Kopi TIMES

Makna Qurban Dalam Perspektif Kemanusiaan

Selasa, 11 Juni 2024 - 13:06 | 20.47k
Oleh: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Oleh: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Ibadah qurban merupakan salah satu praktik agama yang memiliki kedalaman makna dan filosofi yang sangat penting dalam Islam. Dilaksanakan setiap tahun pada hari raya Idul Adha, qurban memiliki relevansi yang besar baik dari perspektif keagamaan maupun kemanusiaan.

Kata qurban itu berasal dari bahasa Arab qaraba-yuqaribu-qurbanan-qaribun, yang artinya dekat. Dengan begitu, sahabat karib berarti teman dekat. Makna kurban dalam istilah di sini berarti kita berusaha menyingkirkan hal-hal yang dapat menghalangi upaya mendekatkan diri kita pada Allah SWT. Penghalang mendekatkan itu adalah berhala dalam berbagai bentuknya, seperti ego, nafsu, cinta kekuasaan, cinta harta-benda dan lain-lainnya secara berlebihan.

Advertisement

Dalam konteks Idhul Adha, pesan mendasar dalam perintah tersebut adalah agar manusia tidak sesat dalam menjalani hidup. Untuk itu, harus selalu menjalin kedekatan dengan Allah SWT. dan merasakan kebersamaan dengan-Nya setiap saat.

Karena manusia mudah sekali teperdaya oleh kenikmatan sesaat yang dijumpai dalam perjalanan hidupnya, maka Allah memberikan metode dan bimbingan untuk selalu melihat kompas kehidupan berupa salat dan zikir agar kapal kehidupan tidak salah arah.  Dalam tafsir faktual, "mengorbankan nyawa anak" bisa digolongkan sebagai kejahatan kemanusiaan. Namun kiranya terlalu pagi untuk mengatakan bahwa perbuatan Nabi Ibrahim "mengorbankan anaknya" itu keliru sehingga riskan memantik asumsi apabila Tuhanlah yang menghendaki perbuatan keji tersebut.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Qurban dari perspektif kemanusiaan, ibadah qurban memiliki nilai-nilai sosial yang besar. Praktik qurban tidak hanya mengajarkan tentang pengorbanan kepada Allah, tetapi juga tentang solidaritas dan kepedulian terhadap sesama. Daging qurban dibagikan kepada mereka yang membutuhkan sebagai bentuk berbagi rezeki dan peduli terhadap orang-orang yang kurang beruntung. Hal ini mencerminkan ajaran Islam tentang pentingnya membantu mereka yang membutuhkan, memperkuat tali persaudaraan, dan membangun masyarakat yang lebih adil dan berempati.

Selain itu, qurban juga menjadi sarana untuk mempererat hubungan sosial antar individu dan komunitas. Proses pemilihan dan penyembelihan hewan qurban, serta pembagian daging kepada sesama, memperkuat tali persaudaraan dan kebersamaan dalam masyarakat Muslim. Praktik ini menciptakan ikatan yang kuat antara individu-individu dalam komunitas Muslim, serta mengajarkan pentingnya saling berbagi dan peduli terhadap kesejahteraan bersama.

Dengan mempertimbangkan kedua perspektif ini, menjadi jelas mengapa qurban harus dilaksanakan. Dari perspektif keagamaan, qurban merupakan wujud ketaatan kepada perintah Allah SWT dan mengikuti jejak nabi Ibrahim AS. Dari perspektif kemanusiaan, qurban merupakan bentuk solidaritas dan kepedulian terhadap sesama, serta sarana untuk mempererat hubungan sosial dalam masyarakat Muslim.

Dari sisi kemanusiaan, dalam hal ini ajaran kurban memberikan pesan kepada kita semua bahwa sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat hidupnya bagi sesama. Kebermanfaatan itu tentu saja merupakan dimensi sosial dalam beragama. Ajaran kurban dengan jalan menyembelih hewan ternak dan membagi-bagikannya kepada kaum yang berhak merupakan ajaran luhur soal bagaimana berbagi dan menghargai kemanusiaan.

Pesan ini sangat kuat dan penting untuk direnungkan di tengah gejala kehidupan yang sangat tak menghargai kemanusiaan akhir-akhir ini. Saat dunia diliputi dengan pelbagai pandangan hidup yang negatif seperti individualisme dan premanisme. Makna ajaran kurban menjadi penawar dengan ajaran kemanusiaan dan indahnya berbagi terhadap sesama. Saat ini kita berhadapan dan berkuban dalam kehidupan yang hitam putih. Kebenaran harus selalu memakan korban. Orang menjadi benar dengan cara menempatkan pihak lain yang di seberangnya sebagai pihak yang salah, selalu salah, dan bila perlu harus salah. Kebenaran harus dibangun di atas kesalahan pihak lain yang tidak berada satu posisi dengan kita. Demikianlah kenyataannya.

Dalam kesimpulan, ibadah qurban memiliki relevansi yang besar baik dari perspektif keagamaan maupun kemanusiaan. Penting bagi umat Muslim untuk melaksanakan qurban dengan penuh kesadaran akan makna dan filosofi di baliknya, serta dengan semangat pengorbanan, kesetiaan, solidaritas, dan kepedulian terhadap sesama. Dengan demikian, ibadah qurban tidak hanya menjadi kewajiban agama, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkuat iman, mempererat hubungan sosial, dan meningkatkan kesejahteraan bersama dalam masyarakat Muslim. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES