
TIMESINDONESIA, BANDUNG – GURU adalah pekerjaan yang tidak mudah untuk dijalani, berbagai tuntutan dalam menghantarkan peserta didik yang unggul dan berkualitas menjadi tolak ukur seorang guru. Peran guru sejatinya di hadapkan pada perubahan yang cepat, digitalisasi, dan harus bisa menyiapkan lulusan lulusan terbaik yang mempunyai berbagai skill dan kompetensi yang banyak di butuhkan di era digital saat ini dan masa mendatang dengan karakter, literasi membaca menulis sampai dengan literasi digital dari generasi Z milenial.
Kemajuan ICT (information, communication, & technology) dalam perkembangannya telah mengantarkan kita kedalam era digital yang sering disebut dengan Society 4.0, dunia pendidikan dalam proses pembelajaran saat ini tidak hanya mengandalkan kemajuan teknologi informasi tetapi juga melibatkan robot AI (Artificial Intelligence).
Advertisement
AI (Artificial Technology) adalah pengembangan dan integrasi dari bidang elektronika, ilmu komputer dan matematika. Secara sederhana, sistem dengan kecerdasan buatan bisa melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan oleh manusia, seperti berpikir, mengambil keputusan, melakukan klasifikasi terhadap suatu keadaan atau mengestimasi keadaan di masa yang akan datang.
Telah banyak contoh dari kecerdasan buatan seperti bagaimana rekomendasi produk diberikan saat mau berbelanja online, asisten virtual, self driving cars di kendaraan mobil, algoritma medsos, sistem pendeteksi penipuan keuangan dan lainnya. Kecerdasan buatan itu dalam keberadaanya bisa sebagai AI yang dapat di program, AI yang bisa dipelajari dan AI yang otonom.
Apakah kehadiran robot AI ini akan menggantikan peran guru dalam proses pembelajaran? Jika hanya sekedar mangajar maka peran guru akan dikalahkan oleh robot AI, misal dengan chatGPT guru sebagai pengajar jauh tertinggal. Tools robot AI ChatGPT lebih hebat dengan layanannya “how can I help you today” berbeda dengan guru yang terkadang setiap hari memberikan banyak tugas.
Masalah lainnya akan terjadi terlebih ketika guru tidak mengetahui teknologi ini dan cara terbaik untuk menggunakannya namun anak-anak telah mengetahui tanpa sepengatahuan gurunya. Teknologi AI menjadi tidak etis ketika guru bergantung juga sepenuhnya pada ChatGPT tanpa memverifikasi semua jawaban yang diberikan maka disini lah peran guru akan hilang.
Realitasnya adalah bahwa peserta didik harus dididik sesuai perkembangan dan tantangan zamannya. Era Pendidikan 4.0 mengharuskan peserta didik dibekali dengan berbagai keterampilan antara lain: berpikir kritis, memecahkan masalah, kreatif, inovatif, dan berkomunikasi serta berkolaborasi. Selanjutnya para peserta didik dituntut memiliki kemampuan yang terampil menggunakan teknologi baik dalam mencari, mengelola, dan maupun menyampaikan informasi.
Era digital telah menghadirkan banyak aspek, alat, dan aplikasi yang berbeda untuk mendukung dan memberdayakan pendidik dan peserta didik dalam pembelajarannya. Tuntutannya guru harus memiliki karakteristik khas dari kompetensi digital yaitu memiliki kemampuan dalam menyatukan teori dan praktek, membuat dan berpikir, menumbuhkan kreativitas, permainan dan pemecahan masalah, mendorong partisipasi, kolaborasi, dan keterikatan peserta didik.
Profesionalitas Guru
Seorang guru dihadapkan pada tantangan yang nyata, dimana dia harus memiliki keterampilan dan sumber daya yang memadai untuk memahami perubahan karakteristik siswa seiring dengan perubahan zaman. Selain mengajar, guru juga diharapkan mampu beradaptasi dan menciptakan inovasi melalui kegiatan penelitian, serta memanfaatkan learning community seperti KKG atau MGMP dan sarana komunikasi lainnya untuk meningkatkan profesionalisme dalam mengajar.
Saat ini profesionalitas guru harus mengarah kepada peningkatan kualitas guru sesuai perkembangan era digital. Sejatinya guru profesional mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara otonom, penguasaan kompetensi secara komprehensif, dengan kemampuan intelektual yang tinggi.
Kompetensi guru harus dikembangkan secara terus menerus sepanjang hayat yaitu pertama kompetensi yang dijabarkan melalui empat rumpun kompetensi akademik terdiri dari: kemampuan mengenal peserta didik secara mendalam, kemampuan menguasai bidang studi, kemampuan menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, dan mengembangkan kemampuan profesional secara berkelanjutan.
Kedua, kompetensi profesional yang dijabarkan melalui empat kompetensi utama, terdiri dari kompetensi: kepribadian, pedagogik, sosial, dan professional. Dan kompetensi utuh guru tersebut dapat dibentuk dan dikembangkan secara bersama-sama melalui pendidikan atau pelatihan secara terprogram.
Sebelumnya Alang (2014), menyatakan lima ciri sosok guru masa depan, yaitu Pertama, Planner artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas. Kedua, Inovator artinya memiliki kemauan untuk melakukan pembaruan berkenaan dengan pola pembelajaran.
Ketiga, Motivator artinya guru masa depan mampu memiliki semangat untuk terus belajar. Keempat, Capable person artinya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai. Dan Kelima, Developer artinya guru mau terus mengembangkan diri.
Menjadi keharusan ditengah problematika guru saat ini, gairah atau passion dalam mendidik diperlukan oleh guru untuk membuat semangat dan rasa percaya diri selalu termotivasi dengan perubahan zaman yang semakin dinamis.
Guru yang hebat mampu menciptakan pendidikan yang lebih inklusif dan inspiratif, mampu memahami teknologi dan selalu menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif, terbuka dengan pemikiran baru, guru pun harus menjadi sosok yang digugu dan ditiru.
Guru harus menjadi role model bagi siswanya yang akan dicontoh. Mulai dari ucapan hingga tindakannya, yang mampu melahirkan generasi pemikir, mandiri, kritis, komunikator, kolaborator dan inovator.
***
*) Oleh : Asep Totoh, SE., MM., Dosen FEBI Ma’soem University dan Dosen Pascasarjana MBA Tel-U.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |