Kopi TIMES

Membangun Komunikasi Politik yang Sehat

Jumat, 05 Januari 2024 - 14:42 | 41.74k
Nadhiroh, Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) STAIMAS Wonogiri.
Nadhiroh, Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) STAIMAS Wonogiri.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, WONOGIRI – Proses perjalanan menuju Pesta Demokrasi 14 Februari 2024 tercederai dengan peristiwa di Boyolali, Sabtu (30/12/2023) lalu. Seperti diberitakan timesindonesia.co.id, Senin (1/1/2024), pada Sabtu, 30 Desember 2023 lalu, terjadi tindak kekerasan terhadap beberapa relawan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD oleh anggota TNI di Boyolali, Jawa Tengah. Akibatnya, tujuh orang mengalami luka berat hingga harus dilarikan ke rumah sakit. 

Peristiwa itu tentu sangat menambah keprihatinan bersama. Terlepas dari siapa yang bersalah pada kejadian itu, penulis pada kesempatan ini lebih fokus kepada upaya membangun komunikasi politik yang sehat. Menjelang Pemilu pada 14 Februari 2024, suhu politik semakin memanas. Terkadang antara yang satu dan lainnya saling menjelek-jelekkan atau menjatuhkan. Masyarakat dapat menyaksikan di berbagai media bagaimana sebagian para calon berupaya mempengaruhi dan mengajak publik. Bahkan, ada yang dengan berbicara di luar kendali di media sosial.

Advertisement

Memang menjadi PR bersama bagaimana membangun komunikasi yang santun dan sehat. Santun belum tentu sehat. Sebab bisa saja terlihat santun di depan tapi ternyata menikam dari belakang. Apalagi dalam politik tidak ada yang namanya persahabatan abadi. Semula kawan kemudian menjadi lawan politik. Begitu sebaliknya semula saingan lalu jadi teman.

Pakar Komunikasi Politik, Dr Gun Gun Heryanto, M.Si di dalam bukunya Realitas Komunikasi Politik Indonesia Kontemporer (2020), mempertanyakan bagaimana menciptakan suasana ruang publik yang kondusif melalui komunikasi politik yang sehat? Gun Gun mengatakan, suasana ruang publik tidak akan nyaman dan kondusif Ketika komunikasi politik penuh dengan caci maki, hasut menghasut berita hoax dan berita palsu. Dengan Akar rumput yang masih berpendidikan-rendah, ditambah dengan tingkat kemiskinan, miskin dan hampir miskin yang masih tinggi, maka ruang publik dan media sosial yang penuh dengan kebencian akan berisiko memperbesar potensi hadirnya konflik horizontal antar-anak bangsa.

Hindari komunikasi politik yang jahat, komunikasi yang tidak beretika, ugal-ugalan dan semaunya sendiri. Memang menjadi tugas bersama agar masyarakat semakin cerdas dan elegan dalam memaknai komunikasi politik di dalam masa-masa kampanye. Tentu masyarakat akan segan ketika relawan konvoi dengan sopan. Memang tidak dapat dipungkiri, ketika di lapangan dan berhadapan dengan massa yang heterogeny, berbagai kemungkinan bisa terjadi. Namun, para elit politik bisa memiliki pengaruh yang besar terhadap konstituennya.

Di dalam berkampanye di ruang publik, sebagai contoh di jalan, perlu membangun kesadaran bersama bahwa konvoi saat kampanye sebisa mungkin tidak mengganggu ketertiban umum. Pertimbangkan orang lain yang menggunakan jalan. Peduli kepada lingkungan sekitar dengan tidak menambah polusi. Bagaimana berperilaku sewajarnya.

Bersainglah secara sehat. Di beberapa wilayah ada MMT atau spanduk calon-calon yang dirusak oknum-oknum tak bertanggung jawab. Banyak terjadi kasus perusakan alat peraga kampanye (APK) oleh orang tidak dikenal (OTK) Kampanye bukan untuk saling merusak atau menjatuhkan tapi bagaimana menyampaikan visi misi para calon jika terpilih dan bekerja selama lima tahun ke depan. 

Para calon presiden, calon wakil presiden, calon anggota dewan adalah teladan bagi masyarakat. Mari kita sama-sama berupaya menciptakan suasana politik yang santun dan sehat. 

***

*) Oleh: Nadhiroh, Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) STAIMAS Wonogiri.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES