
TIMESINDONESIA, MALANG – Albert Einstein merupakan salah seorang manusia yang memiliki IQ yang sangat tinggi pernah pada suatu Ketika dia berkata, : “Aku mengkhawatirkan dua masa, yaitu masa di mana teknologi akan berkuasa dan merusak hubungan sesama manusia, serta masa di mana dunia akan diisi dengan orang-orang yang bodoh dan dungu”.
Jika diamati dengan seksama masa di mana teknologi berkuasa sangat riskan terjadi hal hal yang mengkhawatirkan. Teknologi dapat menjadikan yang dekat menjadi jauh dan yang jauh menjadi dekat. Kita mengamati jika teknologi dapat digunakan dengan bijak maka akan sangat membantu serta memudahkan pekerjaan manusia.
Advertisement
Namun jika tidak bijak -alangkah banyaknya hal ini terjadi- maka justru teknologi dapat menjadi petaka bagi penggunanya. Seperti berjam jam seseorang bermain game online takt ahu waktu, sama sekali tidak peduli sekitar karena terlalu asyik chat dengan teman di luar kota atau bahkan teknologi digunakan untuk menipu, menjarah atau mendzalimi seseorang. Teknologi yang tidak digunakan secara bijak maka sama hal nya seperti senjata yang dipegang oleh orang yang sedang mabuk. Betapa berbahayanya hal ini.
Adapun yang kedua yang dikhawatirkan adalah dunia diisi oleh orang-orang bodoh. Al Imam Al Quthb Al Habib Abdulllah bin Alwi Al Haddad berkata dalam an Nashoih ad Diniyah:
ومن شر أنواع المعاصي الجهل.
"Termasuk sebagian paling jeleknya maksiat adalah kebodohan"
Ini nyata benar adanya selaras dengan apa yang telah diucapkan oleh Einstein. Kita menjumpai kebodohan jika tumbuh subur pada suatu daerah maka betapa tindak kriminal yang paling kecil hingga yang paling besar pasti akan dengan mudah didapatkan disana. Lantaran kebodohan merajalela maka segala yang harampun bisa jadi diterjang yang penting kepentingan dapat dicapai. Keberhasilan dapat dicapai dengan cara apapun.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Niccolo maciavelli salah seorang ahli teori politik yang disegani di eropa memiliki pendapat seseorang boleh menghalakan segala cara demi mewujudkan tujuan yang baik. Tujuan yang baik dapat menghalalkan segala cara. Karena kebaikan seringkali memang butuh pemaksaan atau pengorbanan. Ini berseberangan dengan teori Islam yang mengharuskan setiap pemeluknya untuk berlaku baik bagaimanapun keadaannya. Karena kebaikan wajib selalu disenandungkan kapan pun dan di manapun. Syaikh Muhammad Said Ramadhan al Buti dalam Fiqhussiroh an Nabawiyah beliau menjelaskan:
الغاية لا تبرر الوسيلة
“Sebaik apapun tujuan tidak boleh lantas menghalalkan segala cara dalam menggapainya”
Maka sebaik apapun tujuan yang sedang kita upayakan tidak boleh menghalakan segala cara. Karena Allah maha baik dan hanya menerima hal hal yang baik saja. Tidak hal hal yang tercampur aduk antara yang baik dan buruk.
Sebagaimana Nabi SAW saat ditawari harta tahta dan wanita oleh Mughirah Bin Abi Syu’bah, bisa jadi Nabi SAW menerima tawaran itu lalu memanfaatkan kekuasaan atau tahtanya untuk menyebarkan Islam. Namun itu tidak diterima oleh beliau karena tujuan yang baik tidak boleh menghalalkan segala cara. Sikap yang baik seperti ini hanya muncul dari sosok yang berilmu. ***
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Thoriq Al Anshori, Dosen Fakultas Agama Islam, Sekretaris Pesantren Ainul Yaqin Universitas Islam (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |