Kopi TIMES

Realisasi Indonesia Emas Harus Dimulai dari Desa

Selasa, 25 Juni 2024 - 13:28 | 30.46k
Rizky Ridho Pratomo, Volunteer Enthusiast dan Content Writer
Rizky Ridho Pratomo, Volunteer Enthusiast dan Content Writer
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Perayaan Idul Adha tahun ini membuat saya semakin skeptis dengan gagasan Indonesia Emas. Sehari sebelum Hari Raya Idul Adha, saya mengikuti program dari Sekolah Relawan yang mengajak relawan untuk pergi ke Kampung Babakan, Desa Warga Jaya, Cigudeg, Jawa Barat, dan merayakan Idul Adha bersama warga. 

Sampai disana, saya mengetahui fakta yang membuat hati saya terenyuh: sudah beberapa tahun tidak ada pemotongan di Kampung Babakan. “Bagaimana bisa ada kampung yang kondisinya seperti itu?” pikir saya.  

Advertisement

Saya mendapatkan jawabannya setelah berbincang dengan beberapa warga. Penduduk di Kampung Babakan sebagian besar bekerja sebagai kuli kayu. Ada juga warga yang mencoba peruntungannya menjadi penjual roti dan penjual kebab. Beberapa warga juga ada yang menjadi tukang ojek. Selain itu, dari penuturan beberapa warga setempat, banyak anak putus sekolah, dan mereka juga tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan oleh dunia industri. 

Kesimpulannya adalah warga disana bergaji rendah dan penghasilannya tidak menentu. Sehingga warga setempat hanya memikirkan bagaimana bertahan hidup di keesokan harinya. Ironis melihat bahwa di tengah masifnya gaung Indonesia Emas, ada satu kampung yang tidak rutin melakukan pemotongan hewan kurban. 

Ketika membagikan daging kurban ke beberapa warga, rasa haru dan bahagia saya rasakan ketika melihat warga tersenyum. Beberapa warga bersyukur setelah vakum tidak mendapatkan daging kurban. Bahkan ada yang baru pertama kali dapat daging kurban! Kemudian, semua relawan makan bersama dengan warga. 

Suasana yang guyub ditambah santapan lezat masakan Chef Steby membuat hari itu menjadi salah satu hari yang tidak akan saya lupakan. Akan tetapi, saya bertanya dalam hati, “Apakah warga Kampung Babakan bisa kembali merasakan momen ini di Hari Raya Idul Adha berikutnya?”  

Kampung Babakan mungkin hanyalah salah satu kampung yang belum terberdayakan. Belum kita ketahui berapa banyak kampung yang belum bisa rutin melaksanakan pemotongan hewan kurban. Mungkin puluhan bahkan ratusan. Jika bicara kondisi idealnya, seharusnya setiap kampung di negara Indonesia selalu rutin berkurban dan menyantap hidangan olahan daging kurban. Tidak perlu khawatir apakah di Hari Raya Idul Adha tahun depan masih bisa makan daging kurban atau tidak.

Dari perayaan Idul Adha di Kampung Babakan, saya berpendapat bahwa selama masih ada kampung yang belum rutin makan daging kurban setiap tahunnya, maka Indonesia Emas akan sulit digapai. 

Banyaknya hewan kurban sedikit menjadi gambaran tentang kondisi ekonomi masyarakat. Ini pun dikonfirmasi oleh riset dari IDEAS tahun 2024. IDEAS menemukan bahwa jumlah pekurban kelas menengah menurun. 

Menyadur dari RRI, menurut Direktur Pelaksana IDEAS, Haryo Mojopahit, fenomena tersebut terjadi karena kemungkinan masyarakat kelas menengah bawah masih mengalami kesulitan ekonomi pasca PHK akhir tahun kemarin. 
Bagi saya, Indonesia Emas harus dimulai dari kampung, dan dari desa. 

Bung Hatta pun pernah mengemukakan, “Indonesia tidak akan besar karena obor di Jakarta, tapi Indonesia akan bercahaya karena lilin-lilin di desa.” Indonesia harus dibangun dari desa, mengandalkan kemampuan dan potensi di desa. 

Menurut saya, cara kita bisa mencapai Indonesia Emas 2045 adalah dengan memulai pembangunan infrastruktur dan manusia dari kampung dan desa.

Semakin banyak desa yang berdaya, kampung-kampung pun bisa rutin melaksanakan pemotongan hewan kurban.  

***

*) Oleh : Rizky Ridho Pratomo, Volunteer Enthusiast dan Content Writer.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES