Kopi TIMES

Kepemimpinan dan Stabilitas Ekonomi

Jumat, 10 November 2023 - 21:33 | 66.77k
Sugiyarto, S.E., M.M.; Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang.
Sugiyarto, S.E., M.M.; Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PAMULANG – Tidak mudah menjadi masyarakat dewasa. Teknologi telah mempengaruhi manusia  lupa dengan etika, sopan santun dan unggah-ungguh. Tatakrama dilanggar demi mencurahkan ego dan luapan emosi diri yang tidak bertanggung jawab. Saat ini sedang di putar film karya anak bangsa yang bercerita tentang budi pekerti terkait perlakuan seorang guru terhadap masyarakat di sebuah pasar yang di viralkan oleh orang yang tidak mengerti duduk persoalan yang sebenarnya.

Itulah gambaran masyarakat kita yang mudah terbawa cerita dan berita dengan narasi provokatif dan memperkeruh suasana. Sebaiknya kita memberikan contoh kepada masyarakat agar menerima  informasi secara hati–hati dan selektif  terhadap berita yang belum jelas sumber  dan pokok permasalahan yang sesungguhnya. Bisa jadi orang yang menyebar luaskan informasi subjektif serta tidak mengetahui pokok permasalahan yang sebenarnya.

Advertisement

Menjelang pemilihan umum, banyak   beredar informasi dengan narasi berita yang kurang baik untuk dibaca. Terkadang  teman dekat yang kita anggap santun dan lemah lembut ternyata punya hobby menyebarluaskan informasi yang tidak jelas dan bisa membuat persahabatan menjadi tidak nyaman. Kita sebagai masyarakat bawah memiliki tugas yang sama untuk menjaga stabilitas keamanan lingkungan dan komunitas dimana kita berada. 

Kita harus sadar bahwa kondisi keamanan dan ekonomi global semakin tidak jelas arahnya. Jika masyarakat dan pemimpin  tidak bisa bersatu, bisa terganggu stabilitas ekonomi dan keamanan didalam negeri. Sehingga tugas negara menjadi semakin berat untuk menggerakkan perekonomian. Sementara  pengangguran meningkat karena sempitnya lapangan  kerja dan rendahnya pertumbuhan   industry manufacture didalam negeri.

Benar yang disampaikan presiden Jokowi ketika memberikan arahan pada malam ulang tahun partai Golkar ke 59, hendaknya para elite partai setelah berkompetisi bersatu kembali dalam membangun negara dan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat pentingnya dewasa dalam berpolitik. Dari manapun asal partai politik, jika sudah  terpilih dan menjadi pemimpin negara  maka dia milik rakyat dari semu golongan.   

Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki keberanian dalam mengambil keputusan termasuk dalam membuat kebijakan untuk menggerakkan perekonomian didalam negeri dengan   hilirisasi industry semua lini produk termasuk hasil pertanian dan sumber daya alam lainnya. Sektor pangan harus menjadi prioritas siapapun presiden terpilih selanjutnya. 

Jumlah penduduk yang terus meningkat  akan berbanding lurus dengan meningkatnya kebutuhan pangan. Jika  negara gagal dan tidak fokus dalam membangun ketahanan pangan, jangan kaget bangsa kita akan menjadi importir pangan seperti kita import BBM.  

Permasalahan pangan akan menjadi issue  dan perhatian pemimpin dunia pada masa mendatang. Dengan kondisi iklim dan cuaca yang tidak menentu serta  meningkatnya panas bumi setiap tahun dan keamanan global yang tidak stabil bisa  mengganggu distribusi pangan dunia. 

Indonesia sebagai negara besar, subur dan  memilki  sumber pangan melimpah harus bisa dikelola dengan maksimal agar bangsa ini tidak tergantung dari negara lain. Hilirisasi hasil pertanian sudah saatnya  dimulai agar negara mampu memenuhi  kebutuhan pangan dari dalam negeri.

Untuk menjadi besar dibutuhkan jiwa  besar dan mampu berpikir sebagai orang besar serta melihat kepentingan yang jauh lebih besar. Kita harus menyadari setiap  manusia ada masanya dan setiap masa  ada orangnya. 

Ketika rakyat mulai  memberikan kesempatan kepada anak muda untuk menerima tongkat estafet kepemimpinan melalui kepemimpinan  tingkat kabupaten atau kota, propinsi ataupun level nasional hendaknya para senior mulai ikhlas dengan perubahan yang berjalan. Sesungguhnya banyak generasi muda yang memiliki kemampuan tapi belum mendapat kesempatan karena  sistem politik di negara kita yang masih didominasi oleh generasi tua. 

Melanjutkan program yang baik untuk kepentingan rakyat tentu menjadi  kewajiban bagi seluruh pemangku kepentingan untuk memilih dan memilah dengan hati yang bersih. Masyarakat juga  harus pintar memilih pemimpin yang sudah selesai dengan urusan pribadinya, bukan memilih calon pemimpin yang haus kekayaan dan kekuasaan.  

Bila mengacu teori Abraham Maslow, masih banyak rakyat Indonesia yang membutuhkan makan, minum serta  pakaian di bandingkan mereka yang  membutuhkan tempat untuk menunjukan aktualisasi diri. Lakukan pendekatan kepada masyarakat dengan program dan kegiatan yang bermanfaat untuk mereka  dalam jangka panjang. Jangan datang ketika mereka dibutuhkan.

***

*) Oleh : Sugiyarto, S.E., M.M.; Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES