
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Pada tahun 2020, saya mewakili Gerakan Islam Cinta (GIC) menghadiri undangan Focus Group Discussion (FGD) di Jakarta untuk berdiskusi membahas problematika ujaran kebencian (hate speech) yang marak terjadi di masyarakat kita. Masing-masing peserta diskusi, menyampaikan pemikiran dan pandangan mereka terkait hal tersebut di berbagai sektor. Khusus GIC, menyampaikan perihal hate speech yang kerap terjadi di rumah ibadah, termasuk di Masjid.
Hal ini, menjadi penting untuk diungkap oleh GIC, selain fenomena tersebut kerap diunggah, terlebih sejak tahun 2018 data terkait fakta tersebut sudah banyak diungkap oleh beberapa lembaga riset keagamaan, sebut saja Lembaga P3M NU sebagaimana diberitakan oleh Tempo, bahwa ujaran kebencian (hate speech) dominasi mimbar masjid, yaitu sebanyak 41 masjid dilingkungan pemerintah terpapar radikalisme.
Advertisement
Ujaran kebencian mendominasi topik yang paling banyak dibicarakan di masjid-masjid dengan persentase mencapai 73,6 persen. Sementara, di tahun sebelumnya, 2017 BNPT menemukan setidaknya ada sekitar 3047 masjid di Jakarta yang masih memberikan ujaran kebencian. Sebanyak 60 persen atau sekitar 9000 khatib dari masjid-masjid tersebut masih memberikan ceramah seputar agama yang tak mendamaikan.
Menjawab atas keresahan tersebut, GIC menyusun sebuah konsep disebut “Masjid Kita, Masjid Ramah” yang meliputi Masjid Kita: Ramah Lingkungan; Ramah Anak dan Perempuan; Ramah Lansia; Ramah Dhuafa dan Musafir; Masjid Kita, Menyejukan dan inspiratif (Ramah Keberagaman). Konsep tersebut baru mulai dilaksanakan pasca pandemi Covid-19 di tahun 2022 bersama segenap tim pelaksana dengan Kementerian Agama sampai dengan sekarang ini.
Gagasan Masjid Ramah atau bisa disebut Rahmah yang berarti Compassion atau Belas Kasih diluncurkan agar Masjid dapat menjadi tempat yang tidak hanya berfungsi untuk ibadah ilahiah tetapi menjadi tempat untuk ibadah muamalah yang memperhatikan kelima poin keramahan tersebut. Dan dalam proses pelaksanaannya, GIC juga melibatkan para Da’i Muda terpilih dari alumni Akademi Digital untuk Da’i Muda (ADDeM) diantaranya; Ustaz Nazar Ichwanuddin, Ustaz Firman Al amin, Ustaz Syaikhul Islam, Ustazah Siti Lutfi Latifah, Ustazah Halimatus Sya’diah, dan Ustazah Zahiratul Ahla Syah Fitri, yang sejak tahun 2021 telah diberikan pelatihan dan pendampingan oleh tim GIC, PeaceGen dan PPIM UIN Jakarta, upaya tersebut sebagai bentuk tindak lanjut sekaligus pengabdian para Da’i Muda kepada masyarakat khususnya di bidang kemasjidan.
Da’i Muda terpilih mendapatkan kesempatan menjadi mentor sejak pra-pelatihan hingga pelaksanaan berlangsung, bahkan sampai dengan pasca pelatihan pun mereka tetap saling keep in touch bersama anggota kelompok mereka masing-masing. Dalam program tersebut para Da’i Muda terpilih telah berkesempatan bertemu dengan 172 Takmir Masjid dari 164 Masjid di 68 Kota dan 5 Provinsi Indonesia. Sebuah pengalaman perjalanan dakwah mereka yang akan terus diingat dan dikenang sepanjang hayat, seperti yang dikatakan Ustazah Siti Lutfi Latifah “GIC selalu memberikan petualangan baru dan seru, perjalanan ini akan selalu diingat, tak terlupakan”.
Ramadan Keliling "Dari Masjid Ke Masjid"
Dalam pelaksanaan ibadah Ramadan 1445 hijriah yang baru saja dijalankan, saya berkesempatan melaksanakannya dengan berkeliling dari masjid ke masjid. Beberapa masjid yang saya kunjungi; Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan, Masjid At-Thohir Cimanggis Depok, Masjid Bayt Al-Quran Tangerang Selatan, Masjid Ar-Rohmat Tangerang Selatan, Masjid Sunda Kelapa Jakarta Pusat, Masjid Cut Meutia Jakarta Pusat, Masjid Al-Bina GBK Jakarta Pusat, Masjid Istiqlal Jakarta Pusat, Masjid Al-Azhar Jakarta Selatan, Masjid Al-Hidayah Tangerang, dan Masjid Raya Cinere Depok.
Selain berkunjung untuk melaksanakan ibadah Ramadan, seperti shalat rawatib, dzikir, kajian, iftar, tarawih, witir dan i’tikaf, dalam kesempatan itu juga saya gunakan untuk melihat sekaligus mengamati akan keramahannya. Diantara masjid tersebut, memiliki kekhasan masing-masing, diantara lima komponen keramahan yang diterbitkan Kemenag, baru Masjid istiqlal saja yang memenuhi kriteria Masjid Ramah secara menyeluruh, sedangkan yang lainnya hanya satu, dua atau tiga komponen saja yang memenuhi kriteria Masjid Ramah.
Meskipun demikian, masjid-masjid tersebut telah konsisten menjalankan prinsip keramahan sekalipun belum menyeluruh, sebut saja Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan, yang layak disebut Masjid Ramah Dhuafa dan Musafir, karena sejak lama menyelenggarakan manajemen penyaluran macam-macam zakat kepada para mustahiq ataupun jamaahnya yang membutuhkan. Kemudian Masjid Bayt Al-Quran yang sejak awal pendiriannya sudah menerapkan konsep keramahan terhadap lingkungan dan difabel.
Begitu juga dengan Masjid Sunda Kelapa yang layak disebut sebagai masjid menyejukkan dan inspiratif dengan konsep keramahannya terhadap keberagaman. Dalam rangkaian Ibadah Ramadan tahun ini, bersama Ricma (Remaja Islam Masjid Cut Meutia) dan Warta Jazz, GIC terlibat dalam penyelenggaraan Ramadhan Jazz Festival (RJF).
Belajar Keramahan terhadap Gen Z dari Masjid Cut Meutia
RJF kembali digelar dalam rangkaian Ramadhan Bulan Cinta selama dua malam berturut-turut; 29-30 Maret 2024, di Pelataran Masjid Cut Meutia yang sebagian besar diikuti oleh kalangan Gen Z. Tahun ini, fee tiket RJF didonasikan untuk saudara kita di Palestina dan kemakmuran Masjid Cut Meutia.
Lebih dari satu dasawarsa, Masjid Cut Meutia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Ramadan Jazz Festival (RJF), setiap tahun, RJF diselenggarakan secara meriah dan dipenuhi para bintang Jazz, di tahun ini, pada hari pertama menghadirkan Maliq & D’Essentials, Salma Salsabil, Ecoutez, Alfie Alfandy, dan Bilal Indrajaya. Kemudian pada hari kedua menghadirkan Dwiki Dharmawan ft Iwan Abdie & Fakhri Violin, Nadhif Basalamah, The Groove ft Tiara Effendy, dan Marcell Siahaan. Penampilan mereka mendapat antusiasme yang luar biasa dari lebih dari 2000-an penonton yang rata-rata anak muda.
Kegiatan yang membawa pesan cinta dan kedamaian sebagaimana telah disebutkan dalam opini sebelumnya, bukan hanya ajang pertunjukan seni saja, melainkan cara kreatif yang dilakukan Gen Z dalam upaya mereka untuk memakmurkan masjid. Selain pertunjukan seni, mereka juga melibatkan beragam UMKM terutama kuliner yang menyajikan makanan dan minuman untuk berbuka puasa.
Masjid Cut Meutia, memiliki bangunan yang khas, bangunan bekas sejarah peninggalan belanda ini tidak hanya menjadi tempat ibadah ilahiah saja melainkan juga menjadi salah satu rumah ibadah berbasis cagar budaya dan destinasi wisata religi di Jakarta. Masjid Cut Meutia, sejak lama dikelola secara inklusif oleh para takmirnya. Menjadi basecamp bagi kalangan muda yang ingin belajar Islam dengan fun dan memberikan ruang dan peluang bagi mereka untuk berkolaborasi dengan para takmir masjid yang hampir didominasi oleh kalangan Gen X untuk memakmurkan masjid.
Di Indonesia, jumlah masjid terbilang sangat banyak, ada sekitar 800.000 an Masjid, menurut data yang masuk pada aplikasi Sistem Informasi Masjid (SIMAS) Kementerian Agama, ada 295.273 masjid dan 359.001 musala di seantero negeri. Namun tidak banyak Masjid yang cukup efektif dalam membina kelompok Gen Z, padahal hampir semua Masjid punya himpunan atau ikatan remaja masjid.
Kedepan, kita berharap Masjid di Indonesia tidak hanya berorientasi pada pembangunan fisiknya saja melainkan juga pada kemakmurannya. Sehingga dari Masjid, sekali lagi, saya dapat sampaikan, terbuka ruang pemberdayaan yang ramah bagi Gen Z sehingga mereka dapat menjadi agen perdamaian Islam yang membawa misi mulia kebangsaan di masa kini dan masa depan.
***
*) Oleh : Eddy Aqdhiwijaya, Ketua Gerakan Islam Cinta (GIC)
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id.
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rizal Dani |