru saja terbit di salah satu media besar sudah memiliki gejala star syndrome yang ada pada dirinya.
Mengukur kapasitas seorang menjadi penulis adalah dari terbit atau tidaknya di media besar. Hal ini yang membuat salah kaprah. Padahal belum tentu dapat diulangi karena bisa saja hal tersebut adalah kebetulan konten narasinya menarik.
Biasanya orang yang memiliki gejala star syndrome sering berkaitan dengan dunia kepenulisan. Penyair akan menampakan siapa dirinya di hadapan orang banyak. Tidak menghargai orang yang lebih tua dan segala kepongahan lain yang ada dalam dirinya. Sebab, adab adalah salah satu hal yang perlu dijaga ketika kita memiliki apa yang tidak orang lain miliki. Orang yang berilmu adalah orang yang beradab dan orang yang beradab pasti dia memiliki ilmu.
Star syndrome biasanya terjadi akibat dorongan untuk mencari sesuatu dalam diri seseorang. Star syndrom terjadi akibat rasa ingin terkenal. Mengendalikan orang dan ingin memperlihatkan kepada banyak orang dirinya siapa.
Hal ini sebenarnya adalah hal yang baik, tetapi ketika kita tidak memiliki adab. Maka hal ini akan terlihat buruk di mata orang banyak. Karena sifat star syndrome ini tidak jauh berbeda dengan kesombongan.
Star syndrome bisa saja diakibatkan oleh pujian-pujian yang diberikan oleh orang lain terhadap kita. Pujian tersebut yang membuat star syndrome itu muncul dalam diri orang. Karena pujian adalah senjata yang mematikan untuk akhlak seseorang baik itu secara sengaja maupun tidak karena pujian yang membuat kita bisa saja lengah dengan apa yang telah kita perbuat.
Maka dari itu, orang yang memiliki gejala star syndrome haus akan pujian dan anti terhadap kritikan. Untuk itu, hindari star syndrome dalam kehidupan, jika kita menganggap diri kita hebat, ada orang lain lebih hebat daripada kita.
Ukuran seseorang hebat atau tidaknya itu bukan dari isi kepala tetapi bagaimana adab dia dengan teman dan lingkungan. Kemana pun kita pergi adab adalah hal yang paling utama dibandingkan dengan isi kepala.
Star syndrome adalah hal yang tidak patut ditiru dan harus dirubah baik itu bagi pribadi individu secara umum maupun seorang pemimpin. Lihatlah orang dengan baik. Hadirkan penilaian yang positif untuk kebaikan bersama.
***
*) Oleh: Abdul Jamil Al Rasyid, Mahasiswa Sastra Minangkabau FIB Unand, Anggota Lembaga Mahasiswa Jurusan (LMJ) Sastra Minangkabau, Anggota Forum Diskusi Rangkiang Pedia.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainor Rahman |
Publisher | : Rochmat Shobirin |
Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.