Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara

TIMESINDONESIA, SURAKARTA – Pancasila merupakan dasar falsafah negara Indonesia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang hendaknya menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia.
Sebagai landasan pemersatu, lambang solidaritas dan persatuan. Sebagai bagian dari pertahanan bangsa dan negara. Karena Pancasila adalah satu-satunya ideologi yang dianut masyarakat Indonesia. Maka tidak ada yang bisa menandinginya.
Advertisement
Indonesia yang terdiri dari banyak suku bangsa yang berbeda dapat dipersatukan dengan Pancasila. Inilah sebabnya mengapa Pancasila sering dianggap sebagai ideologi yang kuat. Siapa pun yang mencoba menggulingkannya harus menghadapi seluruh elemen kekuatan bangsa dan negara Indonesia.
Sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, nilai-nilainya telah dianut oleh bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai budaya, adat istiadat, dan agama yang dianut dalam kehidupan sehari-hari. Identitas Indonesia ditopang melalui nilai-nilai yang dianggap sebagai way of life.
Sejak dahulu kala. Perilaku penduduk nusantara tercermin dalam nilai-nilai Pancasila. Untuk itu para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia berusaha mewujudkan nilai-nilai luhur tersebut menjadi sebuah ideologi yang disebut Pancasila.
Mengenai dinamika Pancasila, ada beberapa argumentasi yang dapat dijelaskan. Dinamika Pancasila sebagai ideologi negara dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukkan adanya pasang surut dalam penerapan nilai-nilai Pancasila.
Misalnya pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Ideologi Pancasila mengalami pasang surut karena bercampur dengan ideologi komunisme dalam konsep Nasakom. Di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, Pancasila menjadi asas tunggal seluruh organisasi politik (Orpol) dan organisasi kemasyarakatan (Ormas).
Tantangan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah arus ideologi yang bertumpu pada kekuatan material. Seperti liberalisme, kapitalisme, komunisme, sekularisme, utilitarianisme, dan hedonisme yang sesat. Mengikis jati diri bangsa yang bercirikan nilai-nilai Pancasila.
Di era globalisasi ini, banyak hal yang merugikan mental dan nilai moral Pancasila yang merupakan kebanggaan bangsa dan negara Indonesia. Tantangan yang muncul antara lain derasnya arus pemikiran yang bertumpu pada kekuatan material. Seperti liberalisme, kapitalisme, komunisme, sekularisme, pragmatisme, dan hedonisme, mengikis jati diri bangsa yang bercirikan nilai-nilai Pancasila.
Mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi Indonesia seperti di atas, dapat diidentifikasi menjadi dua hal. Pertama, penilaian berdasarkan kehidupan masyarakat. Adanya ketidakpastian dalam penyelenggaraan negara pada masa reformasi. Karena perubahan sistem pemerintahan terjadi begitu cepat. Sehingga masyarakat merasa bebas tanpa mengacu pada nilai-nilai dan norma-norma kehidupan bernegara.
Akibatnya, perilaku anarkisme, belum lagi euforia politik yang dapat melemahkan integrasi nasional. Kedua, di sektor pemerintahan. Banyak pejabat pemerintah, baik sipil maupun militer, tampil dimuka umum dan tidak mencerminkan semangat bernegara. Ada fenomena PNS yang kompeten atau hanya tahu bagaimana mendahulukan kepentingan kelompoknya.
Hal ini harus segera dihindari dengan memperkuat efisiensi penegakan hukum dan melakukan upaya penanaman nilai-nilai Pancasila secara masif dan sistematis di kalangan pejabat publik.
Tantangan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Salah satu tantangan yang dihadapi adalah arus ideologi yang bertumpu pada kekuatan material, seperti liberalisme, kapitalisme, komunisme, sekularisme, utilitarianisme, dan hedonisme yang sesat. Mengikis jati diri bangsa yang bercirikan nilai-nilai Pancasila.
Untuk mengatasi dinamika dan tantangan Pancasila sebagai dasar negara saat ini, perlu dilakukan upaya-upaya penguatan nilai-nilai Pancasila secara berkelanjutan. Seperti di bidang pendidikan, aplikasi, kolaborasi, dan inovasi.
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meneguhkan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan harus mampu membentuk karakter bangsa, menyadari pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Aplikasi, Penting juga untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pemerintah harus mampu membuat kebijakan berdasarkan nilai-nilai Pancasila, seperti kebijakan yang menjamin hak asasi manusia, keadilan sosial, dan demokrasi.
Kolaborasi antar lembaga dan lintas komunitas juga penting untuk mempertegas nilai-nilai Pancasila. Dalam kerja sama ini, kita harus memahami pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam membangun bangsa yang lebih baik.
Inovasi juga diperlukan untuk mengatasi dinamika dan tantangan Pancasila yang mendasari situasi saat ini. Inovasi dapat diterapkan di berbagai bidang, seperti teknologi, ekonomi, masyarakat, dan budaya.
Melalui upaya-upaya tersebut di atas, kita berharap Pancasila sebagai lembaga negara dapat terus berperan relevan dan efektif dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dan persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak hanya menjadi simbol jati diri bangsa. Namun juga menjadi pedoman dalam mengatasi dinamika dan tantangan yang dihadapi Indonesia.
Dengan memperkuat persatuan dan keberagaman, meningkatkan partisipasi demokrasi, mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan keadilan sosial, menjaga kedaulatan dan integritas nasional, serta mengembangkan sumber daya manusia dan menghadapi tantangan lingkungan hidup.
Indonesia dapat bergerak menuju masa depan yang lebih baik. Melalui penerapan nilai-nilai Pancasila dan kerja sama yang erat antara pemerintah, masyarakat, dan swasta, Indonesia berpotensi mengatasi segala dinamika dan tantangan yang mungkin timbul dimasa depan.
***
*) Oleh : Farras Muharromah (Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP UNS Surakarta)
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rochmat Shobirin |