
TIMESINDONESIA, MALANG – Hari-hari ini pertengan bulan maret telah terjadi beberapa musibah ditanah air, diantaranya musibah yang menimpa saudara-saudara kita di daerah kabupaten Demak, Kudus dan sekitarnya yang mengalami musibah banjir karena luapan air atau jebolnya tanggul yang sampai hari ini telah menggenangi 11 kecamatan di kabupaten demak dan sekitarnya.
Di saat kita semuanya menghidupkan bulan suci ramadhan dengan senang, tenang, khusyu’, khidmat serta bisa menikmati hidangan buka puasa dengan nikmat dan bahagia, maka hal itu tidak berlaku kepada saudara-saudara kita yang tertimpa musibah, mereka harus berjuang untuk tetap melaksanakan puasa ramadhan dengan sabar, dengan penuh keterbatasan bahkan berada di pengusian karena rumah-rumah mereka tenggelam.
Advertisement
Kesabaran dan kekuatan saudara-saudara kita kaum muslimin untuk tetap melaksanakan perintah Allah SWT ditengah cobaan dan ujian patut kita teladani, ramadhan tahun ini adalah ujian terberat saudara-saudara kita masyarakat demak dan sekitarnya. Tapi yakinlah ujian dan musibah dari Allah SWT semata-mata untuk meninggikan derajat manusia disisi Allah SWT dan Bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran.
Bulan Ramadan adalah bulan kesabaran, ketika setiap muslim yang berpuasa dilatih untuk menahan diri. Karena makna puasa itu sendiri juga berarti menahan, yaitu menahan lapar dan haus serta tidak melakukan hubungan suami istri di siang hari. Maka terdapat kesamaan makna antara sabar dan puasa, yaitu menahan diri. Uniknya selain ada kesamaan makna, puasa akan menghasilkan sifat sabar.
Lebih luas lagi sabar berarti menahan diri dari sesuatu yang membebani, dan sikap sabar itu meliputi tiga ranah yaitu hati, akal, dan anggota badan.Sabar akan mencapai kesempurnaannya (shabrun jamilun) jika memenuhi tiga aspek kemanusiaan tersebut yaitu hati yang merespons dengan keridhaannya, akal menerima dengan pikiran positifnya dan anggota badan dengan tidak melakukan kezaliman atau ucapan yang menentang kehendak-Nya. Sabar juga menuntut ketepatan waktu yaitu dilakukan pada saat awal musibah itu menerpa, tersebut dalam riwayat: "Sesungguhnya sabar itu adalah di awal musibah" (HR Bukhari no.1283).
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Sabar merupakan pakaian atau hiasan bagi tiap muslim dan senyatanya musibah itu hanya bisa dihadapi dengan satu hal, yaitu sabar. Seseorang yang terluka karena musibah, baik bersabar ataupun tidak, tetaplah terluka, namun ada perbedaan nilai pada orang yang sabar dengan yang tidak sabar, yaitu kebersamaan Allah SWT terhadap orang-orang yang sabar dan memberinya pahala, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas" (Az Zumar: 10).
Puasa Ramadan sesungguhnya lebih dari sekadar melaksanakan kewajiban rukun Islam yang keempat. Karena di dalamnya terkandung hikmah penempaan diri dalam menguasai hawa nafsu. Puasa atau shiyâm secara bahasa bermakna imsâk yang berarti ‘menahan’. Melalui persiapan ruhani yang matang, kita diharapkan bisa menahan gejolak nafsu yang mungkin menyenangkan tapi sebetulnya menjerumuskan.
Ramadan adalah momentum utama untuk kita menata diri, baik secara mental, ruhani dan jasmani. Puasa Ramadan, merupakan amalan yang jasmaniah membuat tubuh menjadi sehat dan jiwa kita juga demikian. Menjaga kestabilan ruhani dan jasmani ini dilatih selama Ramadan sehingga nanti umat Islam mampu menapaki kehidupan lebih baik lagi. Yang paling utama, yakni menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa.
Dalam situasi ujian dan musibah saudara saudara kita kabupaten demak dan sekitarnya, maka makna puasa dimaknai sebagai ujian kesabaran dalam menghadapi musibah. Sikap sabar merupakan sifat luhur yang mengandung makna menerima dengan lapang dada apa yang diberikan oleh Allah dengan tetap melakukan ikhtiar.
Bagi kalangan orang yang beriman, musibah memiliki banyak faedah, manfaat, maupun hikmah yang terkandung di dalamnya. Dalam kitab Fawaidul Balwa wal Mihan, Syekh Izzuddin menuliskan faedah-faedah kesabaran. “Ketahuilah dalam setiap berbagai musibah, cobaan, ujian, dan bencana yang menimpa manusia terdapat beragam faedah, manfaat atau hikmah yang disesuaikan dengan kedudukan dan derajat manusia di hadapan Allah SWT,” tulis Syekh Izzuddin dalam prolog kitab tersebut.
Beberapa mutiara hikmah dibalik musibah itu yakni mendorong manusia mengetahui akan kekuasaan dan kehendak Allah SWT. Kedua, mengetahui rendah dan hinanya kedudukan seorang hamba. Sebagaimana firman Allah SWT. “(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali,” (QS Al Baqarah: 156).
Syekh Izzuddin menjelasakan dalam diri manusia itu ada dua sifat yang Allah cintai, yakni sabar dan tidak tergesa-gesa. Perbedaan derajat kesabaran karena perbedaan musibah-musibah yang dialami baik musibah kecil maupun besar. Semoga saja puasa Ramadan tahun ini, di tengah situasi ujian dan musibah saudara saudara kita kabupaten demak dan sekitarnya, bisa meningkat derajat ketakwaan dan juga tingkat kesabarannya sehingga Allah akan mengangkat derajat manusia yang lulus ujian Allah SWT. Musibah sebagai kafarat atau penebus dosa.
Dalam riwayat disebutkan, “Tiada henti-hentinya bala' (bencana) yang menimpa seorang mukmin laki-laki maupun perempuan, baik mengenai dirinya atau sanak keluarganya atau harta kekayaanya hingga menghadap Allah sudah bersih dari dosanya.” (HR Tirmidzi). Kadangkala di balik musibah terdapat hikmah agama, agar agama seseorang menjadi lebih baik, dan ada hikmah ilmu pengetahuan agar manusia mengerti tentang sifat atau perilaku alam dan lingkungannya. ***
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |