Kopi TIMES

Hari Kebangkitan Nasional 2024: Menjadi Warga Bangsa yang Cerdas dan Bijaksana

Senin, 20 Mei 2024 - 17:21 | 32.98k
HM Basori M.Si, Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocasy.
HM Basori M.Si, Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocasy.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kita semua patut bersyukur hidup di Indonesia, sebuah negeri yang subur dan makmur, memiliki suasana yang damai, apa yang kita butuhkan semua ada di negeri ini. Nenek moyang kita telah mewarisi sumber daya alam yang utuh untuk anak cucu kita, hingga saat ini kita tidak merasa kekurangan dibandingkan dengan negara lain. 

Rasa kebersamaan dan toleransi menjadi bagian yang  tak terpisahkan dari jiwa warga bangsa yang majemuk. Semua dibangun atas kesadaran berbangsa dan bernegara sejak negara ini diperjuangkan oleh para pendahulu kita. 

Advertisement

Kekayaan  yang kita miliki, kebersamaan dan toleransi yang bagus tersebut, pelan pelan telah mulai pudar bersamaan dengan kemajuan teknologi, ekonomi, sosial dan budaya. Secara umum problematika  bangsa Indonesia saat ini adalah kemiskinan yang masih tinggi, literasi digital yang masih rendah, kasus kekerasan dan fanatisme kelompok atau golongan intoleran, tingkat stunting yang masih tinggi, pengelolaan sumber Daya alam yang kurang profesional, KKN yang semakin menggila dan rasa Nasionalisme sebagai warga bangsa yang semakin menipis. 

Dari semua problematika yang ada di atas, sudah banyak orang yang menyadari dan merasakan, namun semua merasa bingung dari mana semua problematika tersebut mulai di urai. Namun semua sepakat, berubahnya perilaku masyarakat tersebut buah dari dibukanya kran kebebasan warga bangsa untuk mengekspresikan Pikiran dan gagasannya saat reformasi digulirkan sejak tahun 1998. 

Kebijakan Politik yang Salah 

Reformasi telah memberikan ruang yang sangat luas pada masyarakat untuk melakukan sesuatu yang dianggap penting dan bermanfaat tapi tidak disediakan aturan yang membersamainya. Rakyat Indonesia cerdas cerdas, namun kecerdasan tersebut tidak disertai dengan sebuah sikap yang mengilhami hati dan pikirin yang arif dan bijaksana. 

Kebijakan politik dan perubahan perilaku politik para pemimpin bangsa ini memiliki Andil yang besar dalam perubahan sikap masyarakat. Hal tersebut dapat kita lihat dari keluarnya produk hukum yang tidak mencerminkan norma sosial, agama dan adat istiadat, sehingga produk tersebut tidak mampu menjadi solusi jalan tengah terhadap masalah bangsa. Banyak kebijakan politik yang melampaui ambang batas norma, perilaku politisi dan pejabat yang korup akibat cost biaya politik tinggi sehingga melahirkan aparatur yang tidak memiliki hati nurani yang baik. 

Menjadi warga bangsa yang cerdas harus  kita mulai dari sekarang dengan merubah paket UU tentang Politik dan Pendidikan. Bukti telah bicara, ketika Paket UU Politik (khususnya paket UU Pemilu) yang mengatur tentang rekruitmen pemimpin Nasional yang syarat terhadap KKN, akhirnya memberikan pendidikan yang salah pada bangsa ini. Disisi lain, kebijakan bidang pendidikan yang lebih mengejar kecerdasan dari pada etika dan akhlaq membuat output peserta didik pandai tetapi tidak punya hati nurani. 

Moral sebagai penuntun hidup manusia harus dibangun dengan baik agar rasa saling menghormati, saling menghargai  dan bagaimana hidup bersama dilakukan dengan benar. Nilai luhur berupa adat istiadat yang mampu membuat orang memiliki kepribadian dihapus untuk memaksimal hasil pendidikan yang mendorong kecerdasan ansih. 

Mengokohkan Rasa Nasionalisme 

Arus globalisasi di semua lini kehidupan telah menghasilkan manusia yang malas, apatis terhadap masalah, kepedulian rendah dan individualis. Generasi muda Indonesia telah kehilangan nilai luhur perjuangan bangsa dalam  mewujudkan kemerdekaan yang mengorbankan jiwa dan raga. Generasi muda melihat enaknya menjadi warga negara yang serba mudah, bahkan menjadikan IT sebagai barang baru yang dia dewakan. 

Sikap dan kepedulian yang jelek di atas berdampak besar terhadap stabilitas keamanan Nasional dan Ketahanan Nasional. Sebagai warga negara harus memiliki kepedulian untuk mengokohkan stabilitas nasional dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki, mengokohkan persatuan dan kesatuan, rasa cinta tanah air dengan cara melakukan sesuatu yang bertanggungjawab demi keselamatan bangsa dan berfikir jangka panjang atas apa yang dilakukan tidak profit oriented yang dipikir. 

Perang masa kini yang terjadi dan perlu diwaspadai oleh Indonesia salah satunya adalah Perang Proxy (Proxy War). Proxy War tidak melalui kekuatan militer, tetapi perang melalui berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka kita semua harus memahami dan mengantisipasi sejak dini bahaya besar tersebut agar Indonesia tetap Jaya

Menjadi Warga Negara yang Bijaksana 

Melihat tantangan masa depan yang sangat besar, persatuan, kesatuan, kepedulian dan semangat merupakan senjata yang semangat kita butuhkan. Gesekan politik dan sosial yang melahirkan kesenjangan di tataran elit maupun masyarakat harus tetap diantisipasi sejak dini. Persaingan dan kompetisi politik tidak boleh mengorbankan persatuan dan kesatuan bangsa. 

Maka sikap bijaksana dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus terus kita ciptakan. Menahan diri terhadap rasa emosi yang muncul harus diredam sejak dini, apalagi emosi tersebut membahayakan keutuhan NKRI. Kebebasan berpendapat harus dilakukan dengan penuh tanggungjawab. Bebas bukan berarti semaunya sendiri melakukan sesuatu yang di inginkan, tetapi tetap menjaga resiko yang membahayakan keutuhan NKRI.

Perilaku bijaksana para pemimpin dan pejabat sangat diperlukan, karena apa yang dilakukan oleh pejabat akan diikuti oleh rakyatnya. Untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara, semua komponen bangsa harus bersikap arif dan bijaksana. Kita semua mengintai NKRI dengan cara kita masing masing dan selalu ingat bagaimana para pahlawan kemerdekaan mewujudkan kemerdekaan negeri ini dengan darah dan nyawanya.

Selamat Hari Kebangkitan Nasional 2024
Bangkit Untuk Indonesia Emas!

***

*) Oleh : HM Basori M.Si, Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocasy

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES