GM FKPPI: Kemarin Bekerja Sunyi Saat Pandemi dan Akan Terus Demikian di Masa Mendatang

TIMESINDONESIA, MALANG – Saya menerima SMS dari seorang teman pagi ini (13/09/2023)! Isinya, "Pak GM FKPPI berulang tahun." Saya terkejut dan ingin mengirimkan karangan bunga. Namun, rasanya akan layu dalam sehari dan dibuang tiga hari kemudian. Akhirnya, dengan berani, saya menulis sepanjang hari ini. Saya ingin bercerita tentang organisasi ini sejauh yang saya tahu, sebagai individu biasa, tanpa jabatan atau posisi sebagai seorang intelektual. Hal ini karena saya sangat terkesan oleh mereka.
GM FKPPI dan Kelahiran Kampung Tangguh
FKPPI, sebuah organisasi yang belum pernah saya pikirkan sebelumnya. Hampir semua aktivis tahun 1998, termasuk saya, umumnya "tidak" atau paling tidak "kurang" menyukai berbagai bentuk simbol militer, termasuk FKPPI yang kami anggap mewakili ide-ide militer. Hingga Maret 2020, saya belum pernah dan bertekad untuk tidak terlibat dengan organisasi atau apapun yang berhubungan dengan TNI. Meskipun FKPPI adalah organisasi yang berbeda, saya masih menganggapnya sebagai bagian dari militer, dan saya merasa tidak perlu berinteraksi dengan mereka. Namun, Covid-19 membuka pintu komunikasi dan menjadi titik balik dalam pandangan saya terhadap militer, termasuk FKPPI.
Advertisement
Semuanya dimulai sekitar pertengahan Maret 2020. Pandemi Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi melalui Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020. Universitas Brawijaya merespons dengan membentuk tim Penanggulangan Covid-19 internal UB. Saya, sebagai salah satu pejabat di universitas ini, dipilih karena tanggung jawab saya terhadap personel dan infrastruktur fakultas. Tugas kami pertama kali adalah memproduksi hand sanitizer dan menangani warga kampus yang terinfeksi Covid-19. Laboratorium fakultas teknologi Pertanian dan Fakultas Pertanian menjadi pusat produksi hand sanitizer. Itulah awal pertemuan kami dengan FKPPI.
Kami membuat hand sanitizer dan memberikan pelayanan kepada berbagai kelompok masyarakat seperti masjid, Lembaga Pemasyarakatan, dan seluruh ruang kampus. Saat itulah seorang anggota FKPPI datang dan meminta beberapa jerigen hand sanitizer. Saya menolak tegas tanpa menyebutkan bahwa dia adalah anggota FKPPI, karena dia mengaku dari KOREM. Saya merasa tidak senang dengan campur tangan militer. Setelah berkenalan dengan Pasiter Korem Mayor Anton (sekarang Ndanyon, Letkol), ternyata informasinya benar. Mengapa mereka ikut campur? Belakangan, kami mengetahui bahwa nama anggota FKPPI tersebut adalah Sudarmaji, orang yang kemudian bekerja sama dengan tim UB dalam membangun Kampung Tangguh (KT).
"Kebencian" kami terhadap militer sangat kuat. Bahkan, saat Komandan Kodim saat itu, Letkol Tommy Anderson (sekarang Kolonel), dan anggota DPRD Kota Malang, Pak Made, datang ke kampus, saya menolak untuk menemui mereka selama 1 jam. Junior saya, Dr. Mufit dan Dr. Samsul, yang mengantarkan mereka, terus mendesak agar saya menemui mereka. Akhirnya, dengan berat hati, kami berdiskusi. Kami mencari cara bagaimana menggerakkan masyarakat untuk bersama-sama mengatasi pandemi Covid-19 selama hampir 2 jam. Selama diskusi tersebut, kami berhasil merumuskan sebuah konsep dan membantu menerapkannya di tingkat Malang.
Sehari setelah itu, masih dalam bulan Maret, Tim Covid-19 UB berkumpul untuk berdiskusi di sebuah bengkel kecil yang teman-teman jadikan sebagai pusat komando. Dr. Tri Wahyu bertindak sebagai komandan. Tiba-tiba, saat kami sedang berdiskusi, dua orang datang: Pak Sudarmaji dan Pak Agus Suryanto, yang belakangan saya ketahui sebagai pimpinan pusat FKPPI. Mereka terus mendorong kami untuk membuat konsep. Mereka menyadari bahwa tanpa konsep, kerja teknis kami tidak akan efektif. Akhirnya, kami menawarkan kerjasama. Kami merancang konsep gerakan, dan teman-teman FKPPI setuju untuk mendukungnya secara finansial. Kami, tim UB, bersama dengan dokter-dokter lainnya (dr. Aurick dan dr. Ayunda), merenungkan bagaimana bentuk gerakan tersebut.
Keesokan harinya, kami melanjutkan diskusi, dan kedua orang yang datang bersama dengan beberapa anggota FKPPI. Kami berdiskusi hampir selama 4 jam dan akhirnya muncul istilah "Kampung Tangguh". Setelah mereka pergi sore hari, tim kami, termasuk dokter-dokter, mulai merinci konsep Kampung Tangguh, dari definisi hingga implementasinya. Kami sangat beruntung karena ada seorang animator yang langsung mengubah konsep-konsep Kampung Tangguh menjadi video. Kejadiannya pas, karena animator ini juga merupakan penggiat Kampung Cempluk dan anggota tim satgas Covid-19 UB, Redy. Akhirnya, buku "Kampung Tangguh" lahir.
GM FKPPI dan Simulasi Awal Kampung Tangguh
Setelah konsep dan operasional Kampung Tangguh selesai dalam tiga hari, kami melakukan simulasi awal di tiga kampung: Kampung Cempluk (kecamatan Dau, Kabupaten Malang), Kampung Putih (Klojen, Kota Malang), dan Kampung Narubuk (Kasin, Kota Malang). GMFKPPI dan jaringannya yang tergabung dalam MBLC (Malang Bersama Lawan Covid) selalu mendukung tim UB, termasuk menyediakan transportasi dan beras untuk mengisi lumbung pangan. Pada saat simulasi, Bapak Bupati Malang, H. Sanusi, Bapak Kapolres Kabupaten Malang, AKBP Hendri Umar, Ndandim Kolonel Ferry, dan Ndanrem turut hadir memberikan dukungan. Semua SOP, mulai dari pemeriksaan penduduk, keamanan, pertolongan pertama terhadap pasien, manajemen lumbung pangan, hingga SOP pemakaman, disimulasikan. Teman-teman dari FKPPI terus mendampingi kami.
Setelah semua SOP terbukti berhasil, kami merencanakan untuk membangun Kampung Tangguh di seluruh Malang Raya. Selama rapat di MBLC, tim UB bertanya tentang pemenuhan lumbung pangan di Kampung Tangguh. Bagaimana dengan mobilitas kami? Dan bagaimana dengan jaminan keamanan kami? Teman-teman FKPPI, terutama Pak Agus Suryanto, dengan tegas berkata, "Jika Tim UB setuju, kami akan menyiapkannya semua." Akhirnya, kami berhasil membangun Kampung Tangguh di lebih dari 50 kampung di Kota Malang dalam waktu dua minggu. Tim UB, MBLC, dan FKPPI bekerja sama, didampingi oleh Babinsa dan Babinkamtibmas.
Saat pandemi terus berlanjut dan muncul varian baru, permintaan untuk membangun Kampung Tangguh terus meningkat. Tim MBLC, bersama dengan Kapolresta Malang, Kombes Dr. Leo Simarmata, dan Ndarem, memperluas cakupan ke seluruh kampung di Kota Malang. Akhirnya, Kapolresta Kota Batu, Kabupaten Malang, dan seluruh kepala daerah di Malang Raya menyatakan dukungannya untuk membangun Kampung Tangguh. Kampung-kampung lain di seluruh Indonesia juga mulai mengadopsi panduan yang telah dibuat dan video-video yang kami bagikan. Dengan modifikasi sesuai kebutuhan daerah masing-masing, kampung-kampung tersebut mengadopsi sistem ini.
Kampung Tangguhku, Amal Jariahku
Kampung Tangguh adalah bentuk rekayasa sosial instan dan respons terhadap pandemi, yang merupakan kontribusi dari teman-teman MBLC, UB, Kepolisian, TNI, dan seluruh kepala daerah di Malang Raya untuk bangsa dan negara. Para Babinkamtibmas bekerja sama dengan Babinsa dan masyarakat untuk mengorganisir kampung-kampung. Tim KP (MBLC dan UB) serta FKPPI melatih Babinsa di wilayah Korem 083 Baladika Jaya. Kampung Tangguh terus menjadi model efektif dalam mengorganisir masyarakat.
Untuk memperluas cakupan, buku panduan Kampung Tangguh langsung diserahkan kepada Ibu Gubernur Jawa Timur. UB, MBLC, dan semua inisiator sepakat untuk sepenuhnya menyerahkan panduan ini kepada pemerintah agar bisa diakses secara terbuka. Semua orang bisa menggunakannya untuk mengorganisir masyarakat dalam menghadapi krisis. FKPPI, sebagai salah satu pihak yang sangat aktif, akan selalu dikenang oleh masyarakat. Kader-kader FKPPI bekerja keras, mengantar tabung gas gratis kepada warga yang terdampak, memastikan keamanan di tempat-tempat yang kami kunjungi, menyediakan beras dan kebutuhan lainnya, bahkan membantu keluarga yang menghadapi kesulitan dalam pemakaman. Saya bersaksi, kalian adalah pejuang yang luar biasa. Di desa-desa pinggiran pantai selatan, lereng Semeru, dan di bawah Gunung Arjuno, bersama Kepolisian dan TNI, kalian ada di sana tanpa seragam. Kalian telah bekerja dengan diam!
Kampung Tangguh dan Kontribusi Gotong Royong Masa Depan Bangsa
Apakah Kampung Tangguh hanya berguna selama pandemi? Tentu tidak. Pandemi, krisis, dan bencana adalah salah satu ujian ketangguhan. Ada setidaknya enam aspek ketangguhan lainnya yang perlu dipertimbangkan. Kampung Tangguh yang sejati adalah yang memiliki kemampuan untuk memberikan layanan publik dasar, mempersiapkan warganya untuk berkontribusi dalam pertahanan negara, menyelesaikan konflik dan kejahatan ringan sesuai dengan hukum, memberikan saluran aspirasi yang bebas, mengembangkan ekonomi mandiri, dan melindungi warganya dari pandemi dan bencana.
Dari keenam aspek ini, yang kita ketahui saat ini hanyalah satu aspek. Ada lima aspek lainnya yang perlu kita kembangkan. Kita perlu merumuskan konsep, gerakan, implementasi, dan cara mengorganisirnya. Tantangan FKPPI masih panjang. Membangun semangat gotong royong bukanlah pekerjaan yang mudah. Kepemimpinan dan perjuangan kalian akan terus diuji oleh waktu. Teruslah menjadi yang terdepan dalam membantu rakyat, membela hak-hak mereka, dan merawat kesatuan bangsa. Dirgahayu FKPPI. Teruslah bergerak untuk NKRI! (*)
***
*) Oleh: Mangku Purnomo, PhD,Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Sudarmadji |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |
Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.