
TIMESINDONESIA, CIREBON – Pada penghujung Bulan suci ramadan 1445H merupakan bulan suci nan mulia yang mengandung banyak rahmah (kasih sayang), barokah dan ampunan (maghfiroh) dari Allah SWT. Pada bulan ini umat Islam diwajibkan berpuasa selama satu bulan penuh sebagai pemenuhan dalam menjalankan rukun Islam.
Karena itu, sangat disayangkan bila bulan ramadan ini dilewatkan begitu saja tanpa menjalankan kewajiban ibadah seperti puasa, sholat tarawih dan witir, sholat malam serta banyak membaca Al-Quran di malam hari. Maka dari itu, semua perintah itu harus dijalankan oleh umat Islam untuk memperoleh pahala dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Advertisement
Dalam Islam, puasa disebut juga Shaum yang bersifat wajib dilakukan pada bulan ramadan selama satu bulan penuh dan ditutup dengan Hari Raya Idhul Fitri, Puasa yakni menahan diri dari makan dan minum dan dari segala perbuatan yang boleh membatalkan puasa seperti perbuatan-perbuatan yang tidak baik termasuk dalam perkataan, tidak bertengkar, menjaga pola pikir, hawa nafsu, dan juga untuk melatih kesabaran, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat. Sesuai perintah dalam kitab suci Al-Quran puasa juga menolong menanam sikap yang baik.
Sementara itu, puasa juga mengandung makna bahwa umat Islam ini harus mampu menahan diri dari lapar dan haus, yang juga berarti harus memiliki sebuah makna bahwa umat Islam juga harus berlaku sabar. Kesabaran merupakan faktor penting dan kunci sukses dalam menjalankan ritual ibadah puasa di bulan ramadhan ini, begitu juga dengan sifat sabar sehingga Nabi Muhammad bersabda : “Sabar merupakan separuh dari keimanan”. Umat Islam yang tidak mampu bersabar berarti separuh keimanan telah hilang.
Dalam konteks kebangsaan pasca pilpres 2024, puasa bagi elite politik ini memiliki nilai-nilai keutamaan yakni bahwa sebagai elite politik yang kaya akan harta benda. Pada bulan suci ramadan ini. Para elite politik sudah seharusnya menyantuni kaum fakir miskin serta anak yatim piatu yang membutuhkan pertolongan dalam menjalankan ibadah puasa. Sehingga melalui cara tersebut, pejabat elite politik bisa mendapatkan pahala dan ampunan dari Allah swt.
Selain itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan pemerintah, pejabat negara serta elite politik dalam menjalankan puasa kebangsaan. Pertama, pejabat negara dan elite politik sudah seharusnya berpuasa untuk memiliki perilaku yang baik, etika, kejujuran dalam menjalankan amanah tugas yang dijabatnya dalam sistem pemerintahan.
Kedua, pemerintah dan pejabat negara juga harus berpuasa untuk tidak menaikkan harga sembako, seperti beras, tepung terigu, minyak goreng, sayur-sayuran, daging ayam dan kambing, wortel, brambang dan lain-lain. Yang sebenarnya kenaikkan harga sembako itu jelas akan menimbulkan penderitaan masyarakat muslim dalam menjalankan ibadah puasa, Sehingga menyebabkan ibu-ibu rumah tangga ketika melakukan puasa, sholat tarawih dan witir kurang khusuk.
Ketiga, para pejabat negara, elite politik sudah semestinya mampu berpuasa selama-lamanya untuk tidak melakukan korupsi anggaran uang negara dan daerah. Padahal, perilaku korupsi itu jelas akan berakibat negatif terhadap kondisi masyarakat Islam dan bangsa Indonesia. Dengan indikasi semakin meningkatnya jumlah angka kemiskinan dan pengangguran. Korupsi sendiri dalam agama sangat dilarang dan perilaku korupsi itu sangat dibenci oleh Allah SWT.
Sungguh betapa mahal harga sebuah kejujuran hingga suatu saat Nabi Muhammad SAW pernah didatangi seorang pencuri kelas kakap (koruptor) dan memohon untuk diajari tentang Islam. Lalu Nabi memberi saran untuk menghentikkan kebiasaan mencurinya (korupsinya) dan selalu bersikap jujur. Alangkah indah dan sejahteranya kehidupan sosial jika umat Islam selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Tentu tidak akan ada lagi korupsi di negara Indonesia.
Keempat, para elite politik yang duduk dalam struktur pemerintahan dan pengurus partai politik. Pada bulan ramadhan ini mereka harus berpuasa juga dari syahwat politik untuk tidak melakukan manuver-manuver politiknya. Sebab apa, politik di era sekarang ini dipahami oleh masyarakat awam sebagai tindakan yang kotor, intrik-intrik dan penuh kecurangan. Karena itu, pada bulan ramadhan ini aktivitas politik itu perlu direduksi untuk menjaga nila-nilai kesucian di bulan yang penuh barakah dan hidayah dari Allah SWT.
Kita berharap kepada semua pejabat pemerintah pusat dan daerah bisa sadar, bahwa korupsi sesungguhnya akan membawa kehancuran dan keterpurukan bangsa Indonesia. Hal itu terbukti dengan masih banyaknya angka kemiskinan, bencana tabung gas elpiji, angka pengangguran. Karena itu, dengan ibadah puasa di bulan ramadan ini sudah semestinya umat Islam mampu mengimplementasikan sifat-sifat kejujuran kapan saja dan di mana saja dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
Dengan demikian, pemerintah, pejabat negara dan daerah serta elite politik pada bulan ramadan 1445 H ini perlu mengedepankan nilai-nilai puasa kebangsaan, di mana mereka tidak hanya melakukan ritual ibadah di bulan suci ramadhan. Akan tetapi, mereka harus mampu mewujudkan nilai-nilai ibadah puasa ke dalam konteks sosial kehidupan bermasyarakat, yakni dengan selalu memperhatikan kondisi kehidupan umat Islam yang mengalami kemiskinan, pengangguran dan penderitaan karena dilanda berbagai persoalan kebangsaan yang tak pernah kunjung usai.
***
*) Oleh : Syahrul Kirom, Dosen Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rizal Dani |