Kopi TIMES

Teknologi Kekinian dan Efisiensi Teknis Pertanian

Senin, 24 Juni 2024 - 17:30 | 18.27k
Fadli Hafizulhaq, Dosen di Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas
Fadli Hafizulhaq, Dosen di Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PADANG – Seiring berkembangnya zaman dan bertambahnya penduduk bumi, kebutuhan manusia pun terus berkembang. Dari sekolah kita tahu bahwa ada 3 kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, dan papan. Ketiganya harus dipenuhi secara seimbang agar manusia bisa mendapatkan penghidupan yang layak.

Namun meskipun demikian, tidak jarang salah satu kebutuhan dasar di atas menjadi sebab terganggunya kebutuhan lainnya. Sebagai contoh, bertambahnya permintaan manusia terhadap papan atau tempat tinggal menjadikan lahan pertanian untuk memproduksi pangan jadi berkurang. Sebuah lembaga Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yaitu Food and Agriculture Organization (FAO) bahkan menilai peningkatan kebutuhan manusia akan tempat tinggal dapat memicu kekurangan bahan pangan di tahun 2050 nanti.

Advertisement

Logikanya sederhana, jika lahan pertanian semakin sedikit karena telah banyak yang dikonversi, tentu produksi bahan pangan menjadi menurun. Lalu, apakah ada kemungkinan lahan yang sempit dioptimalkan agar produktivitasnya meningkat?

Secara umum, ukuran lahan memang berbanding lurus dengan produktivitas pertanian. Sebuah studi yang bertajuk "Productivity and efficiency in Czech agriculture: Does farm size matter?" yang dipublikasikan di jurnal Agricultural Economics mengungkapkan bahwa pertanian kecil di Ceko tertinggal dari pertanian besar dalam produktivitas dan efisiensi teknis. Studi tersebut sebenarnya mewakili kondisi yang sama di belahan dunia yang lain.

Efisiensi teknis sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan sebuah usaha tani untuk menggunakan input-input minimum untuk menghasilkan output yang maksimum. Konsep ini berbicara tentang bagaimana pelaku usaha tani, dalam hal ini petani, dapat menggunakan sumber daya dengan seirit mungkin namun dapat menghasilkan dengan sebanyak mungkin.

Persoalan teknis menjadi persoalan besar yang dihadapi oleh pertanian kecil. Namun jika kita perlu menjawab pertanyaan sebelumnya, jawaban optimisnya adalah lahan yang sempit dapat dioptimalkan produktivitasnya dengan pendekatan teknologi pengolahan lahan dan teknologi pertanian lainnya. Gampangnya, penerapan teknologi dapat meningkatkan efisiensi teknis pertanian.

Rehman, dkk., (2017) dalam publikasi berjudul "Modern Agricultural Technology Adoption its Importance, Role and Usage for the Improvement of Agriculture" mengungkapkan bahwa motivasi penerapan teknologi pada lahan pertanian adalah untuk mendapatkan jumlah produksi tertinggi yang memungkinkan. Hal ini didasarkan pada bagaimana teknologi membuat proses produksi menjadi lebih optimal.

Proses penerapan teknologi ini bisa dimulai dengan petani yang mendalami literatur melalui media internet sebelum melakukan penanaman. Saat petani memiliki literasi yang cukup, tentu mereka bisa tahu berapa jarak tanam minimal antara satu tanaman dengan tanaman lainnya. Ujungnya adalah petani bisa tahu berapa jumlah maksimal tanaman di lahan tanpa mengurangi kualitas produk yang akan dihasilkannya.

Teknologi juga dapat membantu pelaku usaha tani untuk dapat mengoptimalkan sumber daya air pada kegiatan irigasi. Faktanya, tidak semua tanaman membutuhkan air yang melimpah. Berbagai metode irigasi dapat dipertimbangkan untuk memberikan air yang tepat pada tanaman. Sebagai contoh, irigasi tetes dapat dipilih untuk penghematan air karena teknik ini memungkinkan air dapat langsung sampai ke akar tanaman.

Pendekatan-pendekatan dengan teknologi digital juga dapat diadopsi dalam rangka meningkatkan efisiensi teknis suatu lahan pertanian. Saat ini penggunaan berbagai macam sensor sudah menjadi hal yang lumrah pada praktek pertanian. Manfaat dari sensor-sensor tersebut adalah untuk mendapatkan data-data yang sangat berguna pada pengelolaan lahan. Data-data tadi dapat diolah menjadi pengetahuan yang menjadi dasar untuk pembuatan keputusan.

Penggunaan sumber daya manusia juga dapat ditekan dengan pengadopsian sistem otomatis dan Internet of Things (IoT). Petani dapat memantau lahan pertanian kapan saja dan dari mana saja sehingga tidak harus selalu mengunjungi lahan pertanian mereka.

Selain itu, melalui IoT dan sistem otomatis, petani juga dapat memberikan aksi tertentu seperti menghidupkan dan mematikan sistem irigasi dan sebagainya. Hal-hal di atas diharapkan dapat meminimalisir penggunaan input-input selama proses produksi sehingga efisiensi teknis pertanian dapat ditingkatkan. 

***

*) Oleh : Fadli Hafizulhaq, Dosen di Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES